Chapter 19B - Bible Wichapas Sumettikul (Flashback - Depressed Time)

54 9 3
                                    

Setelah berbicara itu, kami tidak nongkrong seperti biasanya. Karena keadaanku, juga karena aku lagi pusing dan mual tidak berkesudahan. Bahkan, saat makan malam pun, aku tidak makan, malahan hanya melihat orangtuaku makan. Mereka sampai heran melihatku, yang biasanya suka dengan makanan mami, tapi hanya kulihat tanpa minat dan mual itu kembali lagi, dan sayangnya yang keluar hanya cairan putih lagi.

"Kamu kenapa? Makan apa kamu tadi Sampek kayak gini?" Tanya mami dengan memijat tengkukku.

"Gak tau, katanya sih salah makan terus keseringan begadang, jadi mungkin masuk angin." Elakku.

"Sudah minum obat?" Tanya mami kasian.

"Belum, mi. Masih mual banget. Jadi, gak bisa makan banyak daritadi." Jawabku sebelum muntah kesekian kalinya.

"Pi, sini o, anakmu ini lho kasian. Bawaen ke dokter." Kata mami dengan aksen dari negaranya.

"Ngapain mi, daritadi lho. Biarin wes besar. Paling yo masuk angin." Kata papi dengan bodo amat.

"Haduh... Kamu Iki, anak e sakit, ya dianterno, mosok ya dibiarin, Ndang siapin mobil e, ayo ke rumah sakit." Kata mami dengan emosi.

Aku yang melihat mamiku berbicara hanya bisa ketawa, kenapa kok bisa mereka ketemu padahal beda bahasa. Dulu waktu pacaran gimana ya kalau ngomong. Gak bisa bayangin aku sama orangtuaku. Mana papi sama ayahnya Biu sahabat sejak lama. Agak unik emang takdirnya, ketemu mami itu katanya enggak sengaja gara-gara papi keburu mau ketemu klien, lha mami itu lagi jalan-jalan jadi turis, nah mami kan bawa minuman ditabrak sama papi, ya tahu sendirilah ngomelnya mamiku seperti apa.

"Ayo, mi. Cepet nih mobilnya udah disiapin. Mami ini, papi belum selesai makan, ayo met, rusuh ancen arek Iki." Kata papi julid padaku.

"Lha kan aku gak minta, Pi. Palingan besok ya wes sembuh." Kataku pada papi.

"Ayo wes, males debat sama mami Iki." Kata papi lagi.

Aku memasuki mobil yang disiapkan oleh supir kami, papi yang menyetir dan mami duduk disebelahnya. Kami bertiga langsung menuju rumah sakit. Harapanku waktu itu, semoga gak ada Gulf di rumah sakit yang dituju papi. Kalau ada bisa tamat riwayatku.

"Udah sampai nih, kamu anterin dulu, mi. Papi tak parkir dulu." Kata papi pada kami.

"Iya habis itu balek o kesini." Sabda mami pada papi.

Setelah itu, mami langsung nganterin aku ke UGD. Ya, gak ada yang istimewa selain, gue ketemu sama Gulf lagi. Semoga dia bisa memihakku kali ini. Jika tidak, kusentil ginjalnya nanti. Mami yang tahu itu Gulf, langsung cipika cipiki, karena merasa udah kenal dekat. Aku hanya menatapnya tajam dan aku berharap dia bisa diajak kerja sama kali ini saja.

"Lho, Tante, kok kesini malem-malem, kenapa?" Kata Gulf sok dekat, padahal emang dekat.

"Nih, nganterin anak papi Sumet. Daritadi mual Mulu. Katanya salah makan, kenapa Yo kira-kira?" Tanya mami.

"Bentaran ya, Tante. Aku periksa dulu. Tante tunggu disitu aja. Manja bener minta dianter segala." Kata Gulf sambil mengejek.

"Mami maksa gue, lagian lu gak kasih gue obat, dasar yang bodo nih sapa sih sebenernya, kenapa lu gak ngasih obat dan gue diam aja gak dikasih obat." Sewotku padanya.

"Sama sih kita emang, kan sehati dan seotak kita emang. Lupa satu ya lupa semua." Katanya simple.

"Kok bisa gue temenan Ama lu, hutang apa gue di masa lalu sama lu." Kataku tertawa kecil.

"Bunuh gue kali ya lu, makanya lu hutang mulu ke gue." Katanya dengan otak miringnya.

"Dia kenapa ya, Gulf. Kasian dari tadi enggak bisa makan." Tanya mami khawatir.

My World is Your World, Your World is They World (BibleBuild)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang