2. Brownies

1.6K 202 18
                                    

Xiena yang sedang mendengarkan musik klasik pun segera mematikan speaker di kamarnya, begitu mendengar suara bel rumah berbunyi. Matanya melirik ke arah jam dinding yang masih menunjukkan pukul 09.00. Siapa gerangan yang bertamu di pagi hari?

"Cari siapa ya?" Tanya Xiena, melihat tamunya yang ternyata adalah seorang wanita, yang sepertinya lebih tau dari dirinya, namun tidak lebih muda dari ayahnya. Xiena mengagumi dalam hati, paras wanita di hadapannya ini begitu cantik dan manis disaat yang bersamaan.

"Maaf ya pagi-pagi sudah mengganggu. Gerbangnya juga dari tadi kebuka, jadi saya langsung masuk aja. Perkenalkan, saya Winda, baru pindah tadi pagi di rumah sebelah. Ini, saya punya sedikit kue sebagai salam perkenalan. Kebetulan, saya memang punya usaha kue."

"Oh, tetangga baru. Halo tante Winda, salam kenal. Saya Xiena."

"Kamu sendirian?" Tanya Winda.

Xiena mengangguk. "Kebetulan, ayah udah berangkat kerja. Adik-adik saya juga udah berangkat sekolah."

"Jadi, yang tadi pagi ribut-ribut itu adik-adik kamu?"

Xiena tersenyum paksa. "Iya tante, maaf ya, mengganggu ya? Soalnya, udah jadi rutinitas gitu, adik kembar saya, kalo nggak ribut, bisa depresi soalnya."

Winda tampak terkejut. "Oh ya?"

Melihat wajah di hadapannya terkejut, Xiena buru-buru menjelaskan. "Becanda tante..."

"Syukurlah, kirain beneran. Oh ya, mamanya kemana?"

"Bunda udah meninggal lima tahun yang lalu."

Kali ini, Winda menatap dengan perasaan bersalah. "Maaf ya, saya nggak bermaksud."

"Nggak papa tante."

"Ya udah, saya pamit, mau ke tetangga yang lain dulu ya? Permisi." Pamit Winda.

"Nggak duduk dulu tante?" Tawar Xiena.

"Lain kali aja ya. Mari..."

Xiena mengangguk sekilas, lalu kembali masuk ke dalam rumah dengan bingkisan di tangannya. "Asikkk, kue gratis, makannya sendirian lagi! Bener-bener surga dunia, tanpa gangguan si kembar tukang tubir!"

Xiena membawa bingkisan kue menuju meja makan. Mata Xiena berbinar, melihat kue brownies dengan topping coklat lumer dan taburan kacang mete, buru-buru Xiena mengambil pisau, garpu dan piring kecil. Sepotong demi sepotong, kue tersebut Xiena makan dengan khidmat.

"Dibawa kuliah nggak ya kuenya? Enak banget browniesnya! Nggak rela gue rasanya kalo harus berbagi sama para tuyul!" Gumam Xiena.

"Tapi, kalo gue nggak berbagi, gue pelit dong! Tapi, kalo dibagi, udah pasti bakal langsung abis! Secara, ayah kan pelit, mana mau ngeluarin duit buat beli makanan ginian doang!"

Bibir Xiena mengerucut. "Ya udahlah, gue ambil separuh lagi, sisanya buat tuyul-tuyulnya pak Yudha!"

Setelah menyisakan separuh kuenya, Xiena memasukkan brownies tersebut ke dalam kulkas.

"Kalo kayak gini, gue udah nggak bakal nyesel, kalopun nanti nggak kebagian." Xiena terkekeh geli. "Waktunya siap-siap berangkat kuliah!"

***

"Sini ayah, tas-nya biar adek bawa!" Ujar Tara menawarkan diri, begitu keduanya telah sampai di rumah.

"Makasih ya adek."

Keduanya lalu masuk ke dalam rumah. Yudha langsung duduk di sofa ruang tamu dan rehat sejenak. Sedangkan Tara langsung membawa tas kerja ayahnya ke kamar si pemilik.

Beberapa menit kemudian, Yudha pun beranjak dari sofa menuju dapur. Langkahnya menuju kulkas, guna mengambil minuman dingin. Yudha mengurungkan niatnya, saat hendak menutup pintu kulkas, ketika melihat sebuah kotak bergambar kue.

Wisma Pak Yudha (END DI KBM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang