Chapter 5

371 42 1
                                    

--Happy reading--

🌼🌼🌼

Hari dimana pesta akan diadakan telah tiba dan Draco menemukan dirinya merasa sangat buruk, lebih buruk dari apapun yang pernah ia rasakan dalam hidupnya. Bahkan perlakuan paling brutal tangan ayahnya tidak sebanding dengan rasa sakit yang ia rasakan sekarang. Ia sangat berharap ia bisa membunuh perasaan ini hingga tidak merasakan apa-apa lagi.

Ia hanya ingin mati rasa.

Tapi ia tidak bisa mengendalikan hal itu. Tidak peduli seberapa keras ia mencoba, ia tidak bisa menekan perasaannya pada Luna. Perasaan ini masih sangat melekat pada jiwanya.

Hari itu dihabiskan oleh sebagian besar orang untuk melakukan persiapan dengan penuh semangat untuk acara nanti malam. Namun Draco menghabiskan hari itu di perpustakaan, menyibukkan diri dengan PR-nya, mencoba mengalihkan pikirannya dari berbagai hal. Ia benar-benar berusaha menghindari Luna dan semua orang sejak gadis itu berkata bahwa gadis itu tidak bisa pergi ke pesta dansa dengannya.

Saat malam tiba, Aula Besar telah disiapkan sedemikian rupa untuk menyambut pesta dansa yang akan datang. Semua orang sibuk dengan persiapan terakhir mereka di asrama masing-masing, sementara Draco memilih berjalan ke puncak menara astronomi. Ia suka duduk di sana dari waktu ke waktu dan hanya menatap ke cakrawala yang tak berujung. Tempat itu membantunya menempatkan segala sesuatu ke dalam pandangan perspektif, membuatnya menyadari ada hal-hal yang lebih besar di dunia daripada dirinya.

Draco telah memutuskan bahwa ia tidak akan datang ke pesta. Ia tidak tahan jika harus melihat semua pasangan tampak bahagia, saling berdansa dan berdekatan, sedangkan ia hanya duduk sendiri dan menyaksikan mereka dengan penuh kesengsaraan.

Draco menatap ke luar dari atas menara astronomi dan ia yakin pesta telah dimulai. Ia bersyukur karena memilih tempat yang begitu terpencil ini sehingga ia tidak bisa mendengar suara-suara keras dari pesta. Ia tidak menginginkan apapun selain keheningan yang sekarang memenuhi sekitarnya.

Draco duduk di sana dalam keheningan selama beberapa jam ketika ia tiba-tiba mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Ia segera melompat berdiri. Ia bisa mendengarnya lebih jelas sekarang, langkah itu terdengar ringan. Ia menunggu saat sosok itu mencapai puncak menara dan bergerak melewati cahaya bulan yang lembut. Ia sangat terpesona oleh pemandangan itu ketika Luna muncul dan mulai terlihat di bawah sinar bulan. Gadis itu tampak lebih cantik daripada yang pernah dilihat Draco; gadis itu mengenakan gaun biru muda yang membalut lekuk tubuhnya. Gaun itu tampak terbuat dari sutra berkilauan dan bergoyang dengan ringan saat Luna melangkah mendekat ke tempat Draco sekarang berdiri. Rambut pirang Luna tampak halus dan bersinar indah di bawah cahaya malam.

Draco hanya menatap dalam diam, seolah sebilah pedang telah menembus jantungnya. Belum pernah ia melihat sesuatu seindah pemandangan yang sekarang memenuhi matanya.

"Kenapa kau tidak datang ke pesta dansa," tanya Luna pelan, menarik Draco dari lamunannya kembali ke dunia nyata.

"Well, aku hanya tidak dalam mood yang baik," jawab Draco, "Lalu kenapa kau ada di sini?"

"Aku mencarimu," jawab Luna sambil menatap mata Draco.

"Bagaimana kau tahu di mana aku akan berada?" tanya Draco.

"Oh, aku hanya menebak saja bahwa tempat ini adalah tempat yang mungkin ingin kau datangi sendirian, yang paling mirip denganmu," jelas Luna dengan suara ringan.

"Tapi kenapa kau mencariku?" tanya Draco lagi.

"Umm, aku sudah menjanjikanmu satu dansa dan aku tidak pernah ingkar janji," jawab Luna dengan suara lembut.

Welcome Home | Druna | END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang