part 2

838 39 0
                                    

Lian mengernyit bingung saat mobil sang ayah memasuki kawasan rumah sakit.

"Papa?" panggil lian tapi tidak mendapatkan jawaban apapun

"Papa lian ga mau" ucap lian menunduk, dengan tangan yang sudah dingin dan tanpa rian sadari wajah lian pucat pasi, sedangkan rian malah terkekeh beralih mengacak ngacak rambut lian gemas

"Papa cuma mau ambil barang doang, ayo turun" lian menggeleng nampaknya lian belum percaya dan membuat rian semakin gemas saja.

"Beneran lian, papa ambil cuti sekarang jadi mau ambil berkas ayah yang ketinggalan kemarin" Memang papa rian adalah seorang dokter dan itu yang tidak disukai lian.

"Ayo mau ikut atau dimobil aja? Ikut ya? Disini sepi" lian pun mengganguk

"Pakai maskernya" Rian heran kenapa anaknya yang satu ini sangat anti dengan dokter dan hal-hal yang berbau rumah sakit.

Mereka memasuki rumah sakit dan langsung menuju lantai 4 ruang spesialis jantung.

"Loh kok masuk? Katanya mau ambil cuti dulu" Sapa andre menepuk bahu rian

"Berkas gue ketinggalan"

"Loh lian gak sekolah?" ucap andre setelah melihat lian yang hanya diam saja sambil menggandeng tangan ayahnya

Lian menggelang "enggak om"

"Anget anaknya, mangkanya gue bawa pulang aja takutnya kenapa napa"
Andre manganguk paham

"Yaudah lu duluan aja gue ambilin berkas yang kemarin dulu sekalian"

Mereka memasuki ruangan putih ya seperti biasa semua warna rumah sakit pasti putih dan lian hanya bergidik ngeri

"Sini baringan" lian menurut

"Pusing atau gimana?" lian menggeleng

"Perutnya sakit?" masih sama hanya gelengan dan rian hanya bisa menghela nafas.

Drtt drttt

"Apa bang?"

"........."

"Lagi dirumah sakit"

"..........."

"Papa langsung pulang sekarang, adek anget gak jadi sekolah tadi"

"........."

"Yaudah kalo gitu papa tutup, inget ge gausah keluar"

"......"

"Iyaa oke

Tut

"Genta kenapa?" rian tersentak, tidak menyadari andre masuk

"Minta bakso, tapi gak gue turutin nanti lian pingin"

"Ya gapapa beliin aja lah, lian juga cuma demam gapapa makan bakso"

"Gak boleh sering sering gak sehat" andre hanya bisa menggelengkan kepalanya, memang rian kalo urusan makanan anaknya sangat teliti dan teratur.

"Mana berkasnya? Gue langsung mau pulang"

"Ada rapat bentar tuh gak mau ikut? Buat pendonor yang kemarin itu mau dibahas lagi sedikit" rian melirik lian yang ternyata anaknya sudah sangat pulas dia mana tega meninggalkan lian seperti ini

"Enggak deh kasian anak gue capek mungkin, nanti aja lo kirimin hasil rapat nya biar gue cek"

"Oke dh gue duluan kalo gitu, itu si lian gendong aja kasian nanti makin pusing kalo dibangunin" rian mengangguk dan beralih untuk menggendong lian.

______

Mobil hitam itu memasuki pekarangan rumah yang cukup besar dengan lantai tingkat 3 yang di desain elegan berwarna abu.

Rian menoleh menatap lian yang sendari tadi belum juga bangun. Akhirnya ia memilih untuk mengendong lian lagi karna tidak tega untuk membangunkannya.

"Adek kenapa pah?" tanya genta

"Cuma tidur, itu baksonya di mobil"

"Makasi papaah"

Dengan semangat 45 genta berlari keluar, ya jarang sekali dia diizinkan untuk sekedar makan bakso bila dia minta dibelikan, rian menolak mentah mentah dan malah memilih membuatkan anaknya. Rian hanya geleng geleng dan melanjutkan langkahnya yg tertunda tadi.

______
.
.
.
.
.
.
To be continued




Lilian LaisinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang