10. Tidak Terduga

871 153 8
                                    

"Kalo kadonya sepatu, gimana?" Tanya Winda, ketika melihat jejeran sepatu laki-laki berderet rapi.

"Bagus sih, tapi saya nggak tau ukurannya." Jawab Yudha.

Winda hanya ber-oh ria. Kemudian langkahnya berhenti, membuat Yudha memandangnya heran. "Kalo gitu, mas Yudha kasih kado jam tangan aja!"

Yudha mengangguk. "Boleh deh. Punya rekomendasi merk yang bagus?"

"Di toko itu kayaknya lengkap, mau coba kesana?" Winda menunjuk salah satu toko yang menjual berbagai jam tangan dengan berbagai merk.

Yudha hanya mengangguk, lalu keduanya berjalan beriringan menuju toko jam tangan tersebut.

Baru saja keduanya menginjakkan kaki di toko jam tangan tersebut, sebuah suara mengejutkan mereka.

"AYAH!"

Sontak saja Yudha segera menoleh mendengar suara putri bungsunya yang ternyata datang bersama ketiga kakaknya. Tanpa mempedulikan ketiga kakaknya yang terkejut melihat kehadiran Yudha, Tara berlalu begitu saja menghampiri sang ayah.

"Mampus! Dari sekian banyak tempat, kenapa harus ketemu ayah disini coba?" Gumam Xiena.

"Itu yang namanya tante Winda? Cantik anjir! Gue kira cantiknya abal-abal, makanya gue bodo amat! Pinter juga ayah milihnya, pantesan ngebet banget pengen kawin lagi! Kalo speknya gini mah, gue pasti dukung!" Celetuk Naina.

"Diem lo! Pasti kena siraman rohani kita abis ini! Udah keluar nggak minta ijin, bawa Tara lagi!" Sahut Raina kesal.

"Kalian berdua kenapa sih? Santai aja kali!" Ujar Naina.

"Santai pala lo! Pasti ngamuk itu macan ntar!" Balas Raina.

"Nah loh! Si ayah kesini! Bye bye aja udah, pasti marah dia!" Bisik Xiena, begitu Yudha, Winda dan Tara berjalan menghampiri mereka bertiga.

Belum sempat, Yudha menegur anak-anaknya, Naina sudah terlebih dahulu menyela.

"Halo tante Winda, aku Naina, kembarannya Raina." Naina mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Winda.

Winda membalas uluran tangan Naina dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya. "Halo Naina."

"Oh iya, mungkin tante udah pernah ketemu sama kakak dan kembaranku. Tapi, aku mau kenalin lagi! Ini kakak kita bertiga, namanya Xiena, ini Raina, dan itu si bocil Tara!" Tunjuk Naina pada Tara yang mengerucutkan bibirnya.

"Aku bukan bocil tau, kak!" Protes Tara.

"Ssstttt! Kamu bahkan gak tau apa itu jatuh cinta, jadi diem aja!" Sela Naina. "By the way, kita baru pertama kali ketemu kan, ya?" Tanya Naina, setelah melepaskan jabatan tangannya.

Winda mengangguk. "Iya."

"Tante cantik banget deh, pantesan aja ayah naksir berat!" Puji Naina.

Ucapan Naina jelas saja mengundang delikan mata dari ayahnya. Sedangkan Xiena dan Raina terkejut mendengarnya. Berbeda dengan Winda, yang mengerjapkan matanya beberapa kali, tampak bingung harus menjawab apa. Dan si bungsu Tara yang melihat mereka dengan wajah polosnya.

Yudha berdeham, mencoba mencairkan suasana yang mendadak terasa canggung. "Kalian kesini naik apa?"

"Menurut ayah? Masa iya, kita nge-mall naik angkutan umum? Naik becak gitu? Yang bener aja! Ya naik mobil lah!" Jawab Naina tidak terlihat takut sama sekali.

"Siapa yang nyetir?" Alis Yudha tampak menukik tajam.

Naina menghela napas sejenak, berbeda dengan Xiena yang merasa gugup juga takut mendengar suara ayahnya yang seperti seorang psikopat dan siap membunuh kapanpun.

Wisma Pak Yudha (END DI KBM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang