Suasana rumah megah itu siang hari ini sangat ramai karena ada dua anak kecil kakak beradik yang sedang bermain kejar-kejaran. Itu adalah keponakan Caca, anak dari kakak sepupu Caca.
Sedangkan para orang tua tengah berada di taman belakang, entah membicarakan apa.
"Te Caaa! nanti ayo beli ice cream!" seru si bungsu yang berlari kedalam dekapan Caca.
"Minta sama om yang lagi ngobrol sama uncle Mahen, katanya kemarin mau traktir kita." Bisik Caca kepada si bungsu, sedangkan si sulung sudah lelah berlari, ia menyenderkan tubuh nya di bahu tante nya itu.
"Namanya siapa te Ca?" tanya nya penasaran.
"Om Al."
"Okey te Ca," si bungsu Huang segera berlari ke arah Al, "Uncle Alll! i want ice cream!" teriak Bryan berlari ke arah Al dengan semangat. Mendengar teriakan Bryan membuat Al melirik kearah kekasihnya sekilas yang tengah tersenyum jahil.
"Nanti ya, adek. Nanti sekalian om ajak main ice skating, mau?" Al membawa tubuh kecil Bryan ke pangkuannya.
"Wahhh! mau! mau! mau!" seru Bryan heboh, membuat semuanya terkekeh gemas.
"Oh gitu, sekarang udah ada uncle Al, uncle Mahen di cuekin?" goda Mahen, Bryan tak menanggapi ucapan uncle nya itu, ia malah memeluk leher Al.
"Yaudah kalo gitu, nanti ngga uncle beliin ice cream ya, padahal tadi niat uncle pengen beliin kamu ice cream." Bryan mendengar itu sedikit menoleh kearah Mahen dengan muka melas nya, seperti anak kucing yang tak di beri makan.
Bryan merentang kedua tangannya, Mahen pura-pura tak mengerti isyarat yang diberikan oleh keponakannya itu.
"Apa?" balas Mahen cuek, bibir Bryan melengkung kebawah, matanya mulai berkaca-kaca.
"Uncleee," panggil Bryan, suaranya sedikit bergetar. Mahen yang melihat itu tak bisa menahan tawanya, dirinya segera mengangkat Bryan dari pangkuan Al dan membawa tubuh mungil keponakannya itu ke pangkuannya.
"Tadi aja nyuekin uncle, sekarang malah mau nangis." Mahen mengusap pelan punggung mungil itu.
Sedangkan Will yang bersender di bahu aunty nya itu tak menunjukkan ketertarikan pada keributan kecil itu, dirinya lelah.
"Abang mau main ice skating ngga? om Al kemarin bilang ke te Ca, katanya mau ngajakin kalian main ice skating," Caca mengelus pelan surai kecoklatan si sulung Huang tersebut.
"Bukan, om Al itu orang Jakarta, sama kaya te Ca, temen satu sekolah te Ca juga." Caca mulai memainkan surai halus kecoklatan keponakannya itu.
"Mau," balasnya singkat, si sulung memang sedikit lebih pendiam daripada si bungsu.
"Kenapa? capek ya? lemes begitu."
"Iya, adek dari tadi ngajak lari-lari terus."
"Sini tidur di paha te Ca," Will merebahkan kepalanya di atas paha tante nya itu.
"Te ca, uncle Al itu orang Bali?" tanya Will mulai memejamkan matanya.
"Bukan, om Al itu orang Jakarta, sama kaya te Ca. Om Al jiga temen satu sekolah te Ca," Caca mengelus pelan surai halus kecoklatan keponakannya itu.
"Berarti te Ca udah lama ya kenal sama uncle Al? te Ca pacaran ya?"
"Ih anak kecil tau pacaran-pacaran dari mana?" Caca mencubit pelan hidung Will gemas.
"Temen Will banyak yang pacaran tau te."
"Temen apa? kamu aja baru masuk kelas satu SD, masa anak kelas satu udah pacaran."

KAMU SEDANG MEMBACA
Alvero Anastasha
Roman pour AdolescentsHanya sebuah kisah tentang dua anak remaja Sekolah Menengah Atas yang saling jatuh hati. Alvero yang merupakan salah satu anak yang suka membuat onar di sekolah jatuh hati dengan Kanaya Anastasha yang merupakan ketua OSIS di Sekolah Menengah Atas Pa...