05. Freak, Beautiful Moa

531 27 4
                                    

⁺◟𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠! . . . ꜜ

“Agaa, Moa pengen makan seblak, boleh ya?” pinta Moa dengan tatapan memohon khasnya. Tatapan seperti anak kucing yang ingin diadopsi.

“Gak.”

“Bakso aci?” tawar Moa berharap Aga memberikan izin untuknya memakan makanan pedas hari ini.

“Lu kalo makan bakso aci, sambel nya gak kira-kira. Gak!”

Moa menghembuskan nafas kasar,“Basreng??” tanya Moa lagi.

“Gak.”

“Ya terus aku makan apa, Ga?” kesal Moana.

Aga mengeluarkan kotak makanan dari tasnya, yang isinya terdapat salad dan juga buah, laki-laki itu memberikan salad dan buah yang dirinya buat itu kepada Moa.

Laki-laki itu membuka penutup kotak tersebut,“Makan.” titahnya.

Moa menggembungkan pipinya, makanan yang kini berada di hadapannya sama sekali sangat tidak menarik untuk Moa. Rasanya dia malas memakan buah dan salad itu, tapi jika Moa menolaknya, Aga tak henti-hentinya akan mendumal dan menceramahi nya berjam-jam.

Seperti dulu, saat Moa dilarikan ke rumah sakit karena asam lambungnya kumat karena memakan makanan pedas, Aga dengan mulut pedasnya menceramahi Moa selama berjam-jam lamanya, jika saat itu Bunda Aga tidak menegur Aga, bisa dipastikan laki-laki itu tetap akan melanjutkan mendumalnya sampai besok pagi. Aga itu sebenarnya cerewet, cuma orang-orang liat Aga dari sisi galaknya aja.

“Gue nyuruh makan, bukan ngelamun.” Aga menyentil dahi Moa pelan.

“Agaaa!! Aku kan seminggu ini belum makan makanan pedes! Agaa pweasee!!” Moa menarik baju Aga.

Aga memutar bola matanya, gadis itu kini sedang berpura-pura lupa padanya, padahal kemarin sehabis pulang dari tempat cendolnya Helga, Moa memakan mie ayam dengannya setelah merengek-rengek.

“Yang kemarin makan mie ayam sampe dua mangkok siapa bego?”

Moa nyengir kuda,“Itukan khilaf Agaa!” ucap Moa dengan gelaknya yang tertahan.

Rencana Moa menjadi gagal karena Aga ternyata tidak lupa jika kemarin dirinya memakan mie ayam dua mangkok. Padahal akting berpura-pura lupanya tadi sudah sangat sempurna sekali bagi Moa.

“Gak, gak ada khilaf-khilaf.”

“Lu cuma boleh makan makanan pedes satu kali dalam seminggu.” jelas Aga menatap Moa dengan wajah datar.

Moa berdecih mendengar itu, dengan malas dia memakan salad dan buah tersebut walaupun sempat diam-diam ingin mendepak Aga keluar dari rumahnya. Tentu saja dia tidak akan melakukan itu, bisa-bisa Moa dipecat sebagai pacar Aga.

Kini Aga sedang di rumah Moa, selepas kelasnya usai tadi, dia menjemput Moa ke kampusnya, dan berakhirlah kini dirinya di rumah Moa.

“Mama kemana?”tanya Aga kemudian.

Aga memang kerap memanggil Ibunda Moa dengan sebutan,‘Mama’ dan Moa juga memanggil Ibu Aga dengan sebutan, ‘Bunda.’ Aga pun sudah sangat dekat dengan Ibunda Moa, jadi dia tidak ragu dan malu saat memanggil wanita yang melahirkan Moa tersebut dengan sebutan,‘Mama.’

“Biasa, Mama lagi arisan.” jawab Moa dengan mulutnya yang sedikit dipenuhi buah.

Gadis itu lalu menyodorkan garpu nya pada Aga yang sudah terdapat buah diujung garpu tersebut.

“Aaaaa ...” Moa mengarahkan garpu tersebut pada Aga.

Aga dengan senang hati menerima suapan itu, Moa lalu mengusak rambut Aga kemudian.

“Pinternyaa pacar Moaa!”

Aga hanya diam memperhatikan Moa, bahkan saat gadis itu menyuapinya lagi, Aga tetap tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Moa. Moa itu sudah cantik, lucu pula.

Namun, terkadang sifat konyolnya mampu membuat Aga ingin sekali membanting dan menendang gadis itu.

“Aku jadi kepikiran pengen diet deh Ga.” ujar Moa, berhasil membuat Aga ditarik kembali ke kenyataan.

“Gak usah.” jawab Aga tidak setuju.

“Kamu gak malu punya cewe melar kaya aku?” Moa membalas dengan nada lirih.

“Melar gimana sih?!” ucap Aga sewot.

“Ya ini, aku kan gendut Ga. Aku insecure.”

Aga memandang Moa datar,“Badan lu udah kaya kuyang, gak usah diet.”

“Ih Agaa!!” Moa memukul pelan bahu Aga saat bentuk tubuhnya dikatai sudah seperti kuyang.

“Tapi aku insecure Ga.”

Gadis itu bersandar di bahu Aga, lengannya sudah melingkar di perut Aga, memeluk laki-laki itu adalah hobi yang paling Moa suka, karena Aga sangat wangi. Mencium wangi tubuh Aga sangat candu untuk Moa.

Aga mengeluarkan nafasnya pelan, padahal Moa itu sudah definisi mendekati sempurna yang Tuhan kasih untuknya. Aga tidak peduli dengan bentuk tubuh gadis itu nantinya bagaimana, pun dengan wajahnya, karena Moa tetap Moa, Moa gadis yang Aga suka. 

“Lu cantik di mata gue, Moana.” Aga mengusap surai Moa.

“Cantikan mana antara mantan kamu sama aku?” Moa mendongak menatap wajah tampan Aga yang kini tengah menaikkan alisnya.

“Jelas lu.”

Satu kalimat itu berhasil membuat Moa tertawa, dengan wajahnya yang sudah merah menahan rasa salah tingkah.

Moa menjauhkan tubuhnya, memberi jarak antara dirinya dan Aga. Demi apapun, Moa kini ingin sekali melambung tinggi sejauh-jauhnya. Kalimat Aga berhasil membuat dirinya tertawa tanpa alasan.

“Bocil gila.” Aga menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Moa yang kini tertawa dengan wajahnya yang sudah memerah.

“Love youu Agaa!” Moa kembali memeluk Aga.

“Geli bego sumpah.”

Moa mendengus, dirinya sudah menduga jika Aga akan mengatakan itu. Terserah, Moa kini hanya ingin memeluk Aga dengan puas, dada bidang Aga sangat pelukable membuat dirinya nyaman bersandar di dada bidang laki-laki itu.

Kalian mau? Oh tentu saja tidak bisa^^

«────── « ⋅ʚ♡ɞ⋅ » ──────»

╰► See u to the next chapter ( ◜‿◝ )♡

‧₊˚✧ . ˚

Stupid MoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang