part 8

473 33 0
                                    

Rian tengah menatap lian yang sedang tertidur setelah menghabiskan makan malamnya dan ada sedikit drama singkat pelepasan infus yang terjadi tadi. Dan akhirnya sang anak memutuskan untuk memejamkan matanya.

Rian menatap lian lekat sambil mengelus rambut lian lembut, dia mendadak teringat lian kecil, yang sangat ceria, ramah, pemberani yang sedang bermain ayunan didorong oleh genta.

"Abang ge, lebih kencang lagi dorong nyaa!" lian kecil berteriak girang, angin menerpa wajahnya halus, sang ayah duduk di kursi taman tersenyum tipis melihat buah hatinya yang begitu akur dan tumbuh menjadi anak-anak yang pintar

"Siapp kaptenn, tapi adek pegangan yang kuat yaa" genta berseru

"Siapp"

Keduanya tertawa gembira, seolah tidak ada yang akan terjadi setelah ini

Drrtt drtt

Rian mengangat telpon dari istrinya, ibu dari anak-anaknya

"........"

"Iyaa sayang, kenapa? Aku sama anak- anak masih ditaman ini baru....."

"......"

"Dimana?" balas rian dengan suara gemetar, matanya sudah memerah, hatinya seolah hancur. Bagaimana sekarang? Pikirnya

"Pah!" rian tersentak kaget tersadar dari lamunannya saat genta menepuk bahunya pelan, ternyata sejak tadi genta memanggilnya tapi dia tidak dengar.

"Ya sayang apa? Ada yang sakit? Butuh apa?" tanya rian berturut

"Papa lagi mikirin apa?"

Rian langsung tersenyum

"Papa gak mikirin apa-apa, cuma keinget kalian waktu kecil aja, gemess bgt"

Genta terkekeh

"Kok belum tidur ge? Ngapain nyariin papa?"

"Itu genta mau tanya, kasur yang di kamar tamu boleh dipindah ke kamar ge gak? Soalnya si dimas sama aji maunya tidur dikamar ge aja"

"Iya boleh, nanti papa kasitau pak arya biar dipindahin"

"Gausah nanti dimas aja yang ambil pa, kasian pak arya udah malem nanti ngerepotin"

"Yaudah kalo gitu, inget gak usah begadang masih anget"

"Iya" balas genta dengan malas

"Inget loh, awas papa cek setiap jam"

"Iyaa papa iyaaa" genta menunjukkan muka malasnya dan pergi keluar kamar rian hanya geleng-geleng.

Rian termenung kembali setelah genta pergi, ingatan kelam itu sangat membekat dipikirannya ia tidak bisa melupakannya

Rian mengacak rambutnya prustasi dan memilih membaringkan tubuhnya didekat lian dan ikut terlelap.

Jam 3 pagi lian terbangun dari tidurnya, dia haus air dikamarnya habis tapi dia malas untuk sekedar ke dapur mengambil air kepalanya juga masih sedikit pusing bila dia berdiri.
Lian menoleh ke papanya yang sudah terlelap dan setelahnya dia hanya duduk menyender dikepala ranjang tidak tertarik untuk memegang hp.

Tak terasa jam menunjukkan pukul 6 pagi, rian bangun dari tidurnya dan berdiri membuka gorden

"Lian?!" rian berseru kaget saat berbalik. Terlihat lian yang menyender dikepala kasur dengan wajah yang pucat dan senyum yang mengerikan, dia ngantuk sebenarnya tapi tidak mau tidur.

Rian mendekat

"Gak tidur lian?" lian mengangguk singkat, dan membaringkan tubuhnya  lalu mengambil tangan rian agar mengelus kepalanya.

Rian menghela nafas, dia sangat hafal bagaimana keadaan lian bila tidak tidur karna ya sangat terlihat dari matanya yang sipit itu semakin sipit dan bengkak.

"Serapan dulu ya, tidurnya nanti biar gak dibangunin lagi" lian menggeleng

"Ayo bangun sarapan dulu"

"Ngantuk paa"

"Iya mangkanya habis sarapan papa temenin tidur"

"Papa gak kerumah sakit?"

"Enggak papa libur dulu, sarapan ya? Papa ambilin"

"Humm"

.
.
.
.
.
.
.
To be continued

Lilian LaisinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang