11. Si goceng Dan Helga

311 17 5
                                    

⁺◟𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠! . . . ꜜ

Lupakan perihal tadi, Aga yang memutuskan untuk pergi kala itu, kini sudah sampai di kampusnya dan langsung melangkah menuju taman kampus.

Untuk apa lagi, jika bukan menemui teman-temannya di tempat tersebut. Tempat yang kerap menjadi basecamp kedua untuk mereka ketika di kampus.

Aga mengerutkan dahinya kala melihat teman-temannya yang berpencar di halaman taman, seperti sedang mencari sesuatu.

"Kalian ngapain?" tanyanya.

"Duit Helga ilang katanya!" sahut Natra yang berada di pepohonan, dari radius yang tak terlalu jauh.

"Bener Hel? Kok bisa? Makanya punya duit di kantongin, Dek." ujar Aga si paling benar.

Helgantara berdecak,"Gak usah bacot deh, bantuin kek lo!"

"Ilang dimana sih?!"

Kala itupun Helga langsung memukul kepala Aga, bukan tanpa alasan dia melakukan itu, pertanyaan Aga sangat amatlah tidak bermutu.

Jika Helga tahu, tidak mungkin Helga meminta bantuan kepada mereka untuk mencarikannya.

"Apa sih?!" Aga merapihkan rambutnya yang sedikit acak-acakan karena ulah Helga.

"Pertanyaan lo gak berfaedah Samsudin!"

Aga merotasikan matanya,"Ya emang salah?"

"Lo minta gue gebuk ya?" Helga tersenyum gemas, gemas ingin menyumpal mulut Aga.

"Udah deh, bantu cariin cepet!" lanjutnya, mendorong bahu Aga.

Aga berdecak sebal, dengan malas pada akhirnya dia mencari uang milik Helga di sekitar taman kampus.

Aga melirik Natra yang kini sudah bercucuran keringat, dan beralih menoleh pada Renan yang saat ini menggurutu kesal, karena tak kunjung menemukan uang tersebut.

Dan Jenan, entahlah bocah itu kini sedang mengobrol dengan pot bunga di depannya, Aga hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak itu.

Ciki dan Mikel pun sepertinya sudah mulai lelah, karena tak kunjung menemukan uang yang sedari tadi mereka cari.

"Kak, di sini gak ada." ujar Ciki, menyeka keringatnya.

"Ilangnya bukan di sekitaran taman kampus kali!" sahut Natra.

"Gue gak inget sumpah!" jawab Helga.

Renan menghampiri Helga, diikuti yang lain mengekorinya.

"Coba inget-inget, terakhir lo simpennya dimana?" tanya Renan.

"Di dompet." Helga menjawab.

"Tapi, gue cek gak ada." lanjutnya.

Aga melengos,"Aneh."

"Emangnya ilang berapa sih?!" sewot Aga.

"Goceng!" balas Helga dengan wajah tak berdosa.

Kala itupun, mereka spontan memukul Helga dengan brutal, sampai-sampai anak laki-laki itu mengaduh kesakitan.

"Woi atuh sakit jing!" Helga merintih.

"LU YANG BENER AJA BGST!!" sembur Aga berkacak pinggang.

Helga mendengus,"Apaan sih?!"

"Gue capek-capek sampe keringetan gini, uangnya cuma ilang goceng?!" timpal Natra menatap Helga sebal.

"Goceng juga uang Nat! Bisa pake beli gorengan!" jawab Helga tak mau kalah.

"Stres!"

Renan yang kesabarannya sudah se-ujung kuku, langsung pergi setelah menatap Helga dengan wajah datarnya.

"Nanti aku kasih lebih dari goceng Kak." si sultan menimpali, Ciki lantas mengikuti Renan dari belakang.

"Gue salah apaan dah?" Helga menggaruk kepalanya yang tak gatal dengan ekspresi konyol.

Natra merangkul bahu Jenan,"Ngomong noh sama pot bunga." kedua pria itu pun lalu pergi.

Dan kini hanya ada Mikel, Helga, dan Aga.

"WOI WOI KOK AING DI TINGGAL SENDIRIAN?!"

Helga mendengus ketika Aga dan Mikel pun sama-sama pergi tanpa mengatakan apapun.

"Omokk duit goceng gue gimana ya?" monolog Helga dengan raut wajah dramatis.

«────── « ⋅ʚ♡ɞ⋅ » ──────»

( ◜‿◝ )♡
Salam sayang dari Aga(。・//ε//・。)

Stupid MoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang