02. PELET JARAN GOYANG

55 24 57
                                    

"Satu, dua tiga.. Eumm masih kurang." Naya berdecak menghitung uang koin satu-satunya dikolong meja.

Kegiatannya tak luput dari sahabat sedari zigot.. Cecilia Kania.. Panggil saja cici lebih gampang kalau kata Naya.

"Ck, buat apaan sih Nay." Cici berdecak melihat Naya yang sibuk menghitung uang koin.

"Oh, mau pelet." lontaran tersebut membuat cici melotot.

"Gelo! Lo mau pelet siapa anjir."

"Cici ada uang koin yang gambarnya kelapa sawit gak? Naya Kurang 3 lagi," Naya menggaruk pipi bulatnya, tanpa menjawab pertanyaan Cici tadi.

Cici selaku sahabatnya menoyor jidat Naya, berharap sisa kewarasan dalam otak kecil gadis yang menjelma menjadi sahabatnya.

"Abis mabok kecubung lo ya!? Ngelantur ngomongnya." celetuk Cici seenak jidat membuat Naya mendengus kesal.

"Abis mabok omongan nyelekit doi." jawabnya asal, kemudian memasukan uang koin hasil palakannya dari teman-teman sekelasnya.

Cici berdecak, "Ck, gini nih kalo goblok dipelihara!"

"Ih Cici! Naya gak goblok ya Ish," dengus Naya tak terima.

Pipinya menggembung kesal, bibirnya maju lima senti membuat cici gemas hingga tangannya mencubit kedua pipi itu kencang.

"Awh! Sakit ci." naya mengusap pipinya yang memerah membuat cici terbahak.

"Eh, tunggu.. Itu pipi sebelah kenapa lebam?" sesaag cici menyadari hal aneh dari pipi chubby Naya.

Naya melengos, "Kena sengat lebah."

"Ck, kecil-kecil udah pinter ngibul lo.. Diajarin siapa?"

"Diajarin Cici lah." Cici melotot.

"Heh!" sedangkan Naya menyengir dengan tampang tak berdosa.

"Cici, nanti anterin Naya kerumah mbah marjan."

"Mau ngapain?"

"Mau nawar peletnya, kira-kira kalo ditawar ampuh ga ya?" pletak.. Sekali lagi Cici menjitak dahi Naya membuat gadis itu mengaduh.

"Aduh, kalo dahi Naya miring sebelah gimana?" Naya menatap cici kesal.

"Ya sekalian biar otak lo miring! Sinting lo ya, pelet mulu yang dibahas.. Musyrikk Nay istighfar."

"Astaghfirullah," Cici memutar bola matanya malas.

"Gak cape ngejar?" Naya murung mendengar pertanyaan Cici, otaknya mengkilas balik kejadian tadi pagi.

"Cape. Tapi gamau berhenti, kalo udah bener-bener muak Naya bakal berhenti.." Cici paham akan perasaan sahabatnya yang kelewat tolol dalam mencintai seseorang.

"Nay, cinta emang harus dikejar.. Tapi lo juga harus tau hati lo ini bukan baja, yang siap nerima hinaan dari cowo brengsek itu, plis lah Nay jangan tolol karena cinta.. Zayn udah punya, lo gak boleh ngerebut dia dari Serena." jelas Cici entah berapa kali gadis itu menasehati Naya yang keras kepala, namun Naya tetep kekeuh akan tujuannya.

"Gak bakal mempan ci.. Cici mau ngejelekin Zayn sampe mulutnya berbusaa juga, Naya bakal tetep ngejar Zayn sampe dapet!" pletak.. Lagi dan lagi Cici yang kelewat gemas menjitak dahi Naya keras hingga membuat gadis itu mengaduh kesakitan.

"Ah udahlah, Cici gak asik mainnya kasar.. Naya gak suka!" rajuk Naya kemudian berlalu menuju meja Virgo.

"Gogoo.. Ada uang koin yang gambarnya kelapa gak?" tanya naya pada virgo yang sibuk main game di ponselnya.

Virgo menoleh, melihat gadis mungil tengah menatapnya dengan binar bulatnya membuat Virgo gemas, segera mencubit sebelah pipinya.

"Buat apaa hm?" Virgo beralih menatap Naya sepenuhnya, ya iyalah orang cantik rugi kalo dianggurin

"Ada deh pokona mah.. Gogo ada gak?"

"Ada, dirumah tapi.." jangan heran dengan panggilan gogo, itu naya sendiri yang plesetin bukan author.

"Yah.. Besok dibawa ya go," pinta Naya penuh harap.

Virgo mengangguk, tangannya terangkat mengelus rambut coklat milik Naya.

"Ck, jangan sentuh Naya!" Genta yang menepis tangan Virgo, Genta menarik Naya mendekat.

Membuat Virgo berdecak sebal. "pawangnya ges, ngamok ntar." asal Virgo kemudian melanjutkan acara nge gamenya.

"Nanti pulang sekolah Gege gak bisa antar.. Aya bareng Cici ya," papar Genta, tangannya menyelipkan anak rambut Naya.

Naya mengerjab-ngerjab, "Eum, yaudah deh.."putus Naya mengangguk patuh.

Genta tersenyum tipis, lelaki yang berperawakan tinggi kekar itu sangat menyayangi Naya, sahabatnya sedari dia kecil..

Naya gadis ceria, penuh tawa.. Tak akan genta biarkan gadis itu menangis hanya karena lelaki.

"Berhenti Aya, berhenti ngejar Zayn yang gak pernah sedikitpun perduliin lo.. Ada gue, lo liat gue? Stop nyakitin diri lo sendiri Aya, gue gak tega.." ujar genta mengeluarkan apa yang sedari tadi mengganggu hati dan pikirannya.

Naya menunduk dalam, kemudian mendongak sambil tersenyum paksa Genta tau itu.

"Aya gak papa Gentaa ish, oh ya nanti malem Aya mau main kerumah mami boleh ya.." pinta Naya dengan memasang ekspresi se melas mungkin.

Genta menghela nafas saat Naya mengalihkan pembicaraan, Hm mungkin Naya sedang tidak mau membahas hal tersebut.. Genta pada akhirnya mengangguk.

"Boleh, tapi nanti dianterin siapa?"

"Gampang itu mah." Genta terkekeh tangannya mengacak rambut coklat Naya.

"Udah sana balik ke meja, bentar lagi gurunya masuk." titah Genta, Naya segera bangkit.

"Nay ada bolpoin gak? Bolpoin gue habis." saat tiba dimejanya Cici langsung bertanya, Naya yang masih dalam mode merajuk hanya melengos.

Cici yang melihat gerak-gerik Naya yang merajuk pun terkekeh.

Dia tersenyum miring, membujuk Naya yang tengah merajuk itu gampang.

"oh ya Nay, nanti pulang sekolah mau liat Zayn latihan basket gak? Gue temenin deh." Naya segera menoleh dengan wajah yang berbinar cerah.

"Beneran?" Cici mengangguk sambil tersenyum miring.

"Yey! Makacii Cici ku yang cantikk tapi masih cantikan Naya hehe.." Naya memeluk leher Cici erat membuat gadis itu tercekik.

"Woy Nay! astaga, leher gue ke cekik!" Cici menggeplak bahu naya berharap gadis itu melepas pelukannya.

Naya melepas pelukannya dan menyengir lebar, membuat Cici mendengus.

Kini pelajaran dimulai, Bu Tati selaku guru sejarah mulai memasuki kelas.





Hallo gess jangan lupaa tinggalkan jejak berupa vote dan komen! Yg belum follow, follow dulu ya! Yg baca gak vote/komen/follow bisulan!

Follow my instagram juga: ravelchann

ZAYNDRA ALCATRAZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang