Bagian 7

24.7K 1.9K 268
                                    

Segala kebaikan datangnya dari Allah SWT, sedangkan segala keburukan datang karena kesalahan manusia. Cerita ini murni sebagai hiburan tidak ada unsur menjelekkan suatu ajaran agama.

Double update ~

—————

KRIIING!! KRIIING!!

Bel jam tidur siang berbunyi, para santri pun pergi ke kamar karena memang cuaca sangat panas dan mereka mengantuk. Hanya sisa beberapa saja yang memilih makan siang lebih dulu.

Abi baru saja keluar dari kamar mandi dan hendak ke gedung asrama. Namun ia urungkan saat melihat kekasih hatinya sedang berada di depan ruangan perpustakaan sembari meremas surainya frutrasi.

Ia pun kesana guna menghampiri Ale yang ternyata sedang menangis sembari memukuli kepalanya dengan kesal.  Ia melihat ale masuk kedalam perpustakaan, dia pun mengikutinya dan tak melihat Ale di dalam sana.

Hingga dia mencarinya dan menemukan sang kekasih sedanb menyembunyikan tubuhnya di belakang rak buku. Ale meremas kuat surainya sembari menangis, dengan cepat Abi menahan tangan Ale dan melepasnya dari rambut bocah itu.

"Hei kenapa?" Tanya Abi sembari berjongkok di depan tubuh Ale.

Ale mencebikkan bibirnya kebawah dengan sedih, bibirnya bergetar hebat menahan isak tangisnya.

"Gue ga hapal dari tadi Anaabi. Hiks cape ga hapal terus." Lirih Ale dengan suara paraunya.

Abi menghela napasnya dengan pelan, dia pun duduk di samping Ale dan mengelus bahunya dengan pelan.

"Hafalan surat mana Sayang?" Tanya Abi dengan lembut.

Air mata Ale semakin deras karena dia kesal tak kunjung hafal sejak tadi pagi mencoba untuk menghafalnya. Ia pun menunjukkan kepada Abi surat yang sedang berusaha ia hafalkan.

"Ustadz Husen bilang besok harus hafal. Lu tau sendiri kan Yang dia tuh suka ngehukum orang nya. Hiks gue udah tiga kali kena hukuman dia. Cape gue tuh." Keluh Ale semakin sesenggukan.

Abi menarik kepala Ale agar bersandar di bahunya. Ia menepuk pundak bergetar sang kekasih dengan pelan.

"Gue juga udah usaha kan buat ngapalin. Tapi tuh ustadz kek ga ngehargain usaha gue. Yang dilihat pasti cuma hasilnya. Hiks—hiks bukannya kita hiks harus lebih menghargai proses ya dari pada hasilnya Yang? Hiks gue udah usaha semampu gue.." adu Ale meluapkan kekesalan hatinya.

Abi mengangguk mengerti, dan memang yang dikatakan oleh sang kekasih benar adanya. Banyak dari manusia mengutamakan hasil, dan jika hasil tak sesuai keinginan maka dia akan menyalahkan keadaan bahkan diri sendiri.

Padahal, sesuatu yang lebih penting dari hasil adalah sebuah proses. Karena sebuah proses tersebutlah banyak hal yang dapat diambil. Karena pada dasarnya proses adalah suatu moment yang begitu berharga, tak akan ada hasil tanpa sebuah proses.

Manusia lupa untuk menghargai sebuah proses, mereka lupa menghargai diri sendiri yang telah menjalani proses yang begitu berat karena hanya memandang hasil. Terkadang, kegagalan adalah sesuatu yang berharga. Karena adanya kegagalan, manusia mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mencoba banyak hal dan menjadikannya sebuah pengalaman berharga.

"Allah tahu usaha dan proses kamu. Itu yang lebih penting. Ga apa kalo ustadz Husen ga ngerti, karena dia cuma manusia yang kadang lelah dengan banyak nya santri didik. Yang penting kamu udah usaha ya? Kamu hafalan bukan karena ustadz Husen kan Sayangnya Mas Abi?" Tanya Abi sembari menghapus air mata Ale.

Ale mengangguk kecil, pikirannya sedikit terbuka karena ucapan sang kekasih.

"Mas akan coba bilang sama ustadz Hendri tentang hukuman yang diberi sama ustadz Husen. Karena sebenernya mereka ga berhak ngasih hukuman, bahkan dari pesantren pun ga ada aturannya. Kamu sabar dulu ya, Mas bilang ntar sore ke ustadz Hendri." Ujar Abi berusaha menenangkan Ale.

ABI-ALE SEASON 3 (21+) BL ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang