Chapter 8

1.6K 208 5
                                    

🦖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






🦖



Setelah makan malam, Zean membantu Ashel mencuci piring dan membereskan sisa makanan mereka. Sedangkan di luar hujan semakin deras ditambah petir yang mulai berbunyi.

"Lo tidur di kamar gue aja" ucap Zean setelah selesai menyimpan piring hasil cucian Ashel.

"Hah? Emang kenapa?" Tanya Ashel heran menatap Zean.

"Biasanya kalo petir gini lampu bakalan mati, cuman di kamar gue sama ruang keluarga yang lampunya pake lampu darurat" jelas Zean.

Ashel mendelik menatap Zean.

"Tumben ngomongnya panjang" balas Ashel

"Yaudah lo tidur sendiri aja gausah pake lampu" ketus Zean lalu berjalan keluar dari dapur.

Baru saja akan membuka pintu kamarnya, lampu sudah padam seperti yang dia bilang tadi. Sedangkan Ashel masih berada di dapur.

"AAAAA MOMMYY" teriak Ashel dari dapur.

"udah dibilangin juga, ngeyel sih" batin Zean sambil mendenggus

lalu dirinya segera menyalakan flash yang ada di heanphonenya kemudian kembali ke dapur untuk melihat kondisi Ashel yang sudah dapat Zean tebak wajah paniknya.


🦖




Ashel berjalan disamping Zean sambil memegang lengan cowok itu, dengan jantung yang masih berdetak tak beraturan. Sedangkan Zean hanya bisa memegang senter sambil berjalan menuju kamarnya.

Ceklek

Suara pintu kamar yang Zean buka, lalu terdengar helaan nafas dari Ashel merasa tenang karena akhirnya ia tidak perlu cahaya dari ponsel Zean lagi.

"Huh akhirnya" kata Ashel lega sambil berjalan ke kasur

"Lo beneran mau tidur disini?" Tanya Zean sambil menaikan alisnya sambil berjalan kearah Ashel.

Ashel yang takut dengan tatapan Zean, langsung berdiri dan memundurkan langkahnya.

"Apasih kamu jauh-jauh sama!" Teriak Ashel panik.

Zean yang melihat itu menahan tawanya, ekspresi Ashel
membuatnya ingin tertawa lepas.

"Apasih gue juga gak nafsu sama body lo" sahut Zean lalu berjalan ke arah meja belajarnya

Ashel menyipitkan matanya menatap Zean dengan kesal, Namun Zean bodoamat, baguslah jika Zean tidak suka dengan bodynya.

Ashel menatap sebentar ke bawah melihat postur tubuhnya

"Ga tepos-tepos amat" batin Ashel

Karena tidak mau terlalu memikirkan masalah tubuhnya, Ashel segera naik ke atas kasur. Zean melihat hanya ada satu selimut, dua bantal kepala dan satu bantal guling yang terdapat di kasur itu. Apakah ia dan Zean akan menggunakan selimut yang sama?

"Zee kok selimutnya cuman satu?" Tanya Zean

"Hm, kalo lo mau ambil di kamar lo ambil aja sana pake senter hp" Celetuk Zean yang masih fokus dengan buku bukunya.

"Mana berani aku, diluar kan gelap kalo aku gak takut aku gak bakalan tidur sama kamu" gerutu Ashel

"Yaudah kalogitu kamu nggak usah pake selimut!" Lanjut gadis itu

lalu segera berbaring dan menarik selimut itu sampai menutup seluruh tubuhnya.

Zean tidak menoleh atau pun menjawab sama sekali ia masih terus fokus dengan soal-soal yang sedang ia kerjakan. Saat merasa tidak ada suara lagi Zean berbalik ingin mengecek Ashel apakah gadis itu sudah tertidur.

Melihat Ashel yang tidur sambil menutup seluruh tubuhnya membuat Zean bergerak mendekati dan membuka selimut yang menutupi wajah Ashel.

"Ngga panas? Lo ga bisa nafas kalo tidur kaya gitu" ujar Zean sambil menatap mata Ashel yang kaget dengan karena perlakuan pemuda itu.

"I-iya" jawab Ashel setelah memutuskan kontak matanya dengan Zean.

"Gue tidur di sofa, nanti gue pake selimut mama" lanjut zean, sambil memperbaiki posisi selimut Ashel yang ia naikan sampai ke leher gadis itu.

Jujur saja Ashel salting dengan perbuatan Zean saat ini, ia tidak mengerti dengan sifat Zean yang berubah ubah seperti ini.

Ashel membalas ucapan Zean dengan mengangguk.

Sedangkan Zean kembali ke tempatnya tadi untuk mengerjakan beberapa soal yang masih belum ia kerjakan.

Setelah kepergian Zean menuju meja belajarnya, tanpa Zean ketahui Ashel kembali menutup wajahnya dengan selimut. Bukan tanpa alasan ia melakukan hal itu, tetapi saat ini pipinya sudah memerah karena perlakuan Zean.

"Anaknya tante Shani meresahkan banget" guman Ashel di balik selimutnya.

Setelah menyelesaikan soal yang sedang ia kerjakan Zean beranjak pergi ke kamar ibunya untuk mengambil selimut yang akan ia pakai.

Hujan semakin lebat Ashel merasa tak bisa tidur, ia membuka matanya lalu menutup telinganya karena suara hujan yang semakin deras.

Zean baru saja kembali dari kamar ibunya, melihat Ashel yang seperti ketakutan membuat Zean segera mendekat dan bertanya.

"Lo kenapa?" Tanya Zean berdiri di samping kasur

"Zee kamu tidur disini aja yah, aku takut" rengek Ashel dengan tatapan memohon sambil memegang tangan Zean.

Zean mengangguk mengerti lalu menyuruh Ashel untuk bergeser agar ia juga bisa ikut berbaring.

Ashel menggeserakan tubuhnya kemudian Zean segera naik dan ikut berbaring di samping Ashel.

Ashel yang benar-benar merasa ketakutan dan khawatir langsung memeluk Zean, sejujurnya Ia malu tetapi rasa takut dan cemas sudah menguasai dirinya.

Perasaan khawatir dan rindu pada ayahnya bertambah ketika mendengar suara derasnya hujan, bayangkan saja jika kalian berada di posisi itu.

Zean sedikit tersentak karena pergerakan dari Ashel, namun dengan cepat ia bersikap biasa saja dan membalas memeluk Ashel.

"Udah tidur aja ga usah mikir yang lain" bisik Zean.




"Udah tidur aja ga usah mikir yang lain" bisik Zean

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






🦖










Bersambung~
Follow dulu biar rajin up😜

Lovely Bodyguard  [Zeeshel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang