Gevano mengembuskan napas panjang, ia perlahan menyandarkan punggung penuh lukanya pada tembok di belakang. Sejenak Gevano memejamkan mata untuk meredakan pening di kepala.
Satu tahun setelah penangkapan, Gevano masih berada di sini. Masih terkurung, terpenjara di tempat yang begitu gelap, asing dan lumayan menakutkan. Gevano bahkan tidak tahu sekarang jam berapa, hari apa, bulan apa, yang jelas Gevano yakin telah melewati perayaan tahun baru untuk yang kedua kalinya. Gevan juga melewatkan hari ulang tahunnya pada bulan Oktober lalu. Sekarang umurnya genap berusia 20 tahun.
Mata Gevano yang masih terpejam itu membayangkan banyak hal tentang perjalanan hidupnya. Mulai pertama kali tumbuh di panti asuhan, kemudian membuat keputusan pergi hidup mandiri, bertemu dengan wanita yang menjadi alasan Gevano berada di tempat ini, lalu melihat dengan mata kepala tergeletaknya sesosok Melati bersimbah darah, dan bertemu dengan Anandika hingga mereka pun tumbuy bersama. Terakhir Gevano berada di tempat ini.
Mungkin saja perjuangannya sebentar lagi usai. Degup jantung Gevano sudah tak sanggup menahan kejutan listrik dan beragam siksaan dari orang yang tengah mengintainya di jeruji besi ini. Gevano hanya diberi waktu istirahat dua hari dalam satu minggu, sisanya ditanyai kenapa Gevano membunuh Degana.
Tuduhan tersebut pertama kali ditunjukkan dengan sejumlah barang bukti. Tubuh Degana tergeletak bersimbah darah di dapur, posisinya sama persis seperti Melati dahulu. Ada beberapa barang yang diketahui milik Gevano, jadinya Gevano terduga sebagai pelaku pembunuhan. Sementara di hari terjadinya pembunuhan terhadap Degana, Gevano sendiri sedang berada di Jakarta untuk bersembunyi. Wajar bila Gevano membela diri bahwa ia bukanlah pelakunya.
Tangan yang sudah bergetar melampaui batas itu terangkat memegang kepala. Ia merasa kepalanya hancur, mungkin saja ada tulang tengkorak yang retak akibat pukulan. Kemudian tangan itu bergerak kembali menutup daun telinga yang berdengung kencang. Ketahuilah mendengaran Gevano sudah mulai menurun, kadang apa yang diucapkan orang yang bicara padanya tidak terdengar.
Mata Gevano perlahan terbuka. Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari sebuah cermin. Ruangan yang ditempati Gevano kali ini jauh lebih manusiawi ketimbang sebelumnya. Terdapat kamar mandi berpintu, ada sebuah kasur, dan juga cermin yang bisad digunakan. Akan tetapi dinding di sekitarnya masih berupa bebatuan tidak di semen.
Gevano menatap pantulan wajahnya pada cermin yang ia genggam. Mata kiri Gevano semakin parah sakitnya. Sclera yang awalnya berwarna putih bersih, sekarang berubah menjadi merah, itu dikarenakan orang yang menyiksanya telah memasukan cairan racun ke bola matanya.
Cermin yang dipegang oleh Gevano terjatuh. Rasanya mengangkat cermin saja tidak dapat dilakukan olehnya. Gevano sudah lelah, ingin beristirahat selamanya. Selain itu, Gevano juga merasa jika ia mati pun tidak akan banyak orang yang merasa sedih dan kehilangan.
Di satu sisi lain, Gevano merindukan para sahabatnya. Gevano juga rindu kepada gadis yang sudah lama dicintai olehnya.
"Ini, makan untuk Anda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Confinement : Perjuangan Melawan Kesepian [TERBIT]
Mistério / SuspenseHal yang semua orang takuti akhirnya terjadi. Ketika ribuan mahasiswa turun ke jalan‐-konon katanya mereka mengaku sedang "menyembuhkan negara"--para aktivis banyak yang dinyatakan menghilang dari peradaban. Disiasati akan ditanya siapa penggerak d...