Prolog

168 17 1
                                    

Shahzad Althaf Atharrazka, laki-laki yang kerap di panggil Althaf menuruni anak tangga rumahnya satu persatu berniat untuk menemui Nevan selaku Ayahnya, karena memang saat tadi Nevan memintanya untuk menemui pria paruh baya itu.

Ketika Althaf sudah berada di ruang tengah, dirinya melihat Nevan yang kini sedang duduk santai di kursi sembari membaca majalah, tanpa menunggu lama lagi Althaf langsung menghampirinya.

"Yah?" panggil Althaf.

Nevan menurunkan majalahnya, lantas langsung menengok ke arah sumber suara. Dapat dilihat anaknya yang sedang berdiri. "Duduk Althaf!" perintahnya.

Althaf menurut dia duduk di kursi sebelah Ayahnya. "Ayah mau bicara apa?" tanyanya langsung to the point.

"Begini Althaf," Nevan menjeda ucapannya sebentar.

"Ayah sama Bunda kamu ada niatan buat menjodohkan kamu dengan anaknya teman Ayah," lanjutnya.

Althaf yang tadinya menunduk kini mengangkat kepalanya dengan menatap wajah Nevan. "Menjodohkan?" tanyanya.

"Iya. Kamu mau kan menerima perjodohan ini?"

"Ayah kenapa tiba-tiba mau ngejodohin Althaf ? Althaf bahkan belum kepikiran sampai ke sana." Tanya Althaf.

Nevan menatap Althaf lama, pria paruh baya itu menghela nafasnya. "Sebenarnya perjodohan ini memang sudah di rencanakan saat kamu masih kecil Althaf. Ayah juga awalnya tidak setuju dengan perjodohan yang akan dilakukan dalam waktu dekat ini karena memang dulu janjinya juga akan menjodohkan kalian disaat sudah lulus kuliah. Namun Ibunya teman Ayah saat ini sedang sakit, sakitnya lumayan parah. Beliau mempunyai satu keinginan, yaitu ingin segera melihat cucunya menikah beliau takut di umurnya yang sudah lanjut usia ini tidak bisa melihat cucunya menikah jika terus di tunda sampai nanti." Jelasnya yang membuat Althaf mematung.

Althaf masih terdiam, dirinya sudah paham arah pembicaraan Ayahnya kemana. Namun dirinya pun bingung harus menjawab apa. Dirinya tidak mau di jodohkan, tapi dirinya pun tidak bisa menolak permintaan kedua orang tuanya.

"Gimana Althaf?" tanya Nevan.

"Yah, sebelum memutuskan ijinkan Althaf untuk sholat istikhrah dulu, ya?"

Nevan tersenyum. "Iya, silahkan Nak."

***

Hallo semuanya👋

aku dateng-dateng langsung membawa cerita baru nih, gimana kabar kalian semua?

Gabut aja si bikin cerita soalnya mau lanjutin cerita yang kemarin bingung+lupa lagi alurnya😭🤧 tapi sekarang mau di revisi lagi kok tenang.

SEMOGA SUKA YA SAMA CERITA YANG INI🥰


HAPPINESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang