part 4

764 34 2
                                    

Rian telah selesai memeriksa lian dan benar dugaannya lian terkena Tipus mau tak mau dia harus memasang infusan dia tidak tau lagi bagaimana expresi lian saat sudah sadar nanti. Huft dia hanya bisa terkekeh, kenapa anaknya sangat mengemaskan ya tuhan.

Tok tok tok

Rian beralih menatap pintu kamar lian dan muncullah genta cengengesan

"Kenapa?"

"Ge izin keluar bentar pa, cepet kok"

"Mau kemana?" Genta merinding sendiri mendengar suara dingin papanya, coba saja temennya ini tidak memaksanya keluar dia tidak akan berani seperti ini.

"Hmm ii..ini ke rumah dimas mau ambil tugas"

"Suruh pak arya aja ambilin bentar, kamu masih anget gak boleh kena angin"

"Bentar doang pa sekalian nongki dulu, yaa boleh ya bentar janji. Gak kemana-mana kok"

Rian menghela nafas

"Mau pergi sama siapa?"

"Sendiri bawa motor" ucap genta sambil menunjukkan kunci motornya

Rian beranjak keluar kamar

"Ayo papa anter"

"Paaa gak usah ge nanti mampir ke kafe dulu pulang nya, lian juga gak ada yang jaga"

"Yaudah dianter pak arya aja ya?"

Huft genta mengerutu dalam hati kenapa papanya sangat protektif

"Papa ihh gak usah, gak jadi" Genta mencak mencak tak jelas berjalan ke kamarnya

"Heyy heyy yaudah boleh bawa motor sendiri" Tidak ada jawaban pintu kamar sang anak telah tertutup rapat oleh empunya tadi

"GE GAK JADI NIH? GA MAU KE KAFE? ITULOH DIMAS NUNGGUIN NANTI" Sama saja tidak ada jawaban rian menghela nafas anaknya ngambek sekarang.


______

"Iya sayang nanti dilepas kalo udah habis"

yap sekarang rian sedang membujuk lian yang daritadi merengek minta infusannya dilepas bahkan sekarang lian sampai menangis karna sejak satu jam lalu dia bangun papanya sama sekali tidak merespon ucapannya

"ENGAKK LEPASS HIKSS PAPAAA" Lian meracau tidak jelas sambil menutup wajah dengan selimut sedangkan rian sibuk menahan tangan lian takut infusnya ke geser

"Iya iyaa diem dulu nanti infusnya ke geser sayang"

"Huuuu hiks eng..enggak lepasss"

"Udah gak usah dilepas om nanti aku yang jagain" Rian tersentak kaget, ternyata sejak tadi Iqbal dan Ali temennya lian sudah ada disini

"Udah lian nanti sesek kamu, ituloh Iqbal sama Ali dateng masa nangis trs"

"HIKSSS BIARINN SURUH PULANG AJAAA" semua tergelak

"Hahh hikss haaa"

"Hey sayang sayang nafas pelan pelan" Rian kalang kabut melihat lian mulai sesak dengan segera dia melonggarkan selimutnya

"Hiksss papah hahh"

"Iqbal ambil inhaler di ruang kerja om" dengan segera Iqbal berlari keluar kamar sedangkan rian dengan cepat mengambil stetoskop untuk memeriksa keadaan lian yang mulai lemas

"Gapapa ikutin papa ya sayang pelan pelan nafasnya, tarik nafas hembuskan, ya pinter lagi ay...."

"Hikss sakit hahhh aah.."

"Ini om" Iqbal datang membawa inhaler dengan segera Rian memasangkannya

"Hirup sayang pelan pelan, liat papa. Okey baguss tenang sayang pelan aja nafasnya"

Mendengar instruksi sang papa perlahan lian mulai tenang

"Udah?" tanya rian sambik mengelus puncak kepala lian lembut

Lian mengangguk pelan dengan mata sayu rian bisa nemebak dalam hitungan ketigas anak ini akan tidur karna efek inhalernya, memang inheler itu dicampur dengan obat tidur

Satu

Dua

Tiga

Nah kan benar dugaan nya, lian tidur dengan memeluk lengan papanya.

"Huhh" Desah Iqbal dan ali bersamaan siapa yang menduga lian akan sesak sampai seperti itu?

Rian terkekeh sambil menyeka keringat nya

"Lian kalo terlalu lama nangis memang suka sesak, udah biasa dia"

"Hampir jantungan aku om" ucap ali sol dramatis

"Apasi bal" ucapnya lagi setelah kepalanya kena toyor iqbal

"Kalian berdua aja? Si adam mana?"

"Iya om adam tadi pulang dulu dimarahin mamanya soalnya, nanti juga kesini dia"

"Yaudah om kebawah dulu ya kalian liat lian tidur aja" kekeh Rian dan beranjak pergi

Rian menoleh singkat dan mendapatkan tatapan bingung

"Nanti ambil cemilannya dibawah ya"

"Siappp"

________
.
.
.
.
.
.
.
To be continued

Lilian LaisinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang