Setelah berhasil mencecar sang ayah dengan berbagai pertanyaan, mengenai darimana asal kotak brownies yang sudah teronggok di keranjang sampah, Yudha dengan terpaksa memberi Raina dan Naina uang saku tambahan sebagai tutup mulut. Agar, si kembar itu tidak memberitahu Xiena, siapa yang memakan kuenya.
"Makanya Yah, lain kali, jangan makan makanan yang bukan punya kita." Nasehat Naina.
"Dan, kalo lagi makan makanan enak, jangan lupa buat bagi-bagi, biar nggak tekor!" Tambah Raina.
"Sering-sering khilaf ya, ayah..." Ledek Naina.
"Ayah khilaf, kita bahagia. By the way, makasih uang saku tambahannya, ayahku sayang. We love you!" Raina mencium pipi Yudha yang wajahnya sudah tertekuk.
Setelah makan siang dan mendapat uang saku tambahan, Raina dan Naina pergi meninggalkan dapur, menyisakan Yudha yang tampak kesal.
Bukannya Yudha pelit dengan putri-putrinya. Hanya saja, laki-laki itu mau putrinya belajar menyimpan dan menggunakan uang sesuai kebutuhan. Bisa saja, Yudha memberi lebih uang saku setiap hari, namun Yudha yakin, jika dia melakukan itu, putrinya akan terus ketergantungan padanya dan tidak punya kemampuan mengelola keuangan dengan baik.
"Ayah."
Yudha menoleh ketika melihat si sulung tiba-tiba muncul. "Kok udah pulang?"
"Kan, emang cuma satu matkul." Mata Xiena memicing, melihat gelagat ayahnya yang tampak gelisah. "Ayah kenapa?"
"Hah? Eng-enggak... nggak papa!" Jawab Yudha gugup.
Xiena mengedikkan bahunya dan berjalan menuju kulkas.
"Eh, eh, mau ngapain kak?"
"Minum. Kakak haus, pengen yang dingin-dingin!"
"Biar ayah ambilin!" Sergah Yudha.
Mata Xiena menatap curiga. "Tumben. Biasanya juga ayah yang maunya dilayani."
"Sekali-sekali lah. Udah, duduk aja dulu. Mau air dingin kan? Panas-panas gini, emang paling cocok minum air dingin sih, kak!" Ujar Yudha sembari menuangkan air minum pada gelas di depan Xiena.
Setelah minum, Xiena beranjak dari kursinya. Namun, lagi-lagi Yudha mencegahnya.
"Mau kemana? Minum aja dulu!"
"Mau makan lah, laper! Di kampus tadi, belum sempet makan!"
"Biar ayah ambilin!"
Xiena semakin bingung, melihat tingkah ayahnya yang tidak biasa. Namun, dirinya tidak ingin memikirkan terlalu lama.
"Nah, ini! Tadi, ayah pesen ayam kremes. Selamat makan, anakku." Yudha mengusap pelan pucuk kepala Xiena, membuat gadis itu kian mengerutkan keningnya.
"Ayah kenapa sih?" Tanya Xiena lagi.
"Emang ayah kenapa? Ayah nggak papa kok!" Jawab Yudha. "Ya udah, ayah mau buang sampah dulu ya?"
Dengan buru-buru, Yudha mengambil keranjang sampah di dekatnya dan keluar dari dapur begitu saja. Xiena tidak lagi peduli dan fokus dengan makan siangnya.
***
"Huft, mudah-mudahan aja si kakak lupa kalo punya brownies." Gumam Yudha.
"Selamat siang, pak."
Yudha menoleh, ketika mendengar sapaan dari seorang wanita di sebelahnya. Matanya melihat sekeliling. "Saya?" Tanyanya memastikan, jika sapaan tersebut memang untuknya.
"Iya. Bapak, ayahnya Xiena?"
Yudha mengangguk sekilas. "Iya, anda siapa?"
"Saya Winda, tetangga sebelah yang baru pindah tadi pagi!" Winda tersenyum dan menjulurkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wisma Pak Yudha (END DI KBM)
FanfictionNAKAMOTO FAMILY GS!!! AYO BELAJAR MENGHARGAI SEBUAH KARYA, DENGAN FOLLOW, VOTE & KOMEN!!! KARENA SEMUA ITU GRATIS!!! 🥰 Yudha yang sudah menduda selama hampir 5 tahun dan mengurus ke-empat anak perempuannya seorang diri, mendadak mulai jatuh cinta...