Hal yang Tak Diduga (2)

10 4 1
                                    

"Tu.. tunggu bukankah lebih baik kamu aja yang jadi penari tengahnya. Aku merasa aku belum baik untuk mencoba ini."

"Ku mohon iren ini sangat penting!!!" Ia terus memaksaku dan menggenggam tanganku. Memberikan isyarat jika hal ini sangatlah genting.

~~~~~

Ini sangat membebani pikiranku. Dengan hal ini juga membuatku menjadi tidak bebas. Masa-masa aku harus berjuang demi kelompok menariku. Jika ku pikir-pikir kembali bahwa aku memang kurang berpartisipasi dengan hal yang mencolok ini. Aku memang sengaja menghindarinya agar tidak terlihat.

Aku pun memalingkan wajahku ke arah zeze. Zeze tampak diam dan melamunkan sesuatu padahal aku berharap jika ia bisa menolongku dari situasi ini. Walaupun aku sering menghindarinya rasa tidak enaknya aku akan menghalangiku untuk menjadi wanita yang tidak peduli dengan dunia sekitarnya.

"Ayolah ini demi klub kita. Kau memiliki postur tubuh yang bagus dan cantik juga." Semburannya membuatku menggerakkan kepalaku ke belakang dan detak jantung terkejutku tersampaikan ke arahnya.

"itu pujian atau mengejek. Perasaan ga ada sama sekali yang berbicara aku cantik." Aku membalasnya dengan wajah yang terlihat tidak suka dan selama ini aku tau beberapa orang menjauhiku juga karena wajahku yang jelek ini. Tidak seperti wajah wanita idaman oleh para laki-laki dan salah satu mengapa aku tidak bisa memiliki pasangan. Mendengar hal itu juga aku melepaskan tangannya dari tanganku.

"Apa yang kau bilang, kamu itu cantik anjirr. Kok selama ini kau tidak menyadari." Zeze menyambung dalam percakapan kami dan menampar bahu kiriku dengan lemah. Aku hanya diam dan memalingkan wajahku dan sejenak berpikir kembali hal tersebut. Otakku seketika tersesatkan oleh kata-kata cantik. Karena menurutku diriku itu tidaklah cantik.

"Oh ayolah, kamu kok ga sadar sih. BTW kumohon ikut lah bantu gue sesekali jirrr ini juga jadi kesempatan mu tau........" Dengan hela napas panjang aku menyetujuinya sontak wanita gila itu girang kembali berlari ke arah kelas klub dancer. Aku melihat dari kejauhan ia berlari masuk dan berteriak.

"IAAAA MENYUTUJUINYA KAWAN KAWAN."

"AKHIRNYAAAAA....." suara teriakan di dalam klub menari. Suaranya bergema berjemuru ke arah kami berdiri. Klub menari emang tidak jauh dari tangga lantai tiga. Karena untuk melewati klub idol miliki zeze aku harus melewati beberapa klub seperti klub menari, seni budaya, anyaman atau rangkaian, dan sebagainya. Terdapat dua lorong kanan dan kiri setelah menaiki tangga lantai tiga. Di bagian kanan merupakan bagian klub berisikan seni, kebudayaan dan sosial. Jika melewati bagian lorong kiri merupakan bagian klub berjenis olahraga, sains dan teknologi.

"Kau tau, itu hal yang tak terduga sama sekali." Celoteh ku ke arah zeze sambil berjalan terus ke arah klub idol dengan cepat. Rasa malu yang tinggi membuat kepercayaan diriku menjadi menurun.

"Pelan-pelan jalannya atuhh ren." Ia menyusulku berlari dan aku yang berusaha untuk menutup wajahku saat melewati ruangan klub tari.

Sesampainya kami berjalan ke arah klub idol itu. Aku melihat anak klub idol sibuk mencari teori barunya terhadap idol tercintanya. Banyak diantaranya bahkan memiliki argumen pendapat masing-masing terhadap idol kesayangannya. Argumen yang membuat mereka berdebat hingga bermusuhan. Di situ juga zeze sebagai ketua klub memberhentikan keributannya. Ia mengeluarkan secarik kertas HVS di dalam mapnya dengan perlahan. Ia menempelkan kertas itu di belakangnya. Di belakangnya ada papan tulis kaca bening dan ia menempelkannya menggunakan selotip bening.

"Ini adalah rencana kita ke depannya. Di mana aku sebagai ketua akan mengundurkan diri karena akan fokus dalam menamatkan sekolahku. Juga sebagai penerus ketuanya akan diberikan oleh kelas 2." Ia memberikan semangat serta pencerahan kecil kepada adek tingkatnya. Pesertanya setuju sambil menganggukkan kepalanya terfokus ke arah zeze.

Aku hanya duduk di belakang sambil melihat media sosial. Sambil melihat dan membuka isi pesan teman laki-laki waktu aku smp sebelumnya. "Mari kita ketemuan di café moonlight." Pesannya di telegram dengan emote menari. Aku menjawab "OK, aku akan mengajak zeze juga." Dan mengirimnya secara terpisah. Ia mengetik dan menjawab kembali "terserah kamu." Aku menutupi ponselku dan melirik ke arah zeze. Ia sangat bersemangat akan hal idol aku pun menghampirinya dan memegang pundaknya. Ia yang masih memperdebatkan idolnya bersama anggota klubnya sampai terfokuskan hampir lupa melihat ku.

"Eh ada apa ren." Ia melirikku sambil memegang gambar idol tersayangnya. Aku melihatnya aneh dan merasa seperti sudah terbiasa akan kelakuannya itu.

"Mau ikut ke kafe moonlight bareng. Ini sih fred ngajak."

"Pred?? enggak deng keknya aku sibuk ngurusin klub. Kamu aja yah ke sana." Zeze emang terbiasa memanggil temanku fred dengan sebutan pred. Fred adalah temanku sewaktu aku smp. Kami berpisah karena aku memilih sekolah di SMA Hollyvar, sedangkan fred tidak menginginkannya. Ia lebih menyukai sekolah yang beprestasi unggul darinya. Kemampuan intelegennya yang tinggi bahkan mengalahkan profesor. Tidak aneh jika ia merasa tertantang dengan hal itu. Kepintarannya bahkan pernah di gunakan oleh pihak kepolisian untuk mencari pembunuhan.

Membalas pertanyaan dari zeze akupun mengangguk ke arahnya. Setelah itu juga aku kembali menyelesaikan permainanku di ponsel itu. Tak lama kemudian, waktu berlalu menjelang sore. Zeze tetap sibuk dengan kegiatan itu, tidak kuasa untuk memberhentikan zeze aku berpamitan dengannya untuk mengambil tasku yang tertinggal di kelas. Melihat sekeliling ruangan klub mulai sepi, banyak siswa mulai kembali ke rumah asalnya. Segera aku ke kelas mengambil tasku dan merapikan meja. Aku sangat suka diam-diam merapikan kelas itu.

"Sudah rapi culun, kaga liat itu sudah bersih. Lagian ngapain piket aja kaga, sok bersih!" Narel membentakku dari belakang berjalan ke arah papan tulis. Aku tidak menyadarinya jika ia ada di belakangku. Ia mengambil penghapus papan tulis dan membersihkan tulisan yang kotor. Benar ia adalah laki-laki yang sangat rajin sekali, kelas selalu rapi jika ia ada di sini. Bahkan ia tidak piketpun pekerjaanya adalah merapikan kelas itu.

"Lah kamu juga enggak piket bodo!" Aku membalasnya sambil menyilangkan tanganku di dada.

"Sudah pulang aja sana, cewe ga bagus pulang kesorean." Ia mengusirku sambil melambaikan tangannya ke arahku. Dia sangat resek sekali, bahkan aku ingin menjitakkan kepalanya itu. Aku diam dan mengangkut tasku dan berjalan pergi. Ia menyengir ketawa kecil. Emang kelakuannya yang usil itu sangat membuatku jengkel.

Aku berjalan menuju ke luar arah lobi, memesan kendaraan online ke arah tempat kafe yang akan saya tuju. Beberapa menit kemudian aku menunggu taxi online tersebut dan akhirnya datang juga. Ia berhenti tepat di depan gerbang aku menunggu taxy itu. Pada awalnya emang aku berada di di depan lobi masuk sekolah tapi gerbang yang ada di depan loby tidak jauh dari gerbang tersebut. Aku berlari pelan dan masuk ke pintu belakang. Duduk secara anggun sang taxy menanya destinasi yang akan ia antar sekarang. Aku menjawab tempat yaitu kafe moonlight.

"Yakin mbak mau ke sana? Kurasa mbak salah tujuan." Aku sangat bingung dan menelengkan kepala.

"Enggak kok bener, aku aja ke sana diajak temen aku."

"Kalo teteh memaksa saya akan antarkan. Tapi yakinlah sesuatu itu tidak akan sesuai dengan keinginan teteh nanti." Aku hanya diam dengan berharap percakapan ini segera berakhir. Aku sudah muak melihat tingkah Narel tadi seakan-akan ia yang paling rajin di kelas itu. Aku hanya berpikir dia hanyalah orang aneh yang tidak akan aku pedulikan.

Memerhatikan seisi ruangan mobil yang rapi dan bersih juga harum. Sangat membuat hati tenang dan ingin tidur di mobil tersebut. Aku menahan kantuk di mataku sambil memerhatikan perjalanan di jendela mobil. Om supir hanya memfokuskan dirinya di sekitar jalanan tidak adanya wacana pembicaraan membuat suasana menjadi sangat bosan.

~~~~~

.
.
.
.
.

ZEZE POV
"Eh..... Iren pulang yah? Kok aku baru sadar"

—————

BIODATA

Nama    : Fredd Carrington (Fred)
Kelamin : Laki-laki
Zodiak : Leo
MBTI    : ISTP
TB      : 170 cm
BB      : 58 Kg
Goldar : A
Hobi   : Membaca buku dan menonton tv
Motto : Visiku harus menjadi yang terbaik bagi orang terdekatku!

<>
<>
<>
<>
<>

Aku Bukan Seorang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang