Chapter 8 - Ghibah Time

109 17 6
                                    

BIU POV

Melihat anak-anak yang sudah berada di kamarnya membuatku lega, apalagi mereka membicarakan tentang bagaimana sekolah dan apa yang harus dikerjakan, terkadang kekompakan mereka membuatku iri, karena aku tidak memiliki saudara, yang kumiliki hanyalah sahabatku yang sudah kuanggap sebagai saudaraku. Karena mereka yang selalu membantuku selama ini, berharap mereka akan bersamaku selamanya. Karena aku tidak mau kehilangan mereka meskipun tingkah mereka absurd tingkat dewa.

"Gimana, Biu? Anak-anakmu, apakah mereka tidur siang?" Tanya Nodt ketika aku datang ke ruang keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana, Biu? Anak-anakmu, apakah mereka tidur siang?" Tanya Nodt ketika aku datang ke ruang keluarga.

"Enggak, kudengar mereka akan menonton film setelah ini." Jawabku.

"Mereka sudah tahu siapa Daddy mereka?" Tanya Apo.

"Belum, tapi sudah ketemu, kuharapkan jangan ketemu lagi, karena aku belum sanggup melihat wajah orang yang menyakitiku."

"SUMPAH!!!! KAPAN KETEMU?" Teriak Us.

"Sehari sebelum hari pertama mereka masuk sekolah." Jawabku.

"Gila sih ini, dia tahu kalau itu anak-anaknya?" Tanya Bas.

"Enggak sih, cuman dia panggil dirinya Daddy dihadapan anak-anak, makanya aku yang gak terima, langsung mengatakan bukan, mana si Kenzo nangis kejer. Ya mana bisa gue handle mereka sendirian. Untung Kenlie yang peka, nolak kalau Bible adalah Daddy-nya. Setelah Kenlie ngomong gitu ke dia, dia langsung pergi dan berkata kalau dia tidak akan melepaskan kami." Jelasku.

"Si gila, berulah lagi dia, dulu enggak cukup kali ya." Kata Apo.

"Po, jaga mulutnya, ada anak-anak gue. Meskipun begitu kenyataannya dia adalah Daddy mereka." Jelasku.

"Ya, makanya Biu, bukannya udah gue ingetin dulu, kalau jangan percaya sama si gila yang deketin lu, dan dengan begonya lu malah percaya kalau dia tidak akan berbuat aneh-aneh." Kata Apo dengan emosi.

"Beruntungnya gue masih sama mereka. Coba kalau Bible tidak melakukan itu, mereka tidak akan pernah ada disini. Aku membenci dia tapi tidak dengan anak-anak, karena mereka tidak bersalah, yang salah itu gue sama Bible, jadi itu urusan gue sama dia kalau ketemu nanti." Jelasku lagi.

"Sabar banget sih, Biu. Kalau gue jadi lu, palingan nanti gue udah bundir, gak ada kata maaf lagi buat diri gue sama dia yang udah nyakitin gue." Kata Bas padaku.

"Ya, kalau enggak ada ortu gue dan kalian, mungkin kalian gak akan liat gue sama mereka disini sekarang." Jelasku.

"Awas aja kalau gue ketemu dia, mau gue ulek makanya, liat aja, gak perduli dia teman JJ, Mile, Job, ataupun Perth. Urusan gue cuman sama dia." Kata Us yang emosi juga.

"Sama sih, gue juga kalau ketemu Bible mau gue geprek otaknya, biar bisa diingat dengan jelas, apa yang sudah dia perbuat." Kata Nodt yang membuat kami semua menoleh.

"Tumben lu bisa sejahat ini, Nodt, biasanya aja diem mulu kayak anak ayam ngikutin induknya." Kata Apo.

"Beda, Po, teman gue ini, gak bisa gue kalau dia dijadikan seperti ini, gak inget perjuangannya Biu waktu lahiran, kalau ketemu bener mau gue geprek kepalanya, ingatkan itu kalau nanti gue lupa." Katanya.

"Sudah ya, gess.. urusan gue itu, kalian gak usah ikut, makasih sudah membelaku. Tapi mungkin lain kali boleh menghajarnya sesekali. Tapi jangan berlebihan." Kataku pada mereka.

"Ahh... Sudahlah, kita buat janji mingdep aja gimana? Sekalian bawa anak-anak?" Kata Us pada kami.

"Kemana?" Tanya Bas.

"Kemanapun, yang bisa buat mereka bahagia, kan gue udah jarang main sama mereka." Kata Apo menambahi.

"Bener sih, gue ngikut, gimana lu, Biu?" Tanya Nodt padaku.

"Terserah, kabarin aja, gak usah ada yang bawa pacar. Gue gites kepala kalian Sampek ada yang bawa pacar." Sewotku.

"Gampang ini mah." Kata Apo.

"Btw, gimana hubungan kalian sama ayang kalian, yang kena karma, sama yang emang awalnya biasa aja jadi suka, bisa bercerita kepada saya, keseharian kalian bagaimana?" Tanyaku pada mereka.

"Ya, gimana ya, Mile jadi bucin akut, padahal dia dulu kayak banteng, kalian tahu sendirilah, jadinya manja dia, gue pergi lama dikit, ditelpon mulu sama dia. Jangankan gitu, gue bulan depan gak beli baju aja dimarahi sama dia. Apalagi kalau gue enggak beli jam tangan baru tiap bulan juga, bisa dibelikan dan langsung dikasih Black card American Express miliknya. Gila kan?" Jelas Apo pada kami.

"Ya, sama. Job sama gue tuh nempel kayak lem sama perangko. Capek kadang jengah juga, mana kalau udah pulang dari urusan sama klien minta kelon mulu. Sampai kadang mikir nih orang suka gue, suka dari mananya." Jelas Bas pada kami.

"Sama sih, JJ juga, tuh orang, semenjak sama gue, berani macam-macam gue geprek kepalanya. Dari awal nakalnya dia Sampek sekarang, semua gue tau dan jengah. Beruntungnya sempet tobat tuh orang, kagak tobat alamat enggak diterima mantu sama papi gue." Kata Us dengan memutarkan bola matanya.

"Sama Perth juga, emang gak banyak tingkah, tapi kadang kalau habis pulang dari luar negeri minta kelon mulu. Sampai jengah melihatnya dia ngikut kemanapun aku pergi. Sampek capek gue, mau digites tapi gue sayang, gak digites itu kelewatan manjanya." Jawabnya dengan jengah.

"Beruntungnya kalian, punya ayang yang bucin dan sayang, memberikan semua yang kalian mau. Gue gak ada ayang, semua uang gue cuman buat anak-anak gue. Gue gak mau orang mandang anak-anak gue sebelah mata. Jadi, gue lebih milih lebih baik beli baju sebulan sekali, daripada baju anak gue jelek. Gue bukan miskin, prioritas gue beda. Jadi gue udah gak bisa harus shopping all the time kayak kalian. Jadi rindu pelukan seseorang." Kataku dengan menghela nafas panjang.

"Rindu sapa lu? Jangan-jangan bapaknya anak-anak lu kan?" Kata Us mengejekku.

"Kepala lu, bapak anak-anak, kalau misalnya gue rindu, kenapa enggak gue terima aja dari awal ketemu. Ogeb dipelihara Lu?" Kataku sadis.

"Gak usah protes, jodoh udah diatur, lu gak tahukan, Bible gak pernah punya pasangan setelah bikin lu jadi taruhan." Kata Bas padaku.

"Gak peduli sih, yang penting diri gue bahagia sama anak-anak." Kataku malas.

"Dih, sewot bener sih, jodoh tau rasa lu." Kata Apo.

"Bodo, Po. Bodo. Gak perduli." Sewotku.

"Udah deh, gue pulang dulu, si ayang ngambek." Jawab Bas padaku.

"Gue juga, Biu." Kata Us.

"Sama si Mile lagi manja nih, daritadi udah cariin gue mulu." Kata Apo.

"Sama Perth juga minta kelon, jadi maafin ya Biu enggak bisa lama disini." Kata Nodt juga.

"Akhirnya, pergi juga kalian, aku bisa istirahat, semangat kalian, yang dulu katanya benci sampek tengkar, enak ya karma ternyata." Kataku sambil mengantarkan sampai depan pintu.

"Awas lu sampai karma juga, gak sudi gue, jadi tempat curhat lu." Kata Apo padaku yang hanya kujulurkan lidahku saja.

Setelah kepergian mereka, aku mencari anak-anak dan melihat mereka yang tertidur pada ruang untuk menonton film, yang kubiarkan dan mengikut mereka untuk beristirahat disitu. Aku harap kebahagiaan akan selalu bersama kalian, karena Buna tidak mau melihat kalian sedih atau menangis seperti kemarin. Makasih ya sudah berjuang sama Buna selama hampir 6 tahun ini, maaf kalau kadang belum bisa memberikan yang terbaik. Buna sayang kalian semua.


Chapter 8...

Do you still like it... I hope so, don't forget to vote, comment, and share to everyone...

Thanks and Love you, Guyss....

My World is Your World, Your World is They World (BibleBuild)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang