Chapter 9

308 30 0
                                    

--Happy reading--

🌼🌼🌼

Luna terbangun saat matahari mulai tinggi, tak terkecuali karena rasa laparnya. Ia melewatkan sarapan di rumah agar segera sampai ke sekolah menemui Draco. Ia tersipu ketika ingatan akan pertemuan pagi mereka terputar kembali di dalam pikirannya. Ia tidak menginginkan apapun selain tinggal di sini dalam pelukan Draco, namun sayangnya rasa laparnya harus dipenuhi. Luna merasakan Draco mulai bergerak, mengerang dalam tidurnya. Draco berguling dan melihat Luna telah membuka matanya, ia tersenyum pada gadis itu. Ini bukan mimpi, pikir Draco, sambil menatap ke dalam mata abu-abu indah gadis itu.

"Halo," sapa Luna dengan nada rendah.

"Halo, sekarang aku tahu dari mana asal nama belakangmu, Miss Lovegood," Draco berkata dengan suara serak yang menyebabkan Luna tersipu sekali lagi. Draco suka sekedar memandang Luna, seolah-olah matanya tak pernah puas dengan kesempurnaan gadis itu.

"Kau lapar?" tanya Luna.

"Ya," jawab Draco, sekarang menyadari betapa laparnya ia sebenarnya.

Mereka dengan enggan saling melepas pelukan dan segera berpakaian. Mereka berjalan pelan menuju Aula Besar sambil bergandengan tangan. Draco menyukai rasa ringan yang ia rasakan sekarang, yang tidak ada hubungannya dengan rasa lapar. Hidupnya sekarang terasa luar biasa. Tidak ada yang bisa menyentuh Luna selama ia ada di sisi gadis itu.

Mereka berjalan masuk ke dalam aula yang kosong dan melangkah ke salah satu meja Ravenclaw. Segera, di hadapan mereka muncul makan siang Natal yang indah. Keduanya makan dengan gembira seraya berbasa-basi dan membicarakan segalanya. Draco menggoda Luna, menyuapi gadis itu sambil mencuri ciuman kecil. Keduanya sangat bahagia bisa berada di sana bersama satu sama lain.

Mereka menyelesaikan makan siang itu dengan perasaan kenyang dan puas. Namun mereka tidak merasa lelah sedikit pun sehingga mereka memutuskan untuk menghabiskan hari itu di Hogsmeade. Mereka meninggalkan kastil dengan berjalan berdampingan, Draco melingkarkan lengannya di bahu Luna dan menarik gadis itu mendekat. Mereka dengan santai berjalan menuju desa kecil itu. Mereka sangat bahagia hingga sepertinya tidak ada lagi yang bisa diharapkan satu sama lain.

Draco menyadari Luna sedikit menggigil karena angin musim dingin yang kencang, dan tanpa berpikir, ia melepas jubahnya dan melingkarkannya di bahu gadis itu. Luna tersenyum dan terpesona dengan sikap perhatian Draco. Ia menarik jubah Draco erat-erat di sekelilingnya, menghirup aroma pemuda itu ke dalam hidungnya, dan ia menyukainya.

Mereka berjalan berkeliling desa dan mampir ke beberapa toko, berhenti di sana-sini untuk sekedar berpelukan. Draco tidak pernah tahu hidup bisa begitu membahagiakan. Ia tidak pernah sebahagia ini dan ia tidak ingin hal ini berakhir.

Mereka menghabiskan waktu yang damai di sebuah kedai teh yang diperuntukkan khusus bagi pasangan, yang diam-diam keduanya memahami bahwa mereka sekarang sudah resmi menjadi pasangan. Draco tersenyum ketika Luna kembali ke meja dengan membawa teh dan sepiring penuh scone. Draco mendengarkan dengan penuh perhatian saat Luna bercerita tentang berbagai binatang ajaib yang gadis itu harapkan akan ia temukan dalam petualangan setelah lulus sekolah nanti. Draco terdiam memikirkan hal ini, Luna baru saja masuk ke dalam hidupnya, ia tidak tahu apakah ia sanggup kehilangan gadis itu jika gadis itu pergi berpetualang.

Luna terdiam sejenak dan seolah bisa membaca pikiran Draco, "Tentu saja petualangan itu tidak memakan seluruh hidupku, hanya sebagian kecil saja, lagipula aku punya tempat yang sebenarnya di sini," ucap Luna menenangkan pikiran Draco. Ia yakin Draco bisa menangani ketidakhadirannya jika hanya sesaat selama pemuda itu tahu ia akan kembali ke pelukan pemuda itu.

Ketika sinar matahari mulai turun, mereka memutuskan untuk kembali ke kastil. Namun Draco berhenti tiba-tiba ketika sudah tiba di sana, "Draco ada apa? Apa ada yang salah?" tanya Luna khawatir.

"Tidak, aku hanya ingin berbagi sesuatu denganmu," ucap Draco sambil tersenyum.

Luna balas tersenyum, "Oke," ucapnya sambil meraih tangan Draco yang terulur, yang membimbingnya ke tepi danau.

Draco mencari tempat yang nyaman dan mengeluarkan tongkatnya untuk memanggil selimut. Ia menarik Luna mendekat dan membungkus tubuh mereka dengan selimut, membiarkan tubuh mereka saling menghangatkan. Draco menunjuk ke arah matahari yang kini seolah akan terbenam di atas air, yang bersinar dengan segala kemegahannya, begitu terang dan indah hingga pemandangan itu lah yang seolah hanya memenuhi keduanya sepenuhnya. Mereka duduk diam, Luna menyandarkan kepalanya di bahu Draco dan pemuda itu menyandarkan kepalanya sendiri di atas kepala Luna. Mereka berbagi pengalaman yang sempurna, menyaksikan cahaya terakhir yang berusaha untuk tetap menerangi langit dengan banyaknya warna indah yang menghiasi pemandangan. Sungguh menakjubkan untuk dilihat, dan memikirkan bahwa hal ini terjadi setiap hari dan begitu banyak orang yang mengabaikannya, sungguh sangat disayangkan.

Setelah pemandangan itu menghilang, mereka berdiri dan berjalan kembali ke kastil, membersihkan diri dan makan malam bersama. Draco menoleh pada Luna setelah selesai makan malam, "Well, sekarang apa?" tanyanya.

"Um, mungkin kita bisa pergi ke kantor Profesor Wells, aku tahu dia mengizinkanmu menggunakannya, dan dari apa yang kau ceritakan padaku tentang perangkat muggle-nya, ada satu yang ingin kutonton karena aku belum pernah benar-benar menontonnya, oh aku tidak tahu itu disebut apa, itu diisi dengan aktor muggle," ucap Luna sambil berusaha mencari sebutan yang sulit dipahami itu.

"Apa, mungkin maksudmu film," ucap Draco memberitahu.

"Ya itu, film, bisakah kita menontonnya, please, Draco," pinta Luna.

"Tentu jika itu yang kau mau," ucap Draco ringan sambil bangkit dan membantu Luna berdiri.

Luna bertepuk tangan tampak sangat bersemangat, ia melompat berdiri dan menarik Draco keluar aula dengan tergesa-gesa, sepertinya tidak bisa menunggu. Luna menarik Draco ke kantor Profesor Wells di mana ia dengan antusias menjatuhkan dirinya ke sofa dan menepuk ruang kosong di sampingnya mengisyaratkan Draco untuk bergabung dengannya. Draco tersenyum melihat antusiasme Luna dan bergabung dengan gadis itu, ia meraih remote dan dengan cepat memindai menu interaktif untuk mencari film yang sesuai. Ia sangat senang saat menemukan film favoritnya baru saja akan mulai.

"Ini salah satu film yang menurutku akan kau sukai, aku pernah menontonnya sekali tapi aku ingat film ini cukup bagus, judulnya The Princess Bride," ucap Draco sambil tersenyum dan Luna membalasnya dengan sungguh-sungguh.

Luna duduk tenang, terpikat dengan apa yang ditontonnya; sungguh menakjubkan, ia belum pernah melihat yang seperti ini. Ia tersenyum, tertawa, tersentak kaget, dan bahkan menitikkan air mata saat mengira tokoh di dalam film itu benar-benar mati. Tapi sebagian besar ia hanya duduk diam dan membiarkan keseluruhan film memenuhi dirinya sepenuhnya. Luna tidak menyadari saat itu bahwa seiring berjalannya film, ia dan Draco semakin dekat sampai tidak ada lagi jarak di antara mereka, Luna dengan senang hati membiarkan Draco memeluknya, kepala mereka bertumpu satu sama lain. Ia sangat bahagia ketika film akhirnya selesai dan credit film muncul.

Draco menatap Luna dan bertanya, "Jadi bagaimana menurutmu?"

"Oh, Draco, aku menyukainya, film ini indah sekali," jawab Luna dengan suara lembut, tapi ia kemudian membuang muka, tampak tenggelam dalam pemikirannya sendiri.

Draco menyadari itu, "Ada apa?"

"Hanya... menurutmu jika seandainya itu kita, apa menurutmu kita bisa memiliki hubungan sedalam dan sekuat itu?" tanya Luna dengan nada yang benar-benar menyentuh hati.

Draco menatap jauh ke dalam mata Luna, "Jika kau bilang bisa, maka bisa," ucapnya sambil tersenyum dan menarik gadis itu mendekat untuk sebuah ciuman penuh kasih.

🌼🌼🌼

--To be continued--

Welcome Home | Druna | END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang