part 6

556 31 1
                                    

Iqbal dan ali memutuskan untuk pulang karna jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, dan juga sedari tadi mami iqbal rewueh karna anak kesayangannya belum juga pulang padahak hari sudah beranjak malam. Ya iqbal memang anak mami yang tidak boleh lecet sedikit pun. Kalian taulah ya anak cina terus cowo behh

"Mau om anter bal, biar nanti motornya taruh sini dulu besok om suruh pak arya anterin"

"Iqbal naik motor aja gapapa om, sama ali juga kan"

"Berani emang? Rumahnya ali gak searah sama kamu" iqbal cengegesan

Iqbal memang jarang sekali pulang malam malah dia lumayan jarang keluar rumah dan satu iqbal baru belajar motor 2 minggu yang lalu jadi dia masih agak takut untuk mengendarainya.

"Om anter aja ya? Ato mau sama ali, motornya ditinggal aja"

"Iya sama gue aja daripada lu keringet dingin motoran sendiri" kekeh ali

"Yes enak aja gue berani asal lu tau"

"Udah udah keburu malem nanti makin dimarahin mami"

"Anak mami" cibir ali

"Daripada lu gak punya mami" Diulti gak tuh. Ali menggaruk garuk kepala yang tak gatal, salah dia adu mulut sama iqbal di skak mulu.

Iqbal dan ali akhirnya meninggalkan rumah lian dengan iqbal yang dibonceng ali.

Rian mengernyit "mau kemana ge ko pake jaket?"

"Gak ada, cuma dingin aja"

"Sini duduk sama papa" genta menghampiri sang papa dan meletakkan kepalanya di paha papanya

Rian memegang dahi genta, dan benar dugaannya genta sedikit hangat

"Pusing apa gimana ge?" genta menggeleng pelan

"Engak pa"

"Badan kamu aget loh, apa buatin wedang ya" rian yang hendak berdiri ditahan oleh genta

"Gak mau paa" rian menghela nafas, tidak adik tidak kakak sama-sama rewel bila sedang sakit. Lagipula apa yang sudah dilakukan genta hingga bisa demam seperti ini.

"Ke kamar ayo papa anter, atau tidur sama lian aja?" lagi-lagi genta menggeleng

"Ayo kekamar, mau papa gendong?"

"Ishh dikira aku lian apa pake digendong" genta bangkit sambil menggerutu menuju kamarnya

Rian hanya menggeleng dan beranjak ke ruang kerjanya untuk mengambil tas kebanggaannya. Dia senang bila memeriksa genta karna genta bila sudah sakit sangat penurut dan juga genta tidak takut jarum seperti lian. Jadi tidam repot untuk memasangkan infus.

.
.
.
.
.
.
.
To be continued

Lilian LaisinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang