Ulang Tahun Pertama (4)

1 1 0
                                    

Ketika pesta itu berakhir, semuanya kembali ke tempat tidur masing-masing tanpa sadar malam sudah berganti pagi. Pagi hari seperti biasanya aku berangkat ke sekolah seperti kemarin. Aku berpamitan dengan papaku dan Lupin mengantarku pergi ke sekolah.

Siklus ini sudah menjadi kebiasaanku sampai saat kini. Lupin membuka pintu mobil dan mengantarku ke sekolah dengan mobil yang sama. Sesampainya lupin mengantarku ke sekolah, aku turun dari mobil dan berjalan ke sekolah itu. Yah tidak perlu terlalu detail jika aku sudah tau sekolah sudah dibagi menjadi dua dan aku berada di dunia bawah. Ketika berjalan ke arah itu aku mencoba mengingat jalan menuju ruangan ke kelas. Aku berjalan di dalam kelas dan duduk di tempat kemarin. Rose sudah duduk duluan di kelas hanya diam sambil memainkan ponselnya. Aku duduk di sana dengan diam sambil meletakkan tasku di kursi itu.

"Hei lugu, pergi ke kantin sana. Aku lapar." Lelaki kemarin membentakkan meja ke arah Rose. Aku yang terfokuskan meletakkan tas itu hanya dapat melihat sekilas dari samping.

"BA BA BAIK..." Rose berdiri meletakkan ponselnya ke kantung jas baju. Kemudian ia pergi berlari keluar tanpa mengatakan suatu katapun. Aku tak sempat menghentikannya, kemudian aku berdiri menatap lelaki itu dengan sinis. Aku merasa ketenanganku terganggu, ia memundurkan wajahnya dan menekukkan leher ke dalam. Aku mendekat ke posisi mata ke mata.

"KENAPA!" Ia bergemetar dengan wajah yang tetap dengan paras yang angkuh. Aku mencubit pipinya dengan keras dan menariknya dengan kedua tanganku.

"Dasar angkuh." Aku melepas cubitannya dan temannya memegang pipinya yang habis ku cubit itu. Dia hanya diam tanpa mengatakan apapun. Ia tak bisa menjawab karena pipinya yang sangat merah.

"Be...be.. be.. beraninya kau memegang pipiku." Ia memegang pipinya dan menangis. Aku menatapnya dengan mata tajam juga menyengir. Rose datang membawa makanan itu, aku menyenggolnya dan mengambil makanan itu dari tangan Rose. Rose hanya bisa pasrah melepaskan makanan itu kepada ku. Aku berjalan ke arah lelaki itu, sentak seorang lelaki itu terkejut melihatku.

"A... A...A...APA YANG KAU INGINKAN LAGI?" Ia berteriak teman-temannya memegang tanganku. Aku menangkisnya dengan kakiku dengan sangat mudah dan kuat. Aku bergerak ke arahnya dan menyumpalkan makanan itu ke mulutnya dengan penuh.

"MAKAN ITU DASAR GILA." Aku menyengir sambil membalikkan badanku. Orang sekitar hanya menatapku dengan bengong. Aku hanya kembali duduk di kursiku dengan wajah angku mata yang tajam. Sontak semuanya bersorak kaget ketakutan, lelaki itu menangis dan pergi keluar.

"Kau sangat mengerikan. Aku sudah bilang aku tidak..."

"Aku Iren." Aku tersenyum ke arah Rose dan merasa sangat puas sekali.

"Sungguh Iren, Hesper tidak bermaksud melakukan itu kepadaku. Aku sudah bilang aku menyukainya."

"Biarkan saja, aku sangat senang melakukan itu." Rose menatapku ketakutan, aku merasa sangat puas telah menjahili dia saat itu. Serasa pundakku menjadi lega setelah beberapa kali aku dijahili orang-orang waktu aku sekolah. Merasa jika aku melampiaskannya di sekolah ini.

"Apa kau emang terlihat seperti ini."

"Hmm... mungkin, menurutmu mengapa ia membuatmu melakukan itu? Karena kau bodoh mau menurutinya." Rose hanya menundukkan kepalanya dan memikirkan kembali perkataanku.

"Sudahlah Rose terima saja jika aku benar." Rose diam dan duduk ke kursi. Aku mengambil ponselku dari tas dan ia menatapku melamunkan sesuatu.

"Terimakasih Iren."

"Dengan senang hati." Seketika semuanya jadi tenang dan diam. Perasaan canggung bercampur aduk dengan kekhawatiran antara kami berdua.

"PENGUMUMAN KETIKA JAM 13 SIANG SEMUANYA HARAP KUMPUL KE BAGIAN RUANGAN PERKUMPULAN DUNIA TENGAH." Suara mikropon keluar dari atas ruangan itu.

Aku Bukan Seorang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang