Chapter 7

326 41 0
                                    

--Happy reading--

🌼🌼🌼

Para siswa berjalan di koridor yang cerah, semua masih tertawa dan membicarakan dengan semangat tentang lelucon yang baru saja mereka saksikan. Draco melangkah keluar kelas dengan langkah ringan. Ia dengan pelan bersiul pada dirinya sendiri dan ketika berbelok di lorong, ia mendapati langkahnya terhenti karena terhalang tiga pemuda yang telah ia permalukan. Ia melihat tatapan kebencian membara di mata mereka, membuat senyumnya memudar. Ia sedang memperdebatkan apa yang harus dilakukannya, mereka semua mengacungkan tongkat dan menunjuk lurus ke arahnya. Ia tahu ia tidak punya kesempatan untuk bergerak sebelum mereka semua melempar mantra padanya.

"Kami ingin bicara denganmu, Malfoy," ucap Harry, amarah terlihat jelas dalam suaranya.

"Jangan memulai sesuatu yang tidak bisa kau selesaikan, kaulah yang lebih dulu mencari masalah, bukan aku. Ada apa, Potter, bisa mencari masalah tapi kau tidak bisa menerima balasannya?" kata Draco tegas, ia mungkin dirugikan di sini tapi ia bukan pengecut.

Mereka semua mulai mendekati Draco, namun tiba-tiba terdengar suara di belakang mereka, "Apa ada masalah di sini, anak-anak?" Mereka menoleh dan melihat Profesor Wells berdiri di sana.

Harry dengan cepat angkat bicara, "Uh tidak, Sir, tidak ada masalah, hanya mengobrol sedikit."

"Baiklah, jika kau tidak keberatan aku ingin meminjam Mr Malfoy sebentar," kata Profesor Wells, memberi isyarat pada Draco untuk mengikutinya. Draco menurut, diam-diam bersyukur bisa lolos dari sana. Ia akui ia lengah, kesalahan yang tidak akan ia ulangi.

Profesor Wells membawa Draco melewati ruang kelasnya, menaiki tangga, menuju ke dalam kantornya. Ini adalah pertama kalinya Draco berada di sini dan yang pertama menarik perhatiannya adalah betapa 'muggle'nya tempat itu. Di dinding seberang tergantung televisi layar datar besar. Draco mengenali itu. Televisi itu berada di depan sofa besar yang tampak nyaman. Draco juga melihat komputer layar datar di atas meja, yang Draco perhatikan terhubung ke iTunes, ia terkejut, ia tidak tahu ini. Ia rasa koneksi internet tidak dapat dibuat di Hogwarts.

Profesor Wells menyadari keterkejutan Draco tapi ia salah memahaminya, "Benda itu disebut komputer," jelasnya.

"Aku tahu," jawab Draco cepat, "Aku hanya tidak percaya kau benar-benar punya koneksi internet di sini, maksudku bagaimana kau menemukan ISP di sini?"

Profesor Wells tampak terkejut mendengar pertanyaan Draco, tapi kemudian tersenyum. "Wow, ini kejutan, aku tidak berpikir anak yang lahir dari orang tua penyihir akan tahu tentang teknologi muggle."

"Ya, aku tahu sedikit, saat musim panas aku biasa berlibur dengan muggle dan dia mengajariku semua tentang itu," kata Draco sambil menatap layar komputer, sudah lama sekali ia tidak melihatnya. Ia memperhatikan apa yang sedang diunduh Profesor Wells dan matanya berbinar, "The American Dream Is Killing Me, apa itu single baru Green Day?" tanyanya dengan semangat.

"Ya, ini yang paling baru, kau suka Green Day?" tanya Profesor Wells, sekali lagi ia terkejut saat mengetahui bahwa Draco tidak hanya tahu tentang teknologi muggle, tapi juga band Amerika.

"Oh ya, mereka luar biasa, aku sudah lama tidak mengikuti mereka," kata Draco dengan nada sedih yang sekarang terlihat jelas dalam suaranya.

Profesor Wells merasa luar biasa telah menemukan seseorang di kastil terpencil di Skotlandia ini yang benar-benar mengetahui dan juga menyukai hal-hal yang sangat ia sukai. "Sudah selesai," ucapnya sambil menyerahkan sepasang headphone pada Draco, "Coba dengarkan."

Draco dengan senang hati menerimanya dan memasang di telinganya, ia mendengarkan dengan seksama saat Profesor Wells memutar lagu itu. Draco mulai menganggukkan kepalanya saat lagu dimulai dengan ketukan drum yang stabil, kemudian petikan gitar yang sangat indah, ia tersenyum lebar saat suara salah satu vokalis favoritnya terdengar. Ia duduk di sana tenggelam dalam alunan lagu, mendengarkan setiap kata, setiap petikan gitar, setiap dentuman drum, setiap nada. Ia belum pernah mendengar lagu itu, tapi ia langsung menyukainya. Jelas, ia menyadari pada saat ini betapa ia merindukan momen dimana ia hanya duduk sendirian di sebuah ruangan dan mendengarkan musik rock. Ia merindukan begitu banyak hal. Pikiran-pikiran ini memeras otaknya sampai lagu itu berakhir. Ia kemudian melepas headphone dan mengembalikannya pada Profesor Wells.

Welcome Home | Druna | END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang