5. | Flashback Asya

631 28 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

- Diruang tamu -

Tidak ada percakapan di ruang tamu, hanya terdengar suara tangisan Adiba di pelukan umi zena yang tiada henti.

Hati Aslan sakit melihat adiknya menangis seperti itu, Aslan melangkahkan kakinya ke sofa dimana terdapat 2 wanita yang selama ini Aslan jaga dan sangat Aslan sayangi.

"Adiba" panggil Aslan lembut.

Adiba tak menggubris panggilan kakaknya, dia tetap diam dan semakin mempererat pelukannya pada sang umi, kondisinya sangat memilukan dengan buliran bening yang menetes dari pelupuk matanya, yang ada di pikirannya hanyalah sahabatnya Asya.

Adiba takut, pikirannya kacau memikirkan kondisi Asya, Adiba tak ingin masa masa terpuruk Asya kembali lagi dan mengganggu mentalnya.

"Sayanggg, dengarkan penjelasan abangmu dulu nak" pinta umi pada putri tercintanya.

Adiba melepas pelukannya dari umi zena dan menghapus air matanya lalu membalikkan badan dan menatap Abangnya dengan tatapan sendu.

"Apa yang barusan abang lakukan itu salah banggg!!, apa abang tidak bisa membedakan antara Adiba dan Asya??"

Aslan hanya diam dan merutuki kesalahannya, jelas tindakannya tadi sangat salah dan fatal.

"Abang tau!! tanpa abang sadari abang sudah mengantarkan Asya ke luka masa lalunya, abanggg melukai kembali mentalnyaaaa!!" Uacap Adiba sedikit meninggikan suaranya.

"Istighfar Nduk, sekarang kamu sedang di kuasai amarah, dimana itu juga di dorong oleh saiton yang akan menjerumuskan kamu ke hal yang sesat" ucap Abi Muhammad lembut.

"Astaghfirullah hall'adzim" ucap adiba tenang sembari mengatur pernafasannya, dibantu umi zena yang mengusap punggungnya.

"Ada apa sayang, kenapa kamu semarah ini?, Umi tau perbuatan abangmu memang salah, Jujur baru sekarang umi melihat amarah yang begitu kuat di dalam diri putri umi ini" ucap umi zena lembut sembari mengusap kepala Adiba yang terbalut jilbab.

Adiba menenangkan amarahnya dan menatap lurus kedepan.

Flashback on

"Budhe , Asya berangkat yaa" pamit asya pada bi lijah (ART di rumah asya).

Asya berpamitan pada budhe, hari ini asya menggunakan abaya berwarna hitam dengan potongan tangan balon dipadukan jilbab pasmina sifon berwarna coksu yang terlihat elegan saat di pakai asya, tidak lupa juga tote bag berwarna cream yang bertenggar di pundaknya di dalamnya terdapat 1 botol air mineral dan Al-Qur'an.

"Iya neng, neng di anter saja yaa sama pakdhe madi" (Asmadi suami bi lijah).

"Tidak usah budhe, Asya jalan kaki saja lagi pula deket kok" tolak Asya lembut.

Arsalan Sa'ad Al-MalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang