Jari jemari yang lumayan kekar tetapi lentik dan cantik seperti mendapat perawatan itu bergerak, mengetik kata menjadi kalimat pada benda yang tak terlalu besar hadapannya. Mata Gevano terkunci ke layar yang memiliki cahaya tidak terlalu terang. Fokus mengerjakan tugas makalah yang diberikan oleh dosennya tadi pagi.
Sedari dulu Gevano dikenal oleh teman-temannya adalah orang paling rajin, selalu mengerjakan tugas lebih awal. Jika hari itu diberi, maka di hari itu pula Gevano langsung mengerjakannya.
Kosan yang kurang lebih sudah lima tahun Gevano tempati adalah saksi bisu kehidupannya. Tempat Gevano tumbuh sebagai seorang lelaki yang kini beranjak dewasa. Dari awalnya seorang anak SMP tunggang langgang tak punya keluarga, hingga sekarang menjadi anak jurusan hukum di kampus bergengsi Bandung. Sering menangisi nasib di malam hari, atau mungkin tertawa sebab candaan garing ketika ia dengan sahabatnya sedang sleep call.
Gevano dan ketiga sahabatnya sering melakukan panggilan malam supaya mimpi mereka setidaknya indah. Sehari saja mereka tidak melakukan panggilan tidur, maka salah satu dari mereka pasti bermimpi buruk.
Hal ini mereka lakukan berawal dari Alvani, gadis yang tomboy tapi begitu peka tersebut sering sadar bahwa setiap pagi—dahulu saat mereka bertemu di sekolah—mata Gevano selalu bengkak. Itu tandanya semalam sebelum lelaki itu tidur, Gevano menangis sampai membuat kelopak matanya membengkak. Dari situlah mereka memutuskan untuk melakukan panggilan sebelum tidur, untuk mengurangi kesedihan Gevano.
"Van, udah sampe mana?"
Panggilan yang awalnya hanya terdengar suara ketikan, kini terselingi oleh pertanyaan dari Anandika. Walau mereka bertiga bingung, 'Van' mana yang dimaksud Anandika. Ketiganya memiliki panggilan yang sama, yaitu 'Van'. Seperti Gevan, Vano, atau Vani. Anandika seringkali membuat teman-temannya kebingungan, tak salah jika ia selalu dikatakan aneh oleh ketiga sahabatnya.
Akan tetapi, kali ini mereka sadar jika 'Van' yang Anandika maksud adalah Gevano. Tugas makalah adalah tugas yang mudah menurut Gevano, jadinya Anandika selalu menanyakan bagian yang tidak mengerti kepada Gevano.
"Baru nyampe rumusan masalah," jawab Gevano.
Mereka bertiga terhentak kagum kepada Gevano. Anandika, Alvano dan Alvani mengaku mereka baru menulis kata pengantar, tetapi Gevano sudah jauh berada lebih dulu dari mereka.
"Baru kamu bilang?" gerutu Alvano.
Gevano tersenyum jahil tanpa memalingkan pandangan ke arah kamera. "Iya, baru." Gevano menekan kata terakhirnya.
"Hadeh, si paling rajin," sahut Alvani tak kalah sinis.
Gevano dan ketiga sahabatnya kembali fokus pada pekerjaan masing-masing. Berhubung malam sudah kunjung tiba—sekarang jam sembilan—dan besok mereka ada kelas pagi, jadinya sesegera mungkin mereka harus menyelesaikannya.
Lelaki yang tinggal seorang diri ini menguap. Rasa kantuk sudah menyerang kesadarannya ternyata. Gevano padahal sudah meminum kopi untuk mempertahankan kesadaran, namun rupanya kopi tersebut tidak terlalu berpengaruh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confinement : Perjuangan Melawan Kesepian [TERBIT]
Misterio / SuspensoHal yang semua orang takuti akhirnya terjadi. Ketika ribuan mahasiswa turun ke jalan‐-konon katanya mereka mengaku sedang "menyembuhkan negara"--para aktivis banyak yang dinyatakan menghilang dari peradaban. Disiasati akan ditanya siapa penggerak d...