Pintu gerbang utama dibuka menampilkan keadaan rumah nampak ramai oleh tamu undangan saat Saha baru dapat tiba setelah menemui seorang dokter. Mobil yang ditumpanginya bersama Namjoon berhenti di halaman rumah yang telah berhias banyak lampu serta deretan papan karangan bunga dipenuhi ucapan selamat untuk Kakek Lim. Sebuah pemandangan asing yang Saha saksikan setelah bertahun-tahun melihat wastu tersebut selalu sunyi dan lengang.
Keduanya tidak langsung keluar untuk segera berbaur dengan tamu lain. Namjoon sendiri menanti Saha yang terlihat butuh waktu mengendalikan diri setelah diberi fakta mengejutkan. Perubahan sikap wanita itu nampak terlihat jelas tidak se-senang saat pertama kali mendengar kabar Kakek Lim akan mengadakan pesta tanpa tahu ada sebuah alasan dibaliknya. Seharusnya Saha menyadari lebih cepat bahwa Kakek memang bukan orang yang senang akan sebuah pesta.
"Nona Lim, semua tidak akan seburuk yang kau pikirkan," Namjoon mencoba membuat Saha untuk tidak terlalu berpikir jauh ke depan meskipun tidak berhasil. "Kakek Lim baik-baik saja?"
Saha masih mengamati keadaan luar dengan nyalang sembari berucap tanpa ingin melihat lawan bicara. "Bagaimana bisa kau menyembunyikan hal sebesar itu padaku?"
"Saya sungguh tidak tahu bila penyakit Kakek separah itu," bela Namjoon. "Kakek Lim hanya mengatakan bahwa dirinya sakit—"
"Cukup," Saha memotong cepat. Ia tidak mau mendengar apapun dari pria disampingnya yang kini sudah tidak bisa ia percayai lagi.
Saha pun pada akhirnya keluar dari mobil. Memasuki rumahnya dalam perasaan tidak karuan dan ia langsung mengarahkan pandangan pada Kakek berada lantas mendekat. Tidak peduli atas perubahan rumahnya yang didekorasi sekelilingnya menjadi seperti aula besar penuh berhias lampu-lampu hangat dan bunga. Entah Saha merasa ini bukan pesta hari ulangtahun melainkan seperti acara perpisahan.
Namjoon yang ditinggalkan oleh Saha, mendadak perhatian pria itu teralihkan dari kepergian Saha yang menemui Kakek Lim lalu tertuju pada kehadiran Senara didepan pintu. Namjoon memang tidak terkejut bila Saha akan mengundang Senara ke pasta ini sehingga ia hanya diam di tempat menyaksikan dari jauh bagaimana Saha masih mampu tersenyum menyembunyikan kesedihan kala memanggil Senara untuk diperkenalkan kepada Kakek Lim.
Saha sejenak memperhatikan Senara yang dibalut gaun hitam pemberian darinya. Senara memang cantik, pikirnya tidak bohong dan pantas Namjoon tidak bisa melepaskannya dengan mudah. "Kau cantik sekali," ungkap Saha tanpa disadari.
"Bekat gaun pemberianmu." Senara meraih jemari Saha untuk digenggam sekaligus terselip rasa bersalah dan keinginan untuk menyelesaikan kepura-puraan ini.
"Oh, kau datang juga?" Taehyung datang tak lama kemudian, memandang Senara berada sebelum beralih sesaat menyapa Kakek dan memeluk singkat. "Kakek selamat ulangtahun."
"Terima kasih, Taehyungie." Kakek menepuk-nepuk pundak Taehyung sembari berucap lagi, "Bagaimana dengan klinik sejak Saha tak bisa membatumu, Nak?"
"Tidak baik-baik saja," Taehyung memasang wajah sedih dan tersakiti. Saha yang melihatnya mendengus sebal. "Aku semakin sibuk sejak Saha di perusahaan bahkan klinik bertambah ramai sehingga Kakek jangan biarkan Saha kembali ke klinik. Bisa-bisa bangkrut karena sepi lagi."
Kakek yang awalnya akan prihatin malah tertawa kemudian mendengar penuturan Taehyung sementara Saha nyaris hendak melayangkan pukulan namun tertahan di udara. "Memangnya aku ini pembawa sial?" protesnya.
Lalu saat Kakek dipanggil oleh Paman Lee atas kedatangan tamu penting, perhatian Taehyung kembali pada Saha sembari mendekatkan wajah kepada wanita itu seraya berbisik. "Kau sudah gila, ya? Bagaimana bisa mengajak Senara kemari?" tanyanya tanpa peduli orang yang dibicarakan berada disamping kanan Saha.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece Of Your Happiness
FanfictionSTATUS : ON GOING Pernikahannya yang dipaksakan membuat Namjoon semakin menunjukkan sisi dirinya yang sebenarnya. Ia berpikir dengan begitu Saha akan menyerah dan menceraikannya. Namun pada kenyataannya semakin Namjoon membuat Saha terluka lebih dal...