Melati mengunci rumahnya supaya tidak ada orang yang dapat membobol dan mencuri barang ketika ia pergi hari ini. Kemudian matanya melirik kamar dengan pintu tertutup rapat, tempat tinggal anak SMP yang selalu mengurung dirinya di rumah. Jika tidak Melati menghampiri, Melati tak akan pernah tahu kabar anak tersebut.
Tok.. Tok.. Tok.. Melati mengetuk pintu kayu itu dan memanggil namanya secara berkali-kali. Tidak ada jawaban apa pun dari dalam, mungkinkah anak itu belum bangun dari tidurnya?
"Gevan? Apa kamu ada di dalam?" tanya wanita itu.
Melati menempelkan daun telinganya ke permukaan pintu. Mencoba mendengar dan menebak-nebak apa yang sedang Gevan lakukan sehingga tak kunjung membuka pintu.
Brak! Tubuh Melati tersentak ketika suara benda jatuh terdengar. Sebisa mungkin dirinya mengetuk pintu tersebut dan memanggil Gevan sekencang mungkin.
"Gevan! Apa yang terjadi? Buka pintunya. Gevan!" Melati lalu membuka tas untuk mencari kunci cadangan.
Wanita itu menduga sesuatu terjadi di dalam sana, sehingga membuat Gevan mungkin tidak dapat bergerak untuk membukakan pintu. Melati memiliki semua kunci cadangan kos miliknya itu.
"Bentar, Kak."
Pergerakan Melati terhenti saat mendengar seruan halus itu. Melati bisa sedikit tenang karena rupanya Gevan masih memiliki nyawa.
Sesaat kemudian, pintu kunci terdengar dibuka dari dalam. Lalu menampilkan selrang anak lelaki berwajah polos dengan senyum tipis di bibirnya. Akan tetapi mata Gevan terlihat sembab seolah ingin menangis saat itu juga.
Alis Melati bertaut khawatir. Ia mengelus kedua pipi Gevan dengan tangannya. "Hey, apa yang terjadi?" tanya Melati. Matanya juga bergerak mengintip ke dalam kamar. Terlihat setengah kacau di dalam sana. Terutama beberapa alat makan plastik yang berantakan.
Gevan mendorong pintu agar terbuka lebar dan Melati dapat masuk ke dalam. Wajahnya semakin cemberut seolah telah melakukan sebuah penyesalan. Anak lalaki itu mendekati setumpuk nasi putih yang berantakan.
"Tadi Gevan mau bikinin nasi goreng buat Kakak, tapi malah jatoh gini, duh." Gevan memberesi nasi-nasi yang cukup untuk satu orang itu.
Melati menghampiri Gevan dan membantunya memberesi nasi. Hati Melati terasa tersentuh ketika mendengar anak itu akan membuatkan sebuah makanan untuknya. Gevan ingin memberikan sebuah nasi goreng yang ia harapkan dapat membalaskan segala budi dan pemberian Melati.
Wanita itu mengusap pelan pucuk kepala Gevan setelah membuang pungutan nasi. Sejujurnya sangat sayang membuang pangan utama itu, tetapi sudah terlanjur kotor dan tidak layak untuk dimakan.
"Udah, gak apa-apa, Gevan. Gevan udah sarapan belum?"
Gevan menggeleng kecil. Salah satu tangannya mengusap pipi yang basah karena lolosnya air mata. "Tadinya Gevan mau sarapan nasi goreng ini bareng sama Kakak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Confinement : Perjuangan Melawan Kesepian [TERBIT]
Mystery / ThrillerHal yang semua orang takuti akhirnya terjadi. Ketika ribuan mahasiswa turun ke jalan‐-konon katanya mereka mengaku sedang "menyembuhkan negara"--para aktivis banyak yang dinyatakan menghilang dari peradaban. Disiasati akan ditanya siapa penggerak d...