"Aku takut deh." Ujar gadis cantik itu kepada kekasih nya.
"Takut kenapa, sayang?" balas sang kekasih, kini keduanya tengah berada di dalam mobil milik putra tunggal Syahreza itu.
"Takut sama anak-anak di sekolah, apalagi sama anak-anak ips yang kelas dia belas sama. kelas sebelas. Aku udah ninggalin tanggung jawab aku." Lirih nya, ia menyuapkan sebuah cookies kecil yang tinggal setengah itu kedalam mulutnya.
"Jangan takut sama mereka, tenang aja, ada aku. Percaya sama aku, anak-anak ngga bakal kaya gitu sama kamu, kalau semisal kamu di apa-apain sama mereka nanti bilang aja sama aku." Al berusaha menenangkan kekasihnya itu, ia juga sadar bahwa anak-anak ips di sekolah nya ini memang sedikit lebih brutal daripada anak-anak ipa.
Caca tersenyum tipis ke arah Al, "Makasih ya, maaf aku banyak ngerepotin kamu."
"Diem. Aku ngga suka kamu ngomong kaya gitu." Al paling tidak suka jika Caca berbicara seperti itu, padahal ini memang sudah menjadi tugasnya untuk menjaga Caca dan ia sama sekali tak merasa di repotkan oleh gadis cantik itu.
"Maaf, aku cuma ngerasa udah terlalu banyak ngerepotin kamu, bahkan dari sebelum kita jadian."
"Aku ngga pernah ngerasa di repotin sama kamu, dan ini emang tugas aku buat nge jaga kamu. Jadi mulai sekarang jangan pernah bilang kalo kamu itu ngerepotin aku," Al menarik pelan tubuh Caca kedalam dekapannya, "Tenang ya, ada aku, sayang. Kamu ngga sendirian." Ujarnya halus.
"Makasih." Caca menyandarkan kepalanya di dada Al.
"No need to say thank you, baby." Al mengelus pelan surai halus Caca. "Sekarang mau turun atau nanti aja? sekarang masih jam setengah tujuh." Caca dan Al tadi berangkat lebih pagi dari biasanya, Caca teralu takut dengan reaksi anak-anak.
"Sekarang." Lirih nya, ia melepaskan pelukannya.
"Udah siap?" tanya Al berusaha memastikan jika kekasih cantiknya itu.
Caca menghela nafas pelan lalu tersenyum tipis, "Udah, ayo."
Keduanya turun dari mobil, suasana sudah ramai karena sudah banyak siswa-siswi yang sudah berangkat.
Al menggenggam jari jemari Caca, Caca sedikit mengeratkan genggamannya ketika mendapat berbagai tatapan dari siswa-siswi yang lewat atau yang tengah berada di parkiran.
"Tenang sayang, cuekin aja mereka semua, aku di sini sama kamu." Ujar Al pelan berusaha menenangkan sang kekasih.
"Ayo, mau nunggu di kelas atau nunggu langsung di lapangan?" tanya Al, mereka sudah mulai berjalan keluar dari area parkiran mobil.
"Langsung ke lapangan aja, sama kamu ya?" ia malas jika masuk ke kelas, pasti akan banyak sekali pertanyaan yang di lontarkan kepadanya. Jika di lapangan setidaknya ia bersama Al, tidak akan ada yang berani bertanya.
"Iya, sayang."
Mereka terus berjalan tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya, banyak sekali siswa-siswi yang menatap mereka dengan tatapan yang berbeda, ada yang kaget, iri, senang, tak suka.
Setelah sampai di kelas, Caca segera menaruh tas nya lalu setelah itu Al menaruh tas nya di kelas nya tentunya.
Teman-teman Caca maupun Al sedang berada di kantin, namun Caca dan Al lebih memilih untuk segera ke lapangan upacara.
Lapangan sudah sedikit ramai di isi oleh anak-anak kelas sepuluh, Caca dan Al duduk salah satu kursi yang berada di pinggir lapangan.
"Harusnya kemarin waktu aku habis berantem sama mama sama abang, aku ngga langsung pergi gitu aja ninggalin tanggung jawab aku." Lirih nya tiba-tiba, ia menunduk lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvero Anastasha
Teen FictionHanya sebuah kisah tentang dua anak remaja Sekolah Menengah Atas yang saling jatuh hati. Alvero yang merupakan salah satu anak yang suka membuat onar di sekolah jatuh hati dengan Kanaya Anastasha yang merupakan ketua OSIS di Sekolah Menengah Atas Pa...