Part 3

880 39 0
                                    

Genta memasuki kamar lian, dia disuruh rian untuk membangunkan lian, karna sejak tadi lian belum juga bangun dan dia belum makan siang.

Terlihat tubuh yang berbalut selimut itu tidak bergerak sama sekali atau pun terusik dengan suara genta yap sudah sekitar 10 menit genta membangun kan lian tapi sang empu belum juga bangun.

"Liannnnn bangunnn yaamponnn bisa stress gue" genta mengoceh tidak jelas dan berjalan keluar memanggil papanya

"Pah lian tu ga bangun bangun capek ge teriak"

"Nanti papa yang bangunin, abang ke kamar aja dulu mandi trs turun" Ucap rian terkekeh sambil mengelus rambut genta.

"Lian ayo bangun" ucap rian sambil menaiki kasur dan mengecup kening lian singkat, karna ya hanya cara itu yang bisa membangunkan lian.Hanya satu hal lian tidak suka dicium dan di peluk.

"Euhhh pusing" ucap lian memegangi kepalanya

"Iya makan dulu nanti papa pijitin"

Lian menggeleng dan beralih memeluk papanya

"Ayo bangun dulu, trs makan biar enakan, papa suapin ya?"

"Gak mau" tetap sama hanya dijawab gelengan, rian menghela nafas. Memang lian bila sedang sakit sangat manja olehkarna itu dia memilih untuk mengambil cuti karna pasti anaknya yang satu ini akan rewel sekali

"Dikit aja, buka mulutnya" akhirnya dengan terpaksa lian menerima suapan rian

"Udah pa"

"Baru dua sendok sayang tinggal 2 sendok lagi ayo"

"Kenapa lian?" rian melihat lian seperti menahan mual diperutnya dan juga mata anak itu sudah berair, rian yang paham segera memberikan minum

"Yaudah nanti lagi, sekarang baringan papa ke dapur dulu ambilin kompresan"

"Enggak" ucap lian dengan suara serak

"Yaudah gak jadi lian tidur aja"

Rian membuka hp nya untuk menepon genta

"Apa pa"

"Sini gih, bawa makanannya papa gak bisa ke bawah adeknya gak mau ditinggal" ucap rian memberi pengertian

"Ge udah makan kok, ge tau kalau adek sakit jadi duluan makannya" Rian terkekeh mendengar ucapan anaknya, ternyata sudah sedewasa itu.

Memang rian sangat memanjakan anaknya tapi dengan batas dan waktu yang tepat, apa salahnya memanjakan anak bukan?

"Mau ke atas?"

Cklek

Tut

Bertepatan dengan itu genta sudah dipintu dan sekarang mereka saling tatap dengan pandangan heran

"Kenapa pa" kekeh genta

"Kamu ini, tadi papa mau titip ambilin tas papa ehh malah nongol"

Genta menggaruk tengkuknya.

"Tas dokter?"

"Iya, sana gih ambil di kamar papa" genta mengangguk

Rian mengusap lembut rambut lian, sebentar lagi pasti anaknya ini nangis kejer melihatnya membawa tas kebanggaan nya, memang lian memiliki trauma terhadap benda benda medis dan yang paling parah papanya sendiri yang sekarang menjadi dokter.

Tak lama kemudian genta masuk dengan menenteng tas keramat itu, lian menyebutnya seperti itu

"Eeuhhh" lian mengeliat tidak nyaman saat stetoskop itu menyentuh perutnya

"Papa periksa lian ya?" ucap rian meminta izin karna ya mata sang anak sudab berair dan dia tidak tega

Lian menggeleng "enggak"

"Cuma diperiksa ni cuma denger detak jantungnya aja ya"

"Papa gak mauu" lian menggeleng ribut sambil memeluk papanya

"Diperiksa doang sayang, ge bantuin papa" genta mengangguk

"Enggaakkk!" teriak lian

"Heyy gausah teriak nanti makin sakit"

"Enggak mau papah gak mau abaangg!"

"Iya udah enggak, enggak jadi udh sekarang tidur aja, gak jadi papa periksa" rian berusaha menenangkan lian dan menutup mata lian, karna ya dia sudah menyuruh genta untuk menyiapkan suntikan bius, bila tidak nanti pasti anak itu tidak akan berhenti menangis dan berakhir pingsan

"Shhh" lian telah kehilangan kesadaran


______
.
.
.
.
.
.
.
.
To be continued

Lilian LaisinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang