Hal yang Tak Diduga (4)

9 5 2
                                    

Aku meraihnya tanpa melihat jalan dan di situlah hal itu terjadi. Suara rem kencang mobil mengarahku seketika penglihatanku buram. Nenek berteriak histeris, orang-orang di sekitarnya mulai menghampiriku. Pandanganku menjadi gelap dan tak sadarkan diri.

~~~~~

Gelap tanpa adanya cahaya mencoba untuk membuka mataku. Begitulah aku sampai di rumah sakit ini. Dengan badan penuh luka tanpa adanya tulang retak atau sebagainya. Hanya lebam di kaki kanan dan di bagian tangan kananku. Ingatan pudar suara di telingaku mulai berdenging. Dengungngan yang membuat sakit gendang telingaku. Suara menyerupai pendalaman air mulai terdengar masuk.

"Nakkkk.... Kau sudah bangun..." aku sangat mengenal suara itu. Dengan mulut kaku dan mata yang sulit bergerak hanya bisa terbaring lemas di kasur itu. Mencoba menggerakkan mata dan disitulah wanita berjaz putih serta segerombolan orang berbaju putih di belakangnya mengikutinya. Ia berlari dan menyenterkan mataku juga mulutku. Mengangkat tanganku dan memegang kakiku secara lembut. Ia memberikan isyarat di tangannya dan menyuruhku untuk mengikuti apa yang ia perintahkan saat itu. Aku mencoba menggerakkan tanganku sesuai perintahnya. Kemudian ia tersenyum terharu lalu berbicara ke arah orangtuaku. Aku tak bisa mendengarnya karena suaranya sangat pelan sekali. Sehingga aku hanya bisa diam di tempat tidur tanpa ada gangguan sedikitpun.

"Kaauu sudah sadar nakk." Tangisan seorang wanita yang kukenal dan ia memegang tanganku secara erat nan lembut. Benar ialah ibu kandungku seorang wanita yang sangat sibuk akan karirnya biasanya tidak pernah memperhatikanku. Namun sekarang ia sangatlah peduli kepada ku.

GUBRAKKK...

Suara pintu terbuka secara keras dan terpaksa oleh seseorang. Seorang lelaki berjaz hitam dan rapi memegang ponselnya sambil berteriak histeris. Suara teriakannya hanya membuat telingaku terdengar nyaring atau berdenging. Lelaki itu menangis dan memeluk ibuku, benar sekali ia adalah ayahku yang sangat sibuk akan pekerjaannya. Ia sangat sulit dihubungin dan selalu berpergian ke luar kota meninggalkan kami berdua. Sibuk akan pertemuannya membuat aku sangat sulit dekat dengannya. Namun, aku sadar pedulinya mereka kepada ku sangatlah besar. Hampir saja aku ingin menangis dan aku berusaha untuk dapat berbicara dengan mereka.

Menggerakkan bibirku lalu mulai berkata "Ibu ayah, apa yang terjadi. Apakah ini rumah sakit?"

Ibu ku tak bisa menahan kuasa tangisannya dan hanya ingin berpelukan dengan ayah. Ayah menenangkannya dengan lembut dan menyuruh ibu untuk duduk di kursi dekat kamar perawatanku. Aku sangat memahami situasi ini. Biasanya aku tidak pernah mengalami kejadian seperti ini.

"Kau tidak apa-apa nak. Maaf ayah tidak memiliki waktu banyak padamu. Ini kesalahan kami berdua tidak perhatian terhadapmu." Sambil menundukkan kepala dan mengelus kepalaku secara lembut dan tenang. Kata-katanya hampir membuat hatiku menangis dan bersedih.

"Tidak apa-apa yah, aku yang salah tidak memperhatikan jalanan." Aku berusaha menenangkan situasi. Ia mulai tersenyum sekaligus terharu sambil mengangkat ibu untuk keluar dari ruangan.

"Ayah dan ibu ke bawah dulu untuk memastikan biaya pengobatan dan tadi ayah liat ada temanmu menghubungimu. Katanya nanti malam mereka akan melihatmu. Tidak apa ditinggalkan sendiri di sini."

"hmm pergi lah. Aku baik-baik aja tidak parah juga."

Ibu melirik ke arahku dengan perasaan khawatirnya. Trauma sang ibu yang sulit untuk melepaskanku itu. Ia mencoba memalingkan pandangannya dengan cara memaksa untuk ikut dengan ayah. Aku mencoba memberikan isyarat ke arah ibuku untuk ikut dengan ayah. Ibuku memahamiku dan memegang kepalaku. Ia mencium keningku dan berpamitan ke arahku dan pergi mengikuti ayah.

Ketika suasana menjadi sepi dan hanya ada aku ruangan itu. Aku melihat sesuatu benda yang ku kenal di sebelah kiri bupet tempat tidurku. Lampu tidur dan ponsel hpku yang kacanya sudah mulai retak. Aku menghidupkan kembali ponselku yang sudah di cas penuh oleh orangtuaku. Di situlah aku melihat banyak pesan masuk tentang kesembuhanku. Kepedulian temanku dan bahkan satu kelasku.

Aku sangat merasa senang dan saking senangnya aku tidak sadar jika ada seseorang di balik pintu balkon kamarku. Aku mencoba menyipitkan mataku dan melihat kembali ke arah tirai kaca yang menutupi pintu balkon itu. Seketika bayangan hitam tampak seperti orang itu menghilang. Aku menundukkan kepala dan memejamkan mata. Berharap sesuatu hal yang tak pasti ku lihat itu tidak akan terjadi lagi. Angin riuh suasana tak tenang seakan-akan ada yang melewatiku di arah samping kiriku. Aku melirik ke arah tirai tinggi dan disitu juga aku melihat ke anehan tirai yang bergerak sendirinya. Padahal pintu dan jendela sudah tertutup. Anehnya aku merasa itu hanya jendela terbuka secara tak sengaja dan melirik ke arah samping kananku. Di situ aku melihat seorang laki-laki dengan penampakan aneh melihat ke arah ku secara tersenyum manja.

"Halo sayangku, apa kabar?"

"Aku datang di sini untukmu."

Cibiran kecil dari seseorang pria yang membuatku merinding. Aku ingin berteriak akan tetapi suara dalam hatiku tidak bisa berteriak. Bungkam adalah suatu pilihan kurasa tidak ini rasa ketakutan tinggi yang tak biasanya.

~~~~~~~

LOKASI RUANGAN PENGOBATAN VIP I

Ruangannya sangat luas dihiasi beberapa tanaman di setiap sudutnya. Dengan dua pintu masuk juga terdapat kaca membentuk kotak di bagian atas pintu. Kacanya terlihat buram namun terlihat jika ada seseorang di dalamnya. Kasur berbentuk dual in one atau dapat muat untuk dua orang. Kiri dan kanan kasur terdapat bupet atau meja kecil untuk menaruh barang/makanan/benda penting lainnya. Biasanya sudah tersedia lampu di bagian bupet kiri untuk penenangan dan bupet sebelah kanan dibiarkan kosong.

Pintu masuk mengarah ke arah bagian bupet kiri sehingga dapat tertampak jelas jika ada dokter masuk ke dalam. Kemudian di sebelah kanan bupet terdapat pintu balkon yang memiliki tirai 10 gelombang kanan dan 10 gelombang kiri yah adik kakjil. HEHEH BERCANDA SAYANG. Tirai berwarna coklat muda/ cream menyerupai warna putih. Sehingga jika ada seseorang  di sana dapat terlihat jelas bayangannya. Kemudia di pintu balkon terdapat dua sisi jendela kaca kiri kanan yang di tutup dengan mengaitkannya ke arah kanan. Jika ingin membukanya harus memutarkan kaitan bawahnya ke arah tengah.

Selain itu hiasan kamar perawatan ini dilengkapi AC, karpet di bawah kasur, setiap sudut memiliki pot tanaman dan kursi sofa serta perlengkapannya seperti meja kopi juga minumannya khusus untuk tamu yang ingin berkunjung ke tempat perawatan.

—————

<>
<>
<>
<>
<>

Aku Bukan Seorang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang