Sekolah 20 Juli 2018 (Semester 1)
Hari ini adalah di mana aku akan memasuki semester baru di kelas 3 SMA. Setelah kejadian awalku masuk sekolah dengan cara yang tidak biasa telah ku lewati begitu saja. Tidak terasa jika aku sudah menginjak kelas 3 saat ini. Sekolah Hollyvard yang ku masuki ini telah terjadi pasang surut dengan perjuangan dan keringatku sendiri. Apalagi jika aku harus sekelas lagi dengan lelaki yang bernama Havarr Isak itu. Hal pertama pada saat kebetulan absen kami berdua berdekatan pada saat kelas 1 ternyata kelas 2 juga dan kelas 3 juga. Membuatku muak sekali melihatnya.
Aku memutuskan untuk tidak mengingatnya lagi. Tidak sadar jika aku sudah bersekolah dengannya selama tiga tahun. Tapi semakin lama aku sekelas dengannya semakin juga kami mulai menjauh. Hal ini biasa jika ia sudah mulai memiliki wanita idamannya saat itu. Waktu pertama sekolah itu ku hanya menganggapnya angin lewat. Di saat itu juga baru memasuki kelas 3 di SMA Hollyvard. Hari dimana aku menginjak usia 16 tahun, masa pada saatnya remaja memulai harinya. Hampir seluru perempuan di kelas sudah memiliki pasangannya. Perempuan yang akan mempersiapkan dirinya memperebutkan lelaki yang ia idamkan. Begitu pula dengan para lelaki yang berlomba-lomba memamerkan pasangannya yang cantik.
Hal ini tidak berlaku bagi manusia aneh seperti kami berdua. Temanku yang tidak tertarik dengan hal percintaan ini atau si Zena Mickena yang biasa kupanggil dengan Zeze. Ia bukannya tidak tertarik dengan percintaan tetapi, sisinya yang banyak dihindar oleh berbagai para lelaki membuatnya enggan memiliki laki-laki saat itu. Ia sudah berusaha sebaik mungkin untuk mengubah sisinya menjadi perempuan yang feminim. Menyukai hal-hal berbentuk idol dan sebagainya. Sikapnya itu membuat ia menyukai hal-hal yang berbentuk idol. Bagi dia idol adalah lelaki idamannya dan suaminya di masa depan. Tidak peduli dengan lelaki yang lain menolaknya dia tetap mencintai idolnya itu. Bahkan ia masuk ke klub/ekstrakurikuler yang menjamin anak idol di sana. Hal-hal yang berhubungan dengan idol juga mendiskusikan fantasinya yang berkaitan dengan dunia idol.
"Aku ingin ke tempat klub idol." Ia berdiri dari kursi bangkunya dan mengambil map yang berisi berkas anggotanya. Ia menaruh buku-bukunya ke dalam tas dan menutupi resleting tasnya.
"Aku boleh ikut enggak, aku bosan sekali di sini." Akupun ikut berdiri mengambil ponsel yang ada di atas meja.
"Kamu yakin? Soalnya waktu minggu lalu aja kau ketiduran bosan mendengarkan kami membahas tentang idol dan juga kau tidak suka dengan idol. Maksudku kau tidak terlalu peduli dan kurang menyukainya." Ia menatapku secara perlahan ke arahku dan melirik ke arah bawah kakiku. Ia menyilangkan map dokumennya di dadanya. Terdiam berbujur kaku mendengar perkataannya. Seolah-olah hal yang seharusnya benar di lakukan.
"A.. aku emang ga paham soal idol tapi kalo ke sana ada waktu aku bermain game. Lagian kau juga suka game kan." Aku tersenyum dan menyorot mataku ke arah lorong tempat arah klub idol itu berasal.
"Terserah sih. Yaudin ayok cap ke sana." Rasa senang kebebasan mulai menghampiri. Berjalan ke arah klub menyusuri beberapa tangga dan lorong. Lantai tiga khusus ruangan klub itu terkumpul. Sekolah yang menyediakan berbagai klub terkhususnya aku yang mengikuti klub fotographi dan dancer. Aku menyukai hal ini dari sewaktu aku masih kecil. Merasa bahwa hanya itu saja yang bisa kulakukan. Memang terdengar aneh setelah mendengar klub idol itu. Terkadang zeze juga memarahi ku untuk melakukan kegiatan yang berfaedah tidak hanya peduli dengan dunia game. Bahkan zeze pernah mengambil ponselku untuk mencegahku tidak lupa akan dunia luar. Akibatnya, aku harus mengikuti kedua klub itu agar aku tidak lontang-lanting menumpang di klub idol saja. Sampai saat ini jika tidak ada yang ku kerjakan, aku akan ke tempat idol untuk bermain. Prestasiku sebagai murid di sini bisa di golongkan sebagai murid biasa saja. Tidak ada spesialnya, bahkan tidak menjadi anak yang juara di kelas. Selalu menjadi anak ke tengah antara 20an jumlah murid di kelas. Mungkin dari itu juga para lelaki kurang meminatiku. Akan tetapi, memang dasarnya diriku yang tidak ingin terlalu mencolok. Aku menyukai diriku apa adanya, tidak menjadi yang terbaik lagi dan menjadi orang yang di hormati. Aku ingin menjadi manusia biasa saja di mata setiap orang. Tidak sadar setelah berjalan bersama zeze aku melihat tangga lantai 3. Setelah berjalan menaiki tangga lantai tiga aku melihat seseorang tergesa-gesa menuju ke arahku.
"Irennnnnn...." Teriak suara wanita berlari ke arahku. Ia datang dengan rasa penuh gelisah dan seketika itu juga ia memegang tanganku.
"Kau mau jadi penari tengah kami ren." Dengan mata berkaca-kaca.
"Eh . . . ." Aku terkejut tidak bisa berkata-kata lagi.
"Soalnya penari tengahnya mengikuti cerdas cermat antar SMA. Aku bingung dan guru pembimbing club juga bilang untuk mencoba anak kelas lainnya. Ku pikir lebih baik kamu saja, setidaknya biar kamu mencoba juga." Ia menggoyangkan tanganku dengan rasa penuh gelisah. Di sini aku bisa melihat gemetarnya dia untuk menyebutkan momen ini. Seakan-akan otaknya terbuntu tidak tau harus apa.
"Tu.. tunggu bukankah lebih baik kamu aja yang jadi penari tengahnya. Aku merasa aku belum baik untuk mencoba ini."
"Ku mohon iren ini sangat penting!!!" Ia terus memaksaku dan menggenggam tanganku. Memberikan isyarat jika hal ini sangatlah genting.
~~~~
Apakah si iren akan menerimanya? Apakah si iren akan menolaknya dengan mentah?
.
.
.
.
.ZEZE POV
"Emangnya itu penari tengah penting banget yah? Soalnya gue mau buru-buru liat idol gue di klub ini :((("—————
BIODATA
Nama : Zena Mickenna (Zeze)
Kelamin : Perempuan
Zodiak : Aquarius
MBTI : ISFJ
TB : 162 cm
BB : 55 Kg
Goldar : O
Hobi : Mengoleksi para idol dan Makan
Motto : Idol adalah suami ku di masa depan apapun yang terjadi aku akan selalu mencintai idol.<>
<>
<>
<>
<>
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Seorang Antagonis
FantasyNamaku Gormley Eireen Sheila, aku seorang wanita muda yang berperilaku seperti orang biasa. Memiliki kehidupan biasa saja dan membosankan. Berperilaku seperti manusia biasa menjalankan kebaikan sesamanya. Tetap dalam jalan dimana seseorang berlomba...