Part 5

651 35 3
                                    

Sudah 3 jam mereka menunggu lian bangun tapi anak itu masih saja betah menutup matanya sampai saat ini.

Ali menghela nafas

"Gue pulang aja kali ya bal?" iqbal terkekeh

"Ck si lian tidur kaya kucingnya ga bangun bangun"

"Mimpi lu?"

"Hah"

"Lian sejak kapan punya kucing" ucap iqbal tertawa

"Ya jugaa gue lupa kalo lian takut kucing"

Clek

Terlihat genta yang baru memasuki kamar lian dengan tangan yang sedang mengeringkan rambut, hal pertama yang menyambutnya adalah gelap hanya ada cahaya dari balkon yang terbuka menandakan ada orang disana

"Kalian masih disini?" iqbal menghela nafas pertanyaan macam apa itu

"Udah pulang"

Genta hanya bisa geleng geleng melihat tingkah teman adiknya yang dari dulu tidak pernah berubah.

"Kok gak dibangunin aja liannya?"

Ali tersenyum penuh arti

"Bang genta aja yang bangunin silahkan"

Genta terkekeh tentu saja dia tau lian sangat tidak suka dibangunkan atau diganggu tidurnya bisa bisa dia ngamuk

Genta mendudukan dirinya di sisi kasur lian dan mulai membangunkan sang adik

"Lian bangun udah sore"

"Enghhh pergii"

"Lu belum makan bangun dulu" lian akhirnya mau membuka matanya walau dengan menunjukkan muka sebalnya

"Gih bangun, nyalain ya lampunya?"

Lian menggeleng pelan

"Gelap"

"Nanti" genta menghela nafas

"Yaudah ayo mau cuci muka ga? Gak usah mandi dulu"

Lian menggeleng dia hanya fokus melihat infusan ditangannya entah apa yang dia pikirkan, genta tidak akan susah memikirkannya

"Udah bangun liannya?" tanya rian yang baru saja memasuki kamar dengan membawa nampan berisi makanan lian


"Baru aja om" balas ali karna tidak ada tanda tanda genta akan bicara

"Nyalain lampunya ya lian?" tanya rian, karna tidak ada jawaban rian memutuskan untuk menyalakan lamput tersebut, karna sangat gelap

"Makan ge papa masak udang tuh" genta hanya diam dan memilih mendudukkan dirinya di sofa

"Ngambek hmm?" rian terkekeh mengacak rambut genta dan beralih ke lian yg masih melamun

"Ayo makan dulu"

Lian menggeleng

"Lepasin infusnya"

"Iya nanti tunggu habis dulu"

"Ini baru diganti kayanya pah" ucap lian sedikit menyindir sang papa, memang rian sengaja mengganti infus lian lebih awal sebelum anak itu bangun

"Iya nanti kalo demamnya udah turun papa lepas, sekarang makan dulu ayo"

Karna malas berdebat akhirnya lian menurut saja toh dia juga sangat lapar sekarang.

Lian menatap polos iqbal dan ali

"Lu pada mau?" tanya lian menatap ali dan iqbal

"Enggak lu aja"

"Yakin?"

Iqbal menggeleng

"Lu?" lian beralih ke ali

Ali juga menggeleng sedikit heran melihat tingkah temannya ini

"Kenapa nawarin gue?"

Lian terkekeh

"habis muka lu kayak kepingin"

"Anjir"

______
.
.
.
.
.
.
.
To be continued


Lilian LaisinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang