9 - Jalan

45 12 4
                                    

Jimbaran Beach, Bali.

19.02

"Gimana, Ca? bagus ngga?" tanya Shaka. Dua remaja itu kini tengah berada di salah satu caffe yang berada di pinggir pantai Jimbaran, Bali.

"Bagus, kamu udah sering ke sini?" tanya Caca penasaran, dirinya tak sadar menggunakan aku-kamu.

"Lumayan lah, aku ke Bali setahun bisa lima kali lebih, tergantung libur sekolahnya. Apalagi di Bali sering ada event-event panahan gitu kan." Jelas Shaka, dirinya juga ikut menggunakan aku-kamu.

Caca menganggukkan kepalanya pelan, "Aku baru beberapa kali sih ke Bali, dulu waktu kecil keluarga papa yang ke Jakarta, jadi jarang banget ke Bali." Keluarga sang ayah lebih sering datang ke Jakarta daripada dirinya yang harus datang ke Bali, faktor utamanya adalah pekerjaan.

"Kamu yang dulu waktu SMA Awards ikut badminton, podcast, modeling itu bukan sih?" tanya Shaka memastikan.

"Iya, capek banget." Keluh Caca.

"Tapi kan membuahkan hasil. Oh iya, kamu mau order apa?"

"Ngga deh, aku masih kenyang, tapi kalo gelato cookies and cream masih muat." Caca memang mudah sekali kenyang walaupun dirinya makan sedikit, namun dirinya juga mudah lapar.

"Udah malem, Ca. Nanti sakit, aku yang kena marah om Karel gara-gara bikin anak nya sakit."

"Janji deh ngga sakit, ya ya ya?" Caca mengarahkan janji kelingking nya kepada Shaka.

Shaka yang melihat itu langsung membalas uluran kelingking Caca, "Oke, boleh. Udah itu aja? aku mau order waffle, kamu iya?"

"Ngga, nanti aku minta kamu aja. Takut ngga habis."

"Yaudah, ayo." Ajak Shaka.

"Ayo kemana?" Caca menatap Shaka bingung.

"Ya ke dalem, nanti kamu milih gelato nya, siapa tau mau nambah varian kan, ayo." Caca menganggukkan kepalanya, paham. Dirinya segera beranjak dari tempat duduknya.

"Mbak, saya mau very berry waffle satu, sama gelato cookies and cream nya satu yang medium, cone." Ujar Shaka kepada salah satu petugas yang berada di kasir.

"Baik, kak. Totalnya seratus dua puluh tiga ribu ya, Kak. Silahkan di tunggu." Shaka menganggukkan kepalanya, dirinya segera membayar dan berjalan ke tempat yang tadi dia tempati.

"Punya twitter ngga, Ca?"

"Punya dong." Sombong Caca.

"Apa username nya?"

"Mau buat apa?" tatap Caca penuh curiga.

"Ya buat di follow aja, apa username nya?"

"@aswanggaka."

"Udah aku follow, follback dong."

"Bentar." Caca membuka handphone miliknya dan langsung membuka aplikasi burung tersebut, dirinya segera mengikuti akun twitter Shaka. "Keren, followers nya banyak banget." Sambung Caca.

"Ngga banyak itu, Ca." Shaka ini sepertinya tipe orang yang suka merendah untuk meroket, "Tunggu, aku ke toilet dulu." Dirinya tiba-tiba saja ingin buang air kecil.

"Iyaaa." Setelah Shaka pergi, Caca membuka handphone miliknya, banyak sekali pesan dari teman-teman nya. Dan juga, ada salah satu pesan dari Bela, dirinya langsung membaca pesan tersebut lalu membuka aplikasi twitter postingan terbaru milik Haekal membuat dirinya sedikit tertarik.

"Oh gitu, aku juga bisa. Emangnya dia doang yang bisa." Caca tersenyum tipis.

Caca membalas beberapa pesan dari sang ayah dan Shaka, lalu setelah itu dirinya memposting beberapa foto Shaka, setelah melihat beberapa postingan Shaka dengan fotonya.

"Mampus lu, Al." Ujar Caca kelas kepada handphone miliknya.

"Permisi, kak. Ini orderannya tadi." Caca mengalihkan atensinya dari telepon genggam miliknya.

"Iya, mbak. Makasih." Caca tersenyum ramah kepada sang pelayan tersebut.

***

20.39

"Ayo pulang, Ca." Ajak Shaka, karena tadi Caca memberitahu dirinya jika sebelum jam sembilan Caca sudah harus berada di rumah.

"Engga mau, nanti dulu." Tolak Caca.

"Udah malem ini, nanti di marahin om Karel."

"Ngga mau, Shaka."

"Liat baju kamu, kebuka banget, nanti sakit kena angin malem."

"Aku bisa pake jaket, aku kan tadi bawa jaket." Caca masih bersikeras menolak ajakan pulang Shaka.

"Besok aku ajak jalan lagi, sekarang ayo pulang dulu."

Caca memandang Shaka tak suka, "Katanya bentar lagi kamu tanding, kapan? kamu ngga latian gitu?"

"Aku latian hari Minggu, teru Senin nya baru tanding, udah yuk, kita pulang. Besok aku jemput agak siangan, kata om Karel. kamu bangunnya siang." Shaka menggenggam tangan Caca, dingin, itu yang Shaka rasakan saat dirinya menggenggam tangan Caca. "Dingin ya? tangan kamu dingin soalnya, pake hoodie aku nih." Shaka langsung melepas hoodie yang ia kenakan lalu memasangkan nya ke tubuh Caca.

"Kamu ngga kedinginan? ini dingin loh. Nanti yang sakit malah kamu, gapapa aku pake hoodie kamu?" tanya Caca khawatir.

"Gapapa, Cacaaaa." Karena asik mengobrol tak terasa mereka sudah berada di samping mobil Shaka, Shaka segera membukakan pintu mobilnya untuk Caca.

"Makasih." Ujar Caca halus, Shaka hanya tersenyum tipis.

"Pakai seatbelt nya." Perintah Shaka saat dirinya sudah masuk ke dalam mobil.

"Iyaaaaa." Caca segera memasang seatbelt nya.

Perlahan Shaka mulai menyalakan mobilnya, pedal gas di tekan pelan, membuat kecepatan mobil berjalan dengan normal. Dirinya tidak ingin buru-buru, santai saja, pikirnya. Karena dirinya yakin, sekarang om Karel dan sang ayah masih berbincang-bincang.

***

19.23

"Brengsek! apa-apaan dia jalan sama cowok lain? anjing, chat gua aja belum di bales! sialan!" Seru seseorang dengan penuh amarah.

































Haiii! gimana? aneh ngga? aku ngerasa aneh sih hehehe. Jangan lupa vote nya ya teman-teman, kalau kalian mau ngasih saran atau apapun bisa langsung dm aku yaaa! jangan lupa cek twitter ku, karena aku bakal post few tweet au dari cerita ini, see youuuu!

Alvero AnastashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang