8. Fakta

888 140 2
                                    

Raina terdiam memikirkan ucapan ayahnya tentang tante Winda. Hingga Naina yang sedang berbicara di sampingnya mengerucutkan bibirnya, karena Raina tampak tidak fokus mendengarkannya. Kelas mereka berbeda, jadi, setiap memasuki jam istirahat, Naina akan datang ke kelas Raina, hanya untuk menyalin tugas yang sekiranya belum dia kerjakan.

Bahu Naina menyenggol lengan Raina, membuat sang kembaran tersadar dari lamunannya. "Lo kenapa sih? Orang lagi ngomong, malah ngelamun."

"Cuma kepikiran aja sama ayah." Jawab Raina.

"Emang ayah kenapa? Sakit? Sakit apa? Parah nggak? Kok gue nggak tau? Kenapa lo gak ngasih tau?"

Raina menatap sebal pada kembarannya. "Bukan itu!"

"Terus apa?"

"Ayah suka sama tante Winda."

Naina sedikit terkejut. "Jadi, ayah beneran suka sama tante Winda? Bukan cuma omong doang? Bukan cuma rasa yang numpang singgah doang? Ayah beneran ada niatan nikah sama tante Winda? Gitu maksudnya?"

"Kalo mau nikah atau enggak, gue mah nggak tau! Tapi, kalo ngeliat gelagatnya ayah, kayaknya sih iya."

"Kok lo yakin banget?"

"Terserah lo mau percaya atau enggak! Tapi, ayah bilang, tante Winda itu adik tingkatnya. Dan ayah tau, kalo tante Winda itu orangnya baik, saking baiknya, dia sering dimanfaatin sama temen-temennya pas jaman kuliah dulu."

"Jadi, ayah udah naksir sama tante Winda dari jam kuliah dong! Tapi kan, ayah sama bunda udah pacaran! Berarti ayah selingkuh gitu?"

"Ih nggak gitu!"

"Ya terus?"

"Ayah bilang, cuma sebatas tau doang sama tante Winda, ayah sama bunda juga dulu sering nolongin tante Winda kalo lagi dikerjain temen-temennya. Kata ayah, penampilan tante Winda juga cupu banget, jauh banget bedanya sama yang sekarang. Terus, ayah bilang, tante Winda kayaknya juga lupa sama ayah, makanya pas pertama kali ketemu, dia nggak kenal sama ayah."

Naina mengangguk mengerti. "Lo sendiri gimana?"

"Apanya?" Raina balik bertanya.

"Setuju kalo ayah nikah lagi?"

Raina menghembuskan napas, kepalanya ia sandarkan pada kedua lengannya yang tertekuk di atas meja. "Jujur aja gue nggak tau, tapi... kalo inget kata-katanya om Juan, rasanya kita egois deh kalo nggak bolehin ayah nikah lagi. Kalo lo gimana?"

"Nggak tau, yang kenal sama tante Winda kan ayah, bukan kita. Jadi, ya nggak tau." Naina ikut-ikutan menyandarkan kepalanya di atas meja.

"Pulang sekolah nanti, kita rapat lagi aja deh bareng kak Xiena sama Tara."

"By the way, lo udah beli kado belom?" Tanya Naina.

Raina menegakkan punggungnya. "Kado apa?"

Naina pun ikut menegakkan punggungnya. "Lah, lo lupa? Belum tua juga lo! Kita diundang ke ultahnya Jeano minggu depan!" Jelasnya.

"Lah iya! Lo udah beli?"

Naina menggeleng.

"Tumben? Biasanya gercep!" Sindir Raina.

"Lagi males!" Ujar Naina ogah-ogahan.

"Kenapa? Lagi tubir lo sama Jeano?"

"Enggak! Sebenernya, gue lagi gak ada duit!" Bisik Naina.

"Gak ada mulu perasaan duit lo!"

"Ya emang duit bulanan gue udah abis! Mau minta lagi sama ayah juga gak bakal dikasih!" Naina mencebik.

Wisma Pak Yudha (END DI KBM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang