Menjadi Nona Muda (3)

4 1 0
                                    

Kemudian Lupin menutupi pintu mobil itu. Setelahnya ia masuk ke kursi di depan. Aku melihat sekeliling jalan semua ke adaan dalam bentuk terbalik. Bahkan aku melihat dunia ini tidak memiliki matahari sama sekali.

~~~~~

Tak lama kemudian tujuan kamipun sampai. Lupin memberhentikanku mobilnya tepat di depan gerbang sekolah. Ia membukakan pintu mobil tempatku duduk dan menyuruhku keluar dengan halus.

"Baiklah, Nona selamat bersenang-senang."

"Kau akan meninggalkanku di sini." Aku menghentikan gerakannya. Ia hanya berjalan masuk ke dalam mobil.

"Aku yakin nona bisa mengatasinya." Ia tersenyum menyengir lalu pergi begitu saja. Masalahnya aku tidak tau harus mulai dari mana dan harus ke mana. Aku melihat gerbang besar dan raksasa yang di dalamnya ada dua jenis sekolah. Sekolah itu di bagi menjadi dua bagian atas dan bawah. Dengan warna biru tua dan warna kuning terang. Saat masuk ke dalam gerbang besar itu, aku di arahkan ke bagian warna biru tua kehitaman itu.  Lalu aku berjalan menuju pintu masuk sesuai jalur yang ditujukan kepadaku.

"Kamu siapa?" seseorang berjubah hitam panjang di belakangku.

"Kamu tersesat? Nak." Seseorang yang menghentikan langkah kakiku. Dengan rupawan yang tidak biasanya aku lihat itu.

"A.... aku murid baru. Aku anaknya Tn Devi."

"Tn Devi.... Eh Tn Devi punya anak?" Ia berlari ke arahku dan memegang wajahku.

"Kau sama sekali tidak mirip dengannya. Apakah kau anak haram???" Aku tidak tau harus berkata apa. Aku hanya ingat perkataan dari papaku sebelum nya  bahwa aku harus merahasiakannya.

"Enggak kok aku emang anaknya."

"Hmm... baiklah kalau begitu. Kenapa kau tidak mulai bersekolah dari awal." Sungguh orang yang mengerikan. Aku harus memikirkan sesuatu hal.

"Aku tidak ada niatan untuk sekolah. Tapi akhirnya aku mengutuskan untuk bersekolah." Sambil memutarkan bola mata ke arah kiri. Aku tidak tau harus berkata apa.

"OK DEH! Anak Tn Devi hayo ke sini.  Aku antar kau ke ruang guru." Lah... ia percaya begitu saja. Benar kata papaku jika di sini mereka tidak terlalu memerhatikan keadaan.

Ia menunjukkan jalan ke ruang guru sambil menjelaskan daerah sekolah itu serta kegunaannya. Aku hanya mengikutinya di belakang sambil memegang tas ke depan tubuhku. Suasana sangat sepi, aku melihat murid-murid belajar di setiap ruangannya. Tidak adanya suara ribut yang ditinggalkan oleh setiap kelas. Kelasnya sangat lebar dan tinggi. Bangunan yang artistik terlihat seperti bangunan rumah angker seram. Aku memutar kedu bola mata melihat sekelilingnya. Cahaya yang masuk ke dalam sekolah itu sangatlah minim hampir gelap sekali. Terlintas aku memikirkan sekolah yang terang itu berwarna kuning di bagian atas. Aku memutuskan untuk menanyainya ke guru yang membimbingku ke ruang guru ini.

"Hmm... maaf sekolah warna kuning itu mengarah ke mana yah. Tadi saat di gerbang aku di arahkan ke jalan ini."

"Oh itu.... Sekolah khusus anak atas. Ke arah situ, kamu akan melihat makhluk atas seperti malaikat/peri/sejenisnya. Jika kau keturunan Tn Devi tentu saja kau di bagian dunia bawah. Makanya kau di arahkan otomatis ke sini."

"Bagaimana jika tidak keduanya."

"Hm... kurasa belum ada yang memiliki gelar itu. Setau ku itu sudah di tentukan begitu saja. Ehh.. kurasa kita sudah sampai di ruangan guru." Ia menyuruhku masuk ke dalam ruangan itu. Jawaban yang sebelumnya masih tidak dijawabkannya. Terlanjur sampai di ruang guru, aku terpaksa tidak menanyakannya lebih.

"Dia siapa mon." Tanya seseorang guru yang ada di ruangan itu. Ia menggunakan baju yang mirip dengan orang yang mengantarku ke ruangan ini. Memakai jubah hitam panjang dengan baju putih di dalamnya.

"Ini murid baru. Tentukan saja kelasnya ada di mana." Ia mengibaskan tangan kanannya ke arah guru itu.

"Sebentar kita bawa dia  ke ruangan kepala sekolah dulu. Aku akan mengantarnya, kau mau ikut." Ia melirik sinis ke arah guru yang ia panggil mon.

"Kau saja, aku sudah terlambat ini tolong yah azazel." Ia memohon ke arah guru itu lalu pergi begitu saja. Ia pergi dan menutup pintu ruang guru. Hentakan kakinya berlari terdengar jelas, ia sangat terburu-buru sekali.

"Mari ikut saya ke ruangan kepala sekolah. Kamu ada sayap kan." Ia melirik ke arahku dengan wajah sinis.

"Hm... "

"Ha.... yaudah kita pakai lift ini saja." Ia menarik tanganku dengan kasar masuk ke suatu pintu dekat ruangan guru itu. Pintu itu terdapat lorong yang lebar dan ujungnya terdapat pintu lift. Ia menekan tombol lift dan menarikku masuk ke dalam lift dengan kasar. Ia menekan tombol ruangan kepala sekolah tepat di tengah antara tombol itu.

Dengan tegangan yang tinggi membawa kami ke arah pertengahan sekolah itu. Ruangan yang sangat tinggi dan di tengah-tengah antara dua sekolah yang berbeda. Bagian atas dunia atas dan bagian bawah dunia bawah. Sedangkan di tengah tempat kepala sekolah juga ruangan perkumpulan untuk kedua murid sekolah yang berbeda.

"Baiklah ayo ikut aku, masuk ke dalam ruangan kepala sekolah." Ia melepaskan genggaman tangannya lalu menyuruhku masuk ke pintu ruangan itu. Ia membuka pintu ruangan kepala sekolah dengan santai. Di situ juga aku melihat kepala sekolah sedang asik tertawa melihat sesuatu.

"EHEMMM..." suara serakan yang di keluarkan oleh guru yang di sebut Azazel itu.

"Eh... Azazel ada apa kemari." Ia menyembunyikan benda yang ia tawakan ke dalam laci mejanya itu. Rupawan yang sangat tinggi dan tampan itu ia adalah kepala sekolah ini.

"Ini anak baru dari Tn Devi." Ia mengenalkanku kepada kepala sekolah itu.

"TUAN DEVI PUNYA ANAK! KENAPA IA TIDAK PERNAH MENGABARIKU."

"Terserah, aku tinggalkan dia di sini, aku harus menjaga ruangan guru. Sampai jumpa.." Guru itu pergi lalu menutup pintu ruangan.

"Hmm.... Sepertinya kau bukanlah anaknya." Ia memegang dahunya. Melotot mendekat ke arahku dengan wajah tajamnya.

"Dia adalah anakku lucifer." Sesosok misterius muncul dari belakang pintu masuk ruangan pintu sekolah.

"Wohooo... Devi sayangku lama tidak jumpa."

"Se..sejak kapan papa ada di sini." Aku terkejut seketika dia ada tepat di samping kiriku. Ia melihat ke arahku dengan wajah senyum konyol. Apa dia ini seorang monyet yang tidak jelas mau diapakan.

"Unchhh dia memanggilku papa. Betapa manisnya itu."

"Tu..tunggu itu sangat memalukan lepaskan aku." Ia memelukku dengan erat.

"Bagaimana bisa kau punya anak Devi." Ia memotong moment itu.

"Aku mengadopsinya."

"HAH!" Serentak aku dan kepala sekolah menjadi kaget.

~~~~~

Guru Azazel POV

"Tuan Devi punya anak haram darimana itu. Apa dia selingkuh yah?"

~~~~~

Apa yang akan terjadi pada Iren terhadap kepala sekolah itu? Siapa kepala sekolah itu?

.
.
.
.
.

——————

BIODATA

Nama    : Azazel Demort (Azazel)
Kelamin : Laki-laki
Zodiak  : Aries
MBTI : INTP
TB        : 177 cm
BB        : 65 Kg
Goldar  : B
Hobi     : Tidur
Motto   : Sangat bosan, aku ingin berhenti jadi guru.

<>
<>
<>
<>
<>

Aku Bukan Seorang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang