Ulang Tahun Pertama

4 1 0
                                    

Mengulang masa lalu SMP

Aku seseorang yang tidak memiliki sifat ambisius sama sekali. Kerjaanku hanya menatap buku diari yang seharusnya tidak perlu digunakan lagi pada zaman itu.  Menurutku menulis diary adalah di mana aku bisa menulis gambaran duniaku sendiri. Dibandingkan untuk bersosialisasi, aku kerap menulis kegiatan sehari-hari di atas buku tulis yang ku sebut dengan diari itu. Selain itu juga aku sangat gemar menulis lirik lagu di buku itu. Terkadang jika tidak ada kegiatan lain aku membuat suatu gambaran yang membuatku tenang dan santai. Tanpa kusadari jika orang-orang di sekitarku tiba-tiba menjauhi ku. Kerap sering dibilang jika aku sudah di bully. Pada awalnya aku hanya mengira jika mereka menjauhiku karena aku tidak bisa berteman dengan mereka. Tapi pernyataan ini sangatlah besar, mereka hanya ingin menjauhiku tanpa ada alasan apapun. Sehingga aku tidak tau penyebabnya mengapa mereka sangat menjauhiku.

Saat aku menulis beberapa bagian lirik di buku diariku pada saat itu juga beberapa orang menghampiriku dan mengangguku menulis. Ia mencoret bukuku tanpa ada rasa bersalah apapun dan memegang tanganku. Mereka ada berempat sambil menertawakanku dengan wanita yang terlihat sexy berada di tengah ketiganya. Dengan pikiran yang penuh dengan pertanyaan apakah aku punya masalah dengan mereka? Apa yang mereka inginkan dariku? Aku tidak pernah mengganggu mereka sama sekali. Saat melihat coretan itu, membuat suasana hatiku menjadi agak kesal. Aku menarik buku itu dan menampar wajahnya. Ia membuat wajah yang menjijikan dan memegang tanganku lalu menyudutkanku di dinding dekat aku duduk. Kemudian ia mencengkikku sambil memojokkanku ke dinding. Orang-orang sekitar hanya melihatku dengan perasaan menghibur. Mereka merasa ini adalah hiburan buat mata mereka, aku sangat diujung di mana aku tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka tidak peduli sama sekali, mereka sangat menjijikan, apa yang kalian pikirkan? Sungguh mengapa? Emang aku pernah mengganggu kalian selama ini?. Mereka tertawa puas saat melihat kejadian yang menimpaku itu. Menurutku merekalah iblis sesungguhnya. Mereka tersenyum sangat puas sekali dan mencaci makiku. Sangat terdengar jelas sekali dan bahkan bukan lagi dibilang sebuah perkataan yang dibisikkan dalam hati.

"AKU TIDAK PERNAH MENGGANGGU MU, KENAPA? APA YANG KAU INGINKAN." Aku membentak mereka tanda aku sudah tidak tahan lagi.

"KARENA KAU JELEK HAHAHA." Ia yang mencekikku kemudian menyentilkan keningku dengan kuat. Aku diam di pojokkan dinding, jika aku jelek di mata mereka emangnya kenapa. Ia melepasku dan aku hanya bisa duduk diam melihat semuanya tertawa ke arahku. Badanku sangat merangsang ingin sekali membunuh mereka. Namun, hati yang lembut tidak bisa menggerakkan tubuh lagi.

"NAIF." Aku berteriak saat aku mulai tak bisa bangkit dari duduk tersungkur itu. Kemudian aku melotot ke arahnya dengan tajam. Kemudian wanita itu menatapku dengan wajah yang sangat menjijikan. Aku hanya diam dan tidak tersenyum. Untuk apa aku tersenyum dengan hal seperti itu. Orang-orang di sekitarku tidak ada memiliki inisiatif untuk membantuku malah mereka menikmati kejadian ini juga menertawaiku dan memprovokasi orang yang sudah mencekikku. Di mana ada keadilan di dunia ini, mulai saat itu juga diriku sangat sulit untuk mendekati seseorang. Aku menutup diriku untuk membuka pertemenan sampai aku bertemu dengan Zeze.

"Senyum dong dasar orang aneh." Ia tersenyum jahat dan mengajak yang lainnya ikut bercanda. Aku menatapnya tajam dan memalingkan wajah.

"Lihat dia memanglah aneh." Semuanya menertawakanku, aku pun senyum pun mereka tidak peduli dengan ku. Aku membenci duniaku sendiri.
KALIAN BUKANLAH MANUSIA!!!!!

~~~~~

BACK TO NOW

IREN POV

Aku berhenti melamun pandangan masa lalu sebelum yang sangat menyakitkan itu. Lamunanku menghilang dan hanya menyisakan pandangan hitam kemudian warna hitam itu berubah menjadi warna putih. Warna putih yang silau merubahnya menjadi buram, tersadar jika aku masih berada di dalam kelas. Ketidakmengertinya aku dengab penjelasan ibu guru itu membuatku sangat mengantuk. Aku berharap jika dapat pulang sesegera mungkin, bahkan aku baru saja di sini wajar saja aku tidak banyak mengerti banyak hal. Dengan pemahaman bahasa yang terbilang rumit dan anehnya bahasa yang diucapkannya sesuai apa yang saya bicarakan. Sepertinya kalung ini memberikan sedikit pengetahuan kecakapanku terhadap dunia bawah. Sehingga beberapa perkataannya ada kemungkinan kupahami. Tak lama setelahnya suara bel kelas berbunyi. Wanita yang di sebelahku tiba-tiba buru-buru untuk pergi ke suatu tempat. Aku ingin menghentikan langkahnya tapi aku tak kuasa untuk melakukannya.

"Jadi kau anak baru?" mulut lelaki tak ku kenal tiba-tiba memberikan isyarat ke arahku. Aku hanya tak acuh tidak memperdulinya.

"Iya kenapa." Aku diam dan menutup mataku. Seketika itu juga ia tiba-tiba bergerak maju ke arah depanku sambil membetakkan tangannya di meja itu. Sesuatu momen yang akan membuat hariku menjadi tambah menyedihkan. Aku sudah mengetahui hal ini sebelumnya karena aku sudah mengalaminya. Aku berangkat dan mengabaikan mereka lalu pergi keluar ruangan. Mereka saling menatap dan mengikutiku dari belakang. Aku tidak berpaling sedikitpun hanya terus maju.

BRUKKK....

Seseorang menabrakku dan aku memegangnya. Ia memegang beberapa makanan di tangannya sambil bergemetar. Ia perlahan menatap matanya ke arah mataku dengan berhati-hati. Aku menatap ke arahnya dan melihat jika aku sudah pernah melihatnya sebelumnya. Ia melepaskan genggamanku dan berlari menuju ketiga pria yang mengikutiku dari belakang. Ia memberikan makanan yang ia pegang, kemudian lelaki itu memujinya. Aku hanya berpaling dan mencoba tidak peduli. Namun, hati bergerak begitu saja dan memegang tangan lelaki yang di tengah itu dan melepas makanan yang di berikan perempuan itu. Sontak dua lelaki itu khawatir dan lelaki tengah itu tersenyum menarik genggaman tanganku. Aku memberikan sorotan mata yang mengerikan kepada lelaki itu. Sontak perempuan itu berteriak menyuruh kami untuk tidak bertengkar.

"Apa yang kau lakukan anak baru." Lelaki itu melepaskan tangannya dan aku tetap menggengam tangannya. Aku pun ikut  melepasnya dan pergi begitu saja.

"Kau pikir mau kemana." Ia mendekat ke arahku dan aku menangkisnya. Setelah ku tangkis tangannya aku pojokkan ia ke dinding sambil mencekik lehernya menggunakan lengan bawah kananku. Aku meletakkan salah satu kakiku ke arah samping pinggangnya di dinding. Ia melihatku dengan tajam ketika kedua temannya merasa ketakutan begitu juga wanita itu. Kau pikir dengan begitu saja dapat menahanku itu salah besar.

 Kau pikir dengan begitu saja dapat menahanku itu salah besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~~~

Lelaki Sebelumnya POV

"Apakah iren akan menyukaiku yah? Ia sangat seksi ketika ia membuatku terpojok. Apa yang telah kau pikirkan? Aku sudah menyukai Rose. Tidak aku ingin keduanya. Kalian berdua pacari saja mereka berdua. Aku sudah menyerah."

"Kaga bisa begitu dong. Rose sudah memberikan perasaannya kepadamu. Tapi kalo yang satunya boleh tuh aku ambil."

"Betul tu hehehe..."

"Dasar kalian goblog."

~~~~~

Apa yang akan dilakukan Iren? Apa nasib yang akan terjadi pada lelaki itu? Apa yang sebenarnya di inginkan wanita itu?

.
.
.
.
.

——————

<>
<>
<>
<>
<>

Aku Bukan Seorang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang