10. Aga vs Dikala

373 24 0
                                    

⁺◟𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠! . . . ꜜ

Demi Tuhan, Aga hari ini sangat ingin mengumpat sekencang-kencangnya jika tidak ada Moa yang kini duduk di belakangnya.

Tanpa diduga, sesampainya Aga di kampus Moa detik itu juga bersamaan dengan Dikala yang saat ini sedang memarkirkan kendaraannya di radius yang tak jauh darinya dan Moa.

“Eh! Halo Moa?” Dikala melambaikan tangan saat tersadar akan keberadaan Moa.

Moa hanya tersenyum tipis lalu turun dari motor Aga.

Gadis itu menatap Aga yang saat ini tengah mengeraskan rahangnya. Moa menelan ludahnya, mata dan raut wajah Aga sangat seram saat ini.

“Agaa?” Moa menggoyangkan lengan Aga, membuat sang empunya menoleh pada Moa.

“Apa?”

Moa menggeleng, seolah-olah mengatakan agar Aga tidak melakukan sesuatu yang dari dulu Moa tidak suka, yaitu pertengkaran.

“Moa?” tiba-tiba Dikala menyeletuk, bergabung dalam percakapan Aga dan Moa.

Dari radius yang tak jauh dari Aga dan Moa, Dikala masih berada di tempatnya berdiri, memasukkan tangannya pada saku dan menatap Moa dengan menyunggingkan senyumnya.

“I-iya Kak?” jawab Moa pelan.

“Pacar kamu posessif juga ya.” Dikala tersenyum menampilkan giginya.

Moa kalang kabut ketika Aga melangkah ke arah Dikala, gadis itu semakin dibuat panik saat melihat tangan Aga yang mengepal.

“Maksud lu apa?!” ketus Aga yang kini sudah berada di hadapan Dikala.

Dikala hanya tersenyum kalem, tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Aga.

“Agaa udah! Jangan mulai.” sergah Moa menarik lengan Aga.

“Dia yang mulai!” tekan Aga menunjuk Dikala memakai telunjuknya.

Dikala menepis lengan Aga yang kini menudingnya, lantas dengan perlahan laki-laki itu menghembuskan nafasnya pelan lalu tertawa kecil, kemudian menggeleng.

“Hadeuh, remaja.” ucap Dikala kalem.

Aga menautkan alisnya, tangannya masih terkepal, jika tidak ada Moa, Aga ingin sekali sekarang meninju wajah Dikala sampai tak berbentuk.

“Agaa udah ya?” Moa mengusap lembut tangan Aga.

Aga mengalihkan pandangannya pada Moa, lalu mengusak rambut gadis itu yang langsung dihadiahi senyuman teduh milik Moa.

“Gue pamit.” ucap Aga pada Moa, lalu mengalihkan netranya pada Dikala.

“Awas lu kalo deketin cewek gue!” desis Aga.

“Jadi cowok jangan ganjen!”

“Suka kok sama cewe orang!”

Cibiran tersebut keluar dari bibir Aga, Dikala hanya tertawa kecil mendengarnya.

“Saya gak serendah itu, saya juga gak ngerasa deketin cewek kamu.” balas Dikala, tersenyum miring.

“Siyi jigi gik ngirisi dikitin ciwik kimi, halah basi!” Aga mengibaskan tangannya.

“Terus cokelat kemarin apa? Masih mau ngelak kalo lu gak deketin cewek gue?” Aga berdecih.

Moa memegang pelipisnya, rasanya pusing melihat Aga yang beradu mulut dengan Dikala.

“Saya cuma niat kasih ke Moa, salah?” Dikala melipat kedua tangannya.

“SALAH! Lu ngasih cokelat ke orang yang salah!”

“Agaa udahh!” Moa mendorong punggung Aga, agar laki-laki itu segera pergi.

Aga berdecak,“Iya, bawel!”

Setelah itu agar benar-benar pergi setelah mengacungkan jari tengahnya pada Dikala.

Moa beralih memandang Dikala yang kini tengah menatapnya sembari tersenyum.

“Moa permisi, Kak.” pamit gadis itu berlalu melewati Dikala.

Dikala tersenyum miring, tak berniat untuk mencekal pergelangan tangan Moa. Laki-laki itu membiarkan gadis itu pergi begitu saja, walaupun sempat ingin berbicara dengan Moa, Dikala urungkan.

Laki-laki itu menghargai Moa yang saat ini sepertinya sedang menjaga jarak dengannya.

«────── « ⋅ʚ♡ɞ⋅ » ──────»

see u to the next chapter heheyy(◍•ᴗ•◍)✧*。

Stupid MoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang