Brak!! Gevan tersentak setelah bekal makan siang miliknya jatuh dari atas meja. Padahal sebelumnya Gevan memastikan jika bekal itu ia taruh tidak terlalu pinggir, dan juga tidak ada satupun orang yang baru menyenggol kotak makan tersebut.
Napas Gevan terperangah. Perasaannya gundah gulana. Hari ini terasa aneh sekali. Semenjak tadi pagi ada yang membuat lubuk hatinya tidak enak.
Berawal dari kecelakaan yang terjadi di simpang jalan ketika dirinya pergi sekolah, kemudian seorang guru jatuh pingsan saat sedang mengajar di kelasnya, lalu salah seorang teman sekelas Gevan yang konon katanya kemasukan arwah. Terakhir inilah, bekal makan siang pemberian Melati tadi pagi terjatuh tanpa sebab.
"Kak Mela," lirih Gevan pelan.
Tangan lelaki itu tergenggam satu sama lain, sembari menatap makan siangnya yang berantakan di atas lantai kelas.
Gevan terdiam cukup lama. Pikirannya penuh mengkhawatiri keadaan Melati di rumah. Gevan yakin penuh jika Melati baik-baik saja setelah ia tinggalkan untuk bersekolah. Tidak ada suatu kondisi yang dapat membuat wanita itu dalam bahaya.
Akan tetapi perasaan Gevan tidak berkata demikian. Mungkin ada yang terjadi kepada wanita itu. Apapun jawabannya, Gevan terus berdoa untuk kebagian Melati di rumah. Gevan harap Melati akan baik-baik saja saat ia pulang nanti.
-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-
Langkah Gevan terasa guntai hari ini. Suasana tidak enak terlalu menguasai tubuhnya, sehingga jalan saja rasanya tidak lancar. Sesekali Gevan meremas baju bagian dadanya supaya jantung tidak berpacu terlalu cepat.
Lelaki itu menghentikan derap langkahnya saat tiba di pekarangan indekos yang ia tinggali. Mata Gevan terkunci ke sebuah mobil yang terparkir tak jauh di sana.
Gevan menilik-nilik mobil tersebut dengan seksama. Mencari tahu untuk apa sebuah mobil terparkir di depan kosan. Mungkin saja ini milik salah satu orang yang tinggal di tempat tersebut, tetapi kecurigaannya masih belum bisa terhentikan. Apalagi di permukaan mobil itu terdapat sebuah kata "Ambulance" beserta lampu sirine pada atap mobilnya.
Mata Gevan beralih melirik gerbang pintu rumah pemilik kosan. Ada banyak sekali orang yang berkerubung di sana. Manik mata itu membesar lebar. Tas yang berada di pundaknya, ia lempar begitu saja tanpa arah.
"Kak Melati," lirih pelan Gevan.
Lelaki berseragam putih biru itu segera berlari menghampiri rumah Melati. Rasa panik kembali mengerubungi benak hati Gevan. Ia menerobos belasan orang yang menghalangi jalannya.
"Kak Mela!" Kali ini suara Gevan membesar.
Beberapa orang banyak yang menahan anak itu. Tetapi tenaganya jauh lebih kuat karena didorong oleh kepanikan, sehingga Gevan berhasil lolos dan sekarang sudah berada di dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confinement : Perjuangan Melawan Kesepian [TERBIT]
Mystery / ThrillerHal yang semua orang takuti akhirnya terjadi. Ketika ribuan mahasiswa turun ke jalan‐-konon katanya mereka mengaku sedang "menyembuhkan negara"--para aktivis banyak yang dinyatakan menghilang dari peradaban. Disiasati akan ditanya siapa penggerak d...