Bab 7

525 30 1
                                    

Sesudah memeriksa genta, rian pergi untuk mengecek lian dan mungkin memilih untuk tidur bersama lian karna ternyata teman-teman genta datang untuk menginap jadi dia tidak perlu ganti shift malam-malam. Huh melelahkan!

Drrtt drtt

Tut

"Hallo ma, tumben mama telpon"

"Iyaa gak tau kenapa mama tiba-tiba keinget lian sama ge, kangen mama tuh" rian terkekeh

Memang lian dan genta sangat dekat dengan omanya, sampai dulu pernah saat liburan ke bandung rumah sang oma, lian nangis tidak ingin pulang, sedekat itu mereka. Ya memang rian sering menitipkan lian maupun genta bila dia akan keluar kota.

"Mama tau aja anak aku dua-duanya lagi sakit" rian mengaktifkan vidio call

Tut

"Yaampun sakit apa cucu mama, dua-duanya sakit?"

Rian mengangguk lantas mengarah kan kameranya ke lian. Terlihat lian pucat tertidur dengan infus ditangan kirinya.

"Yaampun lian cucu oma sakit apa? Kok diinfus rian?"

"Tipus ma, maagnya juga kambuh ditambah darah rendah. Mangkanya rian kasi infus aja biar gak dehidrasi"

"Kasian cucu omaa, trs genta gimana? Sakit apa?"

"Genta cuma anget, dari kemarin udah sakit duluan"

"Genta tidur juga? mama mau ngomong sama genta"

"Baru aja tidur ma..."

Eughh

Lian terbangun karna mendengan percakapan berisik sang papa

"Papa pusing" rian menghampiri lian dan langsung mengecek suhu tubuh lian. Anget

"Iya gapapa, kamu darah rendah mangkanya pusing nanti juga kalo udah makan berenti"

"Oma nih sayang" rian mengarahkan hp ke lian

Lian tersenyum

"Omaaa...."

"Uluuu sayangnya omaa, sakit apa sayang? Kok bisa kena tipus barengan sama maagnya kan jadi gini lo"

"Iyaa papa gak pernah kasi makan aku oma" adu lian bercanda

"Astagaa bener itu rian? Kok cucuku gak dikasi makan hmm udah bangkrut rumah sakit mu? Sampai anakmu gak kamu kasi makan?!"

"Yaudah kalo kamu memang gak mampu ngasi makan lian, biar mama aja yang bawa lian tinggal sama mama"

Lian cekikikan mendengar papanya diomeli

"Enak ajaa mama ini, gak ya ma lian tetep sama aku sampai kapan pun yee mama yang enak kali gini mah"

"Ya kamu kok liannya gak dikasi makan"

"Astagfirunglohh ma rian itu paling teliti soal makanan anak, ya masa rian gak kasi lian makan ma ada ada aja ni anak satu" rian geleng-geleng dan menjitak dahi lian

"Shh tuh kan omaa papa KDRT akuu"

"RIAN ANAKNYA SEDANG SAKIT ITULO"

"Iya mi, iyaaa" lian tertawa sambil memegangi perutnya, badannya seolah segar kembali melihat obrolan sang oma dengan papanya

"Elehh ketawa kamu, udah sembuh hmm?"

"Biarin wlee"

Oma dengan panggilan yang masih tersambung tertawa renyah

"Yaudah yaa oma tutup dulu telponnya, jaga kesehatan cucu oma yang paling ganteng, makan yang banyak cepet sembuh, sehat selalu okeei?"

"Iyaa oma"

"Iya maa, mama tutup telponnya aja"

"Iya, dadahh cucu omaa muah"

"Muah"
lian . Sambungan telpon tertutup sepihak

"Udah enakan?" tanya rian yang melihat lian kembali merebahkan tubuhnya

"Lumayan"

"Makan ya? Papa udah buatin bubur tadi"

Lian memasang wajah menyebalkan

"Bubur? Ngapain papa buat bubur?" rian tergelak melihat expresi lian yang dibuat semalas-malasnya, lian dari dulu memang tidak suka bubur lembek-lembek gimana gitu katanya.

"Enggak bercanda papa, gitu amat expresinya"

"Terserah papa deh"

"Papa ambilin ya nasinya?" lian mengangguk singkat

Setelah kepergian rian dari kamarnya, lian baru sadar.

"PAPA INFUSNYA CABUTINN!!"

.
.
.
.
.
.
To be continued

Lilian LaisinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang