Tok... tok... tok...
"Masuk, nggak dikunci." Anandika mengizinkan siapa pun yang berada di balik pintu ruang bawah tanah tersebut untuk masuk.
Hal ini justru membuat dua temannya kebingungan. Alvano serta Alvani heran sebab Anandika baru kali ini mengizinkan orang selain mereka masuk ke dalam.
"Atlaska?" Tanpa sempat bertanya, Alvano sudah tahu jawaban atas pertanyaan siapa yang datang.
"Tadi siang dia gak sengaja masuk ke markas," ujar Gevano tanpa dipinta menjelaskan.
Anandika menatap ketiga temannya bergantian. Senyum kecil terpatri di bibirnya. "Aku punya rencana baru."
Atlaska disuruh duduk tepat di antara mereka semua. Seorang anak SMA yang seharusnya malam ini mengerjakan tugas untuk esok hari, sekarang malah ikut mendiskusikan masalah yang lumayan serius. Namun, sebelumnya Anandika sudah berbicara kepada Atlaska, bahwasanya mereka memerlukan bantuan kecil, dan Atlaska sendiri tidak ada salahnya untuk sedikit membantu, kebetulan dirinya merasa bersalah karena telah masuk tanpa izin ke ruangan tersebut.
Setelah Atlaska merasa nyaman dengan posisi duduknya, Anandika yang berada tepat di sebelah komputer mulai menyalakan rekaman yang sempat Atlaska tonton sekilas siang tadi.
Dari rekaman dan hasil otopsi yang berhasil mereka dapatkan dari arsip pihak berwajib, terlihat bahwa ada seseorang yang menyusup masuk ke rumah Melati. Sebelumnya pria itu sempat mengintai ke sekitaran halaman dan kondisi kosan. Sampai akhirnya masuk ke dalam dengan cara pura-pura bertamu.
Tampaknya Melati mengenali pria itu, sebab saat itu Melati membuatkan minum untuk pria tersebut hingga sesuatu pun terjadi. Melati izin pergi ke kamar mandi, di sanalah pria itu memasukan sesuatu ke dalam cangkir yang Melati sajikan untuk pria itu. Saat Melati kembali, sang pria berpura-pura protes bahwa ada sesuatu di dalam air tersebut. Ia menyuruh Melati untuk mencicipinya, alhasil Melati menuruti perintah tersebut.
Seketika Melati terlihat merasakan sesak di dadanya, sesak yang teramat sakit. Melati beranjak menuju dapur untuk memuntahkan isi perutnya di wastafel. Namun saat itu juga sang pria mengikutinya dan pembunuhan pun terjadi.
Sebuah tusukan pada bagian dada sebelah kiri, bawah perut, leher, pergelangan tangan kanan, terakhir kedua paha terdeteksi di surat hasil otopsi. Melati juga diketahui terdapat racun pada bagian organ dalamnya.
"Lalu, dari ciri-ciri pria itu, apa Aa tahu siapa pelakunya?" Atlaska langsung bertanya saat rekamannya berhenti.
Anandika tidak menjawab pertanyaan adiknya, melainkan melempar pandangan pada Alvano, Alvani, dan terakhir Gevano yang enggan menonton rekaman untuk kedua kalinya. Pertama kali Gevano menonton kemarin, ia langsung jatuh pingsan dalam waktu yang lama baru sadarkan diri.
"Degana, sang pemilik kos sekarang."
Mendengar jawaban Gevano, Atlaska langsung terperanjat. Ia bangkit dari duduknya dan hendak menggebrak meja, namun emosi tersebut Atlaska tahan dan memutuskan untuk kembali duduk di tempatnya. Atlaska mengatur deru napas. Sejenak ia menatap langit-langit karena memikirkan ribuan teori yang beterbangan di pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confinement : Perjuangan Melawan Kesepian [TERBIT]
Mystery / ThrillerHal yang semua orang takuti akhirnya terjadi. Ketika ribuan mahasiswa turun ke jalan‐-konon katanya mereka mengaku sedang "menyembuhkan negara"--para aktivis banyak yang dinyatakan menghilang dari peradaban. Disiasati akan ditanya siapa penggerak d...