Pertandingan semi final, antara sekolah BINA NUSA dan BINA BANGSA. Sekolah yang dikenal tak pernah akur padahal tetanggaan. Seperti adik kakak.
Akan tetapi kedua sekolah itu terus bertengkar, entah tawuran atau pun menyerang murid-murid lawan. Hal itu membuat para guru-guru memperketat penjagaan didepan gerbang sekolah.
Sorak riuh sudah terdengar ramai sekali, ribuan penonton di tribun berdesak-desakan demi melihat sang pangeran dari dua sekolah.
Zayn beserta teman-temannya sedang bersiap-siap. Mengikuti arahan dari sang pembina. Meski tatapan menghusnya masih tertuju pada pihak lawan.
Dia Rio, lelaki yang Zayn benci. Selalu mencari masalah denganya, sewaktu dikroyok preman itupun ternyata suruhan Rio. Zayn tentu tak tinggal diam, lelaki itu akan membalasnya lebih sadis. Ia membiarkan Rio menikmati kemenangannya setelah melihat wajah babak belurnya.
Masih tersisa kebiruan di sudut bibir Zayn serta dipelipisnya masih terdapat plester yang Naya gunakan untuk mengobatinya kala itu. Mengingat itu Zayn melirik ke arah tribun penonton. Menelisik sosok gadis mungil yang kini entah kenapa keberadaannya Zayn sukai.
Tersenyum tipis saat melihat Naya melambai penuh semangat, kini bunyi peluit menggema. Bunyi pantulan basket pun memenuhi lapangan hanya saja teredam oleh teriakan para penonton.
Zayn masih terfokus pada bola yanh digiring pihak lawan, lelaki itu dengan gesit mencari celah. Meski lawan terus mengecohnya dengan gerakan memanipulasi.
Zayn tersenyum miring, saat bola sudah berhasil ia rebut. Dengan cepat ia berlari dan menggiring, memberi arahan kode lewat mata juga gerakan pada satu timnya.
Dan ya, Zayn mengoper bola tersebut ke arah Fadil yang sudah dekat dengan ring, lelaki itu dengan cepat menangkap dan mendribbelnya. Melompat tinggi dan happ. Bola berhasil dimasukan, sorakan riuh kembali menggema. Fadil tersenyum bangga menepuk dadanya dengan wajah tengilnya.
Tim Zayn berhasil mencetak satu poin pertama, pihak lawan terlihat tak terima. Mereka masih melanjutkan permainan. Bola terlihat di tangan Kenzo.
Kenzo melirik Rio yang terus memepetinya, Kenzo mau tak mau melempar bola itu ke arah Zayn. Zayn menangkapnya gesit, dan mendribblenya. Tepat ketika akan memasuki ring, tulang keringnya ditendang. Membuat nya mengaduh dan jatuh terduduk. Bola menggelinding.
Rio tersenyum miring, berbagai protesan serta cekcok terdengar dari tribun. Seakan tak terima pangeran mereka dicurangi.
"Pengecut!" Zayn tak selemah itu, lelaki itu kembali berdiri. Merebut bola, dan berlari gesit. Mendribblenya.
Mengecoh lawannya, dan lempar. Bola tersebut berhasil memasuki ring tepat sasaran, lagi dan lagi tepukan ramai dari penonton.
"ZAYN AKU PADAMUU!!"
"MASAA DEPAN GUE SEMANGAT!!"
"ZAYN SEMANGATT!"
"KENZOO!! SEMANGATTT!" teriakan itu membuat Zayn menoleh, mengenali sang pemilik suara. Zayn menyipi dia memperjelas pandangan, benar tidak salah itu Naya.
Mengapa Naya menyemangati Kenzo, bukan dirinya? Entah mengapa hal itu membuat Zayn kesal. Rautnya mendadak masam.
Pertandingan tengah diistirahatkan sejenak, Zayn beserta timnya tengah meminum. Mengelap keringatnya, dan mengatur strategi.
Kini babak final dimulai, dimana skors tim Zayn lebih unggul dari tim Rio. Raut Rio sangat menyeramkan. Zayn tersenyum miring ke arahnya.
"Selamat menikmati kekalahannya, lagi.." bisik Zayn, tersenyum miring. Tangan Rio terkepal, menahan untuk tidak menonjok lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAYNDRA ALCATRAZ
Teen FictionZayndra Alcatraz, Nama yang tak asing bagi siapa yang mengenalnya. Siapa yang tak mengenal sosok Zayndra Alcatraz, lelaki menyeramkan dengan tatapan tajamnya serta mulutnya yang pedas. Tak ada yang berani mendekati nya kecuali jika ingin mencari m...