04. Cookies

556 34 0
                                    

⁺◟𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠! . . . ꜜ

"Sok atuh diminum dulu."

Pemilik suara tersebut adalah Helga, si pemilik usaha cendol. Laki-laki itu meletakkan dua gelas cendolnya di hadapan Aga dan pacarnya.

Aga benar-benar menuruti permintaan Moa pagi tadi, meminum es cendolnya Helga selepas kelas gadis itu usai. Dan kini berakhirlah dia dengan Moa di tempat Helga menjual es cendolnya.

"Tuhkan Na, keriting cendolnya." ucap Aga kepada Moa seraya meminum es cendol tersebut.

Helga mendengus keras melihatnya. Laki-laki itu sudah menghina cendolnya, namun pada akhirnya meneguk minuman itu seperti manusia yang tak minum bertahun-tahun.

"Cendol ya emang gitu bodoh." Helga berdecak, lalu duduk di hadapan Aga dan Moa.

"Omongan Aga jangan di dengerin Hel." sahut Moa meminum es cendolnya.

"Es cendolnya enak kok." lanjut gadis itu seraya tersenyum.

"Dih! Apaan sih pake senyam-senyum segala." Aga mendelik tak suka.

Moa mengehela nafas,"Senyum itu ibadah Ga."

"Gak. Lu cuma boleh senyum ke gue doang." ujar Aga membuang pandangannya.

Helga tertawa geli mendengarnya, Aga benar-benar sangat posessif pada Moa.

"Possesif banget ya Bund."

"Diem lu jones." ejek Aga yang kemudian kepalanya langsung mendapatkan pukulan dari Helga.

"Kalo ngomong difilter dulu napa!" Helga menatap Aga sinis.

"Tapi, bener juga sih hehe." Helga nyengir, lalu menyeruput es cendol milik Aga.

"Gak sopan banget lu sama pembeli, es cendol gue tinggal dikit lagi!" Aga tak terima es cendolnya diseruput oleh Helga yang kini tinggal sedikit.

"Tinggal beli lagi." Helga menjawab dengan cengiran.

"Untung di lu dong, ogah amat!"

"Itung-itung bantuin temen atuhh." balas Helga dengan wajah yang dibuat lesu.

Aga mendecih, tak membalas ucapan Helga dan lebih memilih menghabiskan es cendolnya yang tinggal sedikit.

Moa yang sedari tadi tidak melerai perdebatan Aga dan Helga hanya bisa diam, menikmati segarnya es cendol buatan Helga. Sungguh, Moa tidak berbohong, es cendol buatan temannya Aga itu cukup enak.

Gadis itu kemudian teringat sesuatu yang dia bawa untuk Aga tadi pagi, tapi tak sempat memberikannya pada laki-laki itu karena lupa.

Aga yang memperhatikannya gerak-gerik Moa spontan mengerutkan dahinya saat gadis itu membuka tote bag miliknya, dan mengeluarkan sesuatu yang saat itu juga membuat kedua mata Aga hampir saja keluar dari tempatnya.

Sial, Moa mengeluarkan cookies buatannya dan Aga sangat yakin, cookies tersebut akan diberikan padanya.

"Nih, Moa lupa mau kasih tadi pagi ke Aga." gadis itu menyodorkan cookies nya pada Aga.

"Wah! Apaan tuch!" sahut Helga.

Terbesit ide konyol dalam otaknya, dengan iseng Aga menawarkan cookies tersebut pada Helga yang dimana Helga tidak tahu rasa cookies buatan Moa. Aga tertawa puas dalam hatinya.

"Enak bangett Hel! Cookies nya buatan Moa." ujar Aga tersenyum miring saat Helga sudah memegang satu cookies tersebut.

Moa, gadis itu kini merasa bangga karena cookies nya kini tak hanya Aga yang nantinya akan menyukai cookies tersebut, Helga pastinya pun akan menyukai makanan itu setelah laki-laki itu mencicipi cookies nya.

Andai Moa tahu yang sebenarnya...

Helga sempat ragu menatap cookies tersebut, dan tatapan Aga padanya kala itu membuatnya merasa aneh sekaligus merasa ada yang tidak beres.

Namun pada akhirnya, Helga memakan cookies itu.

Dan betapa terkejutnya dia saat merasakan cookies nya, matanya langsung membola ketika makanan berbentuk bulat tersebut berhasil dia telan yang meninggalkan rasa asin dalam mulutnya.

Sial, Aga mengusili nya. Jika Helga boleh berkata jujur, cookies buatan Moa sangat asin! Asli! benar-benar asin.

"Enak kann??!" ujar Aga melotot memberi isyarat pada Helga saat pemilik usaha cendol tersebut hendak protes.

Oh Aga tidak akan membiarkan Helga berkata jujur, Aga tidak mau Moa sakit hati karena perihal cookies nya yang asin. Walaupun jatuhnya berbohong, tapi mau bagaimana lagi?

Aga sangat menjaga perasaan Moa.

Helga dengan terpaksa tersenyum,"Enak kok." ujarnya dengan wajah masam.

"Btw, lo udah cobain cookies buatan lo belum Na?" pancing Helga.

Moa menggeleng,"Aku gak suka cookies, karena Aga suka cookies jadi aku buatin cookies nya buat Aga."

Pantas saja, gadis itu belum pernah mencoba cookies buatannya sendiri.

"Helga pasti suka cookies nya, ya?"

"Iya Na! Helga tuh suka banget sama yang namanya cookies." sahut Aga cepat.

Helga meneguk ludahnya, dia mengumpat dalam hatinya, setelah ini pasti Moa menyuruhnya untuk menghabiskan cookies penghantar nyawa itu.

"Ayo dihabisin Hel, Aga ayo kamu juga makan cookies nya." titah Moa pada kedua laki-laki tersebut.

Helga nyengir,"Nggak, gue udah kenyang. Aga aja tuh, dia kan belum makan sebiji pun." kini giliran Helga yang mengusili Aga.

Helga mati-matian menahan tawanya saat Aga menatapnya meminta pertolongan, tapi pada akhirnya Aga tetap memakan cookies tersebut dengan wajah yang dibuat seceria mungkin.

"Enak banget Na, besok-besok jangan bikin cookies lagi."

Moa mengerutkan alis,"Loh kenapa?"

"Bikin yang lain, jangan cookies." jawab Aga sehati-hati mungkin.

"Aku lagi suka bikin kue sih, nanti aku bikin kue aja."

Aga mengangguk setuju, dibanding cookies Aga lebih baik memilih kue saja. Berharap kue yang dibuat Moa nanti tidak asin sepertinya cookies nya.

«────── « ⋅ʚ♡ɞ⋅ » ──────»

➛ See u to the next chapter

♡°

Stupid MoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang