13. Ugly Cake

263 16 0
                                    

✎ ✎ ✎

"MAMAA MOA PULANG SAMA AGAA!!"

Satu teriakan dengan satu tarikan nafas tersebut menggelegar seantero rumah Moa, Aga memegang telinganya yang nyeri karena terkena efek suara delapan oktaf milik Moa.

"Gak usah kaya tarzan bisa gak?!" dengus laki-laki itu memandang Moa kesal.

Moa menatap sengit Aga, namun di mata Aga tatapan Moa kini diibaratkan seperti karakter anime yang kerap dia tonton, menggemaskan.

Moa mendengus kasar kemudian.

"Aga duduk dulu aja, Moa mau bikin minuman dulu." ujar Moa memberikan tote bag nya pada Aga.

"Lu gak tawarin gue maunya minuman apa?" tanya Aga, mendudukan bokongnya, memilih duduk di atas lantai yang selalu ter-alasi karpet bulu.

"Gak."

"Dih?" Aga mendelik.

"Moa tau apa yang Aga suka kok." ucap Moa, menyombongkan diri.

"Emang apaan?" Aga bertanya, menguji apakah Moa benar-benar tahu atau tidak.

"Liat aja nanti, Aga gak usah yaa banyak omong!" Moa melipat kedua tangannya, lalu memalingkan wajah.

"Idih bocah ngomongnya!" Aga mendengus pelan.

Setelah itu Moa pergi menuju dapur, untuk apalagi jika bukan membuatkan minuman kesukaan baginda raja Aga.

Aga memilih mengemili permen yupi yang ada di hadapannya, sembari menunggu Moa, tangannya terulur melihat isi tote bag milik gadis itu.

Bukannya tidak sopan, tapi Aga sebagai pacar sudah memiliki hak untuk ini. Moa pun tak mempermasalahkannya.

Dahinya mengerut sedalam-dalamnya ketika sudah melihat isi tote bag tersebut, semua barang yang ada di dalam tote bag itu membuat Aga pusing.

"Ini apaan dah?" Aga mengeluarkan benda berbentuk panjang, tidak terlalu kecil, yang isinya terlihat berwarna merah muda.

Laki-laki itu lalu mengeluarkan benda tersebut bersama dengan antek-anteknya yang terbilang cukup banyak, dengan bermacam-macam warna dan ukuran.

"Ribet amat jadi cewek!" Aga merotasikan matanya.

Aga memasukkan kembali benda-benda itu, kemudian matanya melihat dompet kulit bermotif kucing yang terselip di saku tote bag itu, dengan gantungan tengkorak yang seingat Aga gantungan itu pemberian darinya.

Sesaat Aga tertawa kecil ketika melihat isi dompet tersebut, ternyata isinya adalah foto-fotonya, sebagian foto masa kecilnya, kemudian foto masa SMA nya, terakhir foto dirinya yang sudah menjadi mahasiswa.

"Perasaan gak panas." Aga terhenyak ketika sebuah tangan halus memegang dahinya.

Aga mendongak, memandang Moa sebal, lantas atensinya teralihkan pada minuman yang gadis itu bawa, setelah Moa meletakkannya di atas meja.

"Sesuai sama yang Aga mau'kan?" Moa tersenyum miring.

Aga melengos, namun membenarkan ucapan gadis itu. Laki-laki itu lalu meneguk minuman tersebut dengan satu tegukan, membuat Moa tercengang di tempat.

Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian bertepuk tangan.

"Agaa hebat banget!" Moa menatap takjub laki-laki itu, seperti baru melihat fenomena langka.

Aga mengusap wajah Moa dengan telapak tangannya yang lebar, lalu mencubit pelan hidung gadis itu.

"Lebay lo."

Moa hanya mengembuskan nafas pelan, kemudian duduk di samping Aga.

"Mana?"

Moa menaikkan alisnya,"Apa?"

"Suprise nya dongo!" Aga berdecak kesal.

Moa menepuk dahinya,"Ohh iyaa!!"

Aga membuang pandangannya, pacarnya ini sungguh bodoh dan pelupa. Bersyukur Tuhan memberinya kesabaran setebal buku ensiklopedia hari ini.

"Aga tutup mata dulu." titah Moa.

"Harus?" Aga balas bertanya, mengerutkan alisnya.

Moa merespon dengan anggukan.

Setelah menghela nafas terlebih dahulu, Aga kemudian memejamkan matanya.

"Bentar ya." Moa berdiri dan melangkah menuju dapur.

Aga kini hanya diam seperti benda mati dengan mata yang terpejam.

"MOA LAMAA!!" laki-laki itu berteriak kencang.

"Ya sabar dong Aga!" Moa balas berteriak, tapi tidak sekencang Aga.

Setelah Moa mengambil kejutan tersebut, gadis itu duduk di sebelah Aga, dengan posisi berhadap-hadapan dengan Aga.

"Aga udah siap?" ujar Moa tersenyum penuh arti.

"Hm."

"Okay, sekarang buka matanya!" Moa tertawa kecil.

"TADAAAA!! SUPRISE!!" ucap gadis itu saat Aga sudah membuka matanya.

Demi Tuhan, Aga mematung di tempat dengan bibir yang sempurna terbuka, pandangnya terfokuskan pada cake burik  yang ada di hadapannya saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Demi Tuhan, Aga mematung di tempat dengan bibir yang sempurna terbuka, pandangnya terfokuskan pada cake burik yang ada di hadapannya saat ini.

"Agaa?" Moa mengibaskan tangannya saat Aga hanya diam dengan tatapan kosong.

«────── « ⋅ʚ♡ɞ⋅ » ──────»


Mengcape sama Moa 😔

Stupid MoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang