Part 18

85 10 0
                                    

Selama ini Kim Namjoon tak pernah begitu antusias saat mendengar suara tombol pin pintu ditekan. Tak pernah pula menaruh antensi apalagi sampai berlari dan rela meninggalkan meja kerja hanya menanti kedatangan seseorang. Jadi saat pintu apartemen dibuka ia langsung beranjak guna menghampiri Saha yang ditunggunya sejak kemarin. Setelah wanita itu menginap di hotel, kini Saha bisa kembali pukul delapan malam.

Namjoon merasa canggung namun tak dimungkiri perasaan senang tak terbendung mengamati Saha masih berdiri didepan pintu sampai wanita itu bergerak melewatinya. Bak anak itik yang mengekori induknya, Namjoon pun mengikuti kemana Saha melangkah didalam apartemen.

"Kakek sudah pulang," beritahu Namjoon guna menghalau kecanggungan, "Tadi siang saya mengantarkannya."

"Terima kasih."

Saha berusaha tidak melihat wajah suaminya dan memilih mencari pakaian dalam lemari yang kini menyatu dengan pakaian milik Namjoon sebab belum dipindahkan lagi sejak Kakek mendadak datang. Jika boleh jujur Saha sempat terkejut atas kehadirannya yang disambut. Padahal ia yakin hubungan mereka akan semakin renggang karena dirinya masih mendiami Namjoon dan pria itu pun nampak tidak berusaha membiarkan Saha luluh. Tapi nyatanya, seakan melupakan apa yang sedang terjadi, Namjoon bersikap tidak biasa seperti waktu lalu.

Sejak megetahui kebenaran semuanya banyak hal yang ingin Saha tanyakan namun ia memendam dalam hati dan memilih mencari tahu sendiri. Ia yakin Namjoon tak akan pernah mau menjawab. Teringat kembali saat ia memperkenalkan Namjoon kepada Senara, ia tidak mencurigai apapun sebab keduanya bak baru pertama kali bertemu dan kenyataan mereka sangat handal berpura-pura tidak saling mengenal membuat Saha merasa dibodohi.

"Apa rapatnya berjalan lancar?" Namjoon bergabung di meja makan membawa segelas kopi panas. Ia sengaja menunggu Saha membersihkan diri seraya menanti makan malam bersama. "Aku memesan makanan secara delivery melalui aplikasi. Ternyata tidak sulit."

"Itu berarti kau tidak butuh aku lagi," simpul Saha dan yang dikatakannya mengarah pada banyak maksud namun yang dituduh entah tidak paham atau berpura-pura bodoh.

"Benar, dalam situasi sekarang cara seperti itu cukup efektif dan tidak menganggu waktu istirahatmu karena harus menyiapkan makan malam usai kembali bekerja," balas Namjoon tak lepas memperhatikan Saha yang mulai sibuk menyantap makan malam tanpa perlu merespon lagi dan membiarkan keheningan menyelimuti mereka.

Di tempatnya Namjoon sadar bahwa wanita itu masih mengabaikan dirinya atas kebohongan yang sudah diketahui. Niat awal ingin terus membiarkan kerenggangan berlarut sampai Saha menyerah seperti keinginannya, pengakuan Kakek Lim yang tiba-tiba membuatnya diserbu kebimbangan.

Ia tidak bisa meninggalkan Saha begitu saja disaat wanita itu masih membutuhkan seseorang. Apalagi teringat Kakek Lim sangat mengandalkan serta mengharapkan Namjoon untuk selalu ada disamping Saha minimal sampai hari itu tiba, membuat Namjoon pun tidak bisa melakukan apa pun selain bertahan lebih lama entah sampai kapan.

"Sudah selesai?" Namjoon mendongak, lamunannya buyar saat Saha bangkit berdiri. Lalu ia kembali mengikuti Saha yang hendak masuk ke dalam kamarnya sendiri membuat Namjoon segera bersuara lagi, "Kau bisa tidur bersama saya. Kamarmu belum dibersihkan sejak Kakek pergi."

Saha tertahan didepan pintu, berbalik badan menghadap Namjoon. "Aku bisa membersihkannya sebelum tidur."

"Tidak," cegah Namjoon cepat meraih pergelangan tangan Saha tergesa. Perasaan terganggu muncul setiap Saha terus bersikap tidak acuh seperti ini. "Maksudku, Nona Lim masih marah?"

"Kau pikir sikapku selama ini kenapa? Jelas sekali aku marah dan kecewa. Apalagi setelah mengetahui kebenarannya dan kau sama sekali tidak mau membuka mulutmu setiap kali aku—"

A Piece Of Your HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang