Manusia Biasa 2

21 7 0
                                    

Dia hanya diam berdiri di belakang melihatku berteriak dan berbalik pergi begitu saja. Tidakku kupungkiri saat melihat sesosok wajah misterius itu. Ia hanya berbalik bejalan dan berhenti sejenak sambil bergumam.

~~~

Ia membalikkan wajahnya sambil mengucapkan
"Aku tidak melihatnnya." Pergi begitu saja secara misterius dan menghilang tanpa jejak sedikitpun. Bodohnya aku hanya diam tidak mencoba menarik tangannya untuk melihat wajahnya itu. Penasaran yang belum terjawab ku lalui saja tanpa pandang hati sedikitpun. Aku mencoba mencari kesempatan untuk mencari sekolah sekolahku dari atas bukit ini.

Pada saat itu juga aku melihat dari atas sangat terlihat jelas keramaian yang ada di gedung sekolah tersebut. Serentak ku potret gambar itu dan mencari jalan tercepat untuk pergi ke sekolah. Berlari secepat mungkin dengan hasil yang sia-sia. Hasil yang sia-sia kudapatkan tidak menjadi halangan bagi anak yang sering merasakan banyak kegagalan ini. Kesabaran yang tela diuji tanpa batas sudah membuat sudah terbiasa menjalankan kegagalan yang sangat muram. Akan tetapi, di sisi lain rasa bersalah yang tinggi membuat sisi hati tidak mengenakkan setelah dimarahi oleh guru.

Hari pertama sekolah yang ingin dipandang baik malah terlihat jelek di mata siswa lainnya dan guru yang ada di sekolah itu. Rasa malu yang tinggi juga dapat membuat kepercayaan diriku menjadi pudar. Hari pertama yang sudah dipandang tidak baik bukanlah hal yang cocok bagiku. Aku terkenal sebagai manusia teladan jarang terlambat di sekolah. Selalu berbakti pada guru dan orangtua di rumah. Wajar saja jikalau diriku ini merasa sangat tidak percaya diri dan memiliki rasa bersalah yang cukup kuat. Rasa bersalah yang tinggi membuatku sulit untuk melangkah pergi dari ruangan guru ini.

"Baiklah kali ini ibu kasih keringanan karena hari ini, hari pertama masuk sekolah. Jadi ananda langsung saja ke kelas." Seketika itu juga, perkataan guru itu membuatku menjadi tidak merasa bersalah. Rasa bersalah yang membuat kepercayaan diriku menurun ini seketika itu juga menjadi pudar. Mendengar suara ibu guru yang baik dan cantik itu menjadi motivasi ku untuk berangkat kembali ke kelas. Hati girang tidak bisa berhenti memberikan hormat ke guru yang baik itu. Berjalan sambil membungkukkan tubuh dan meminta maaf sepenuhnya. Guru itu melirik sambil tertawa dan aneh.

"Kau tau dia anak murid yang aneh. Tidak biasanya murid datang terlambat ke sekolah di hari pertama." Guru yang baik itu berbicara ke guru yang ada di sebelahnya.

"iya aku juga tau itu bu herna." Balas guru yang ada di sebelah ibu herna.

Berlari ke koridor depan sekolah dengan tergesa-gesa. Mencari papan pengumuman yang berisikan banyak secarik kertas. Kertas yang menentukan kelas untuk murid baru di SMA Hollyvard itu. Mencari namaku di urutan ratusan siswa membuatku kebingungan untuk mencarinya. Pada saat itu juga aku tak sengaja melihat namaku. Urutan nama yang muncul di pertengahan pada kelas B itu akhirnya menentukan kelasku berada. Segera mencari kelas 10B secepatnya dan mengetuk pintu secara perlahan.

"Masuk". Suara lembut seorang guru itu mengundangku ke kelasnya. Dengan ramah menyuruhku untuk mencari tempat duduk. Tempat duduk yang tersisa hanya ada di tengah. Terlihat banyak murid menghindar seorang wanita di kelas sehingga membuatnya duduk sendirian di tengah pada kelas itu.

"Hanya kau saja yang ingin duduk di sampingku, namaku Zena Mickenna." Ia memberikan tangannya ke arahku sambil tersenyum rapu. Wajahnya tersenyum terpaksa dari wajahnya yang terlihat bersedih. Senyuman paksanya menutupi rasa sedihnya, memberikan kekuatan bagi dirinya itu.

Ia tidak bisa memalingkan wajahnya ke arahku. Aku mencoba memalingkan mataku dan wajahku untuk menghindar senyuman anehnya itu. Akan tetapi, aku tidak bisa menghindari senyuman itu. Terpaksa ia membuatku menjadi tidak percaya diri dan takut dengan kelakuannya. Namun diriku masih berpikir positif kembali dengan hal ini. Mungkin saja ia merasa bangga akan dirinya karena tidak ada teman yang akan menjauhkannya. Padahal aku tidak peduli sama sekali akan hal itu, aku hanya ingin duduk di depan karena aku bosan duduk di belakang. Agar dapat melihat dengan jelas aku hanya ingin duduk di tempatnya. Wajar saja ia merasa bangga seperti itu. Hal ini juga membuatku berusaha yang terbaik jika  berada bersamanya. Memaksakan diri untuk tersenyum kembali ke arahnya dan berusaha yang terbaik untuk ke depannya.

"Kau sepertinya jarang tersenyum yah." Kata-kata pedas yang ia keluarkan itu membuatku terkejut. Padahal diriku sudah terbaik untuk menjadi orang yang ramah ke arahnya dengan cara tersenyum kembali ke arahnya. Melihat arah kaca ponsel untuk melihat wajahku sambil berkata dalam hati "apakah aku masih belum terlihat tersenyum yah".

"hahaha kurasa begitu." Aku menyengir polos ke arahnya. Pertemuan yang sangat canggung ini tidak akan berhenti sampai saat kini. Ketika itu juga seorang guru mengkondusifkan suasana di kelas yang riuh. Suasana yang tegang dan penuh keramaian anak-anak baru itu membuat kelas menjadi sunyi dan terdiam. Ibu memberikan arahannya tentang struktur kelas dan mata pelajaran yang ia ampuh. Hal biasa yang dilakukan oleh wali kelas di kelas tersebut. Di saat itu juga sang guru memberikan arahan bagi setiap kelas untuk memperkenalkan namaya masing-masing.

"Baik anak-anak sudah dengan tadi yah. Nama ibu adalah ibu Ria. Ibu ingin kalian memperkenalkan diri kalian. Mulai dari yang paling pojok sebelah kanan ibu yah." Ibu ria menunjuk murid tersebut dan perkenalan antar temanpun di mulai. Panjang waktu berlalu tanpa ku sadari ku mendengar suara yang pernah ku dengar sebelumnya. Apakah ini yang dinamakan dejavu. Kurasa itu tidaklah sesuatu yang disebut dengan dejavu. Suara ini yang ku dengarkan tadi pagi di atas bukit. Suara serak lelaki yang baru mengalami fase remaja.

"Namaku Havarr Narel Isak, hobiku bermain  bola. Hai anak aneh yang berteriak di atas bukit." Sontak guru dan murid-murid lain terkejut termasuk diriku sendiri. Apa yang ia katakan itu hal yang paling canggung ku temui sampai saat ini. Ia melihatku menyengir, ternyata dia anak baru dan juga sekelas denganku. Tidak mungkin dia orang yang ada di bukit itu.

"Apakah ia pacarmu Iren." Berbicara sedikit lantang dan bersemangat ke arahku. Sambil mengguncangkan tubuhku dengan kedua tangannya itu. Aku menjadi enggan untuk menjawab pertanyaannya. Diam adalah solusi terbaikku selama ini. Orangtuaku sudah mengajarkanku untuk menjadi manusia yang berhenti marah. Diam adalah solusi yang terbaik dan selama ini aku mengikuti sarannya hingga sampai saat kini.

"Ayolah, dia lumayan juga loh." Zeze menyambungnya kembali dan melepas tangannya setelah mengguncangkan tubuhku dengan kencang. Aku tetap tidak peduli dan memilih untuk tetap diam. Seketika itu aku melihat wajah angkuh dari lelaki itu, kemudian ia duduk kembali ke kursinya sambil memalingkan wajahnya ketika aku melihat wajahnya. Apa yang ia pikirkan? dasar orang gila. Kau pikit aku akan peduli. Kenyataannya aku tidak peduli sama sekali dan hanya peduli saat giliran perkenalanku tiba.

Teriakan beberapa murid akibat ulahnya itu menjadi sangat heboh. Kehebohan itu pun menjadi berhenti. Ketika seorang guru kembali untuk menertertibkan siswanya. Berlanjut lamanya sampailah ke namaku, di situlah aku akan memperkenalkan diriku. Seketika itu juga guru tercengang kaget saat melihat kertas selembar pada nama siswanya.

"Hooo...... namamu Gormley Eireen Shiela yah. Kebetulan aneh sekali absen kamu dengan Havarr Isak sangat dekat sekali. Malahan setelah namamu itu adalah si Havarr" Aku terkejut sekali, seolah-olah hal yang tak sengaja ini sengaja dilakukan. Aku hampir ingin membentakkan meja yang ada di depan persis wajahku. Ini aneh sekali dan hal teraneh yang tidak pada biasanya.

Aku membencinya sekaligus menyukai hari pertama sekolah ini. Riuh kelas bersiulan burung oleh para siswa. Hal yang ramai saat itu baru kurasakan. "KAPAN HAL INI AKAN BERHENTI". Sampai saat itu juga kujalankan hariku bersamanya selama 3 Tahun di kelas yang sama dan urutan nama absen yang berdekatan. Apakah ini hukumanku dengannya, tolong bantu aku tuhan.

~~~

Apa yang akan terjadi ketika ia sudah mengalami kebersamaan selama 3 tahun?
Apakah Narel akan menyukai Eireen atau Iren?

.
.
.
.
.

BU RIA POV
"Pantesan aja namanya deketan, nama Iren aja awalnya G sedangkan si Narel awalnya H. Mana namanya juga langka banget di awali G sama H. Hehe... jangan-jangan jodoh nih :-)"

———

BIODATA

Nama : Havarr Narel Isak (Narel)
Kelamin : Laki-laki
Zodiak : Sagitarius
MBTI    : ENFP
TB  : 172 cm
BB  : 62 Kg
Goldar : B
Hobi : Sepak Bola
Motto : Males mikir mottonya apa.

<>
<>
<>
<>
<>

Aku Bukan Seorang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang