13. | kegemasan gus Aslan

543 15 1
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Asya berjalan ke arah balkon kamar Adiba yang menghadap langsung ke halaman pesantren Azhar. Menghirup dalam-dalam udara segar di pagi yang sangat cerah. Pandangannya jatuh pada santriwan yang sibuk dengan tugasnya masing-masing.

"Rutinitas pagi bagi para santri, huh jadi kangen pesantren" ucap asya dalam hati, mengingat rutinitas yang selalu ia lakukan di pesantren.

"Hari ini hari ter sibuk bagi keluarga besar Azhar Al Malik" ucap Adiba yang sudah berdiri di samping Asya.

"Itu santriwan doang trus santriwati nya dimana?" Tanya asya yang masih fokus ke halaman.

"Santriwati tugasnya dibagian belakang sya"

"Tapi diba santri disini banyak banget yaa ini cuma santriwan doang loh belum santriwatinya dan pembimbing asramanya ga aneh kalo disebut keluarga besar"

"Ini belum seberapa syaa nanti pas hari-H halaman Azhar Al Malik bakalan penuh sama orang-orang belum keluarga kyai-kyai yang akan hadir" ucap Adiba sumringah.

Asya menoleh ke arah Adiba. "Hah hari-H? Maksudnya akan ada acara disini?" Tanya Asya.

"Yapss" Adiba menghadap ke arah asya sambil menyenderkan kepalanya di pinggir pintu balkon.

"Acara apa emang?"

"3 hari lagi Milad pesantren Azhar yang ke-30 tahun sya"

"Iya kahh" asya kaget! Ternyata ponpes Azhar Al Malik sudah berdiri selama 30 tahun.

"Iyaaa nanti tu yaa bakal ada keluarga kyai yang akan diundang di acara ini tentunya anak-anaknya pasti ikut"

"Kyai dari mana aja diba?"

"Diba si kurang tau tapi pasti teman dekat abi saja si"

Asya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil memikirkan tentang acara itu, sedikit cemas dengan dirinya sendiri namun melihat senyum Adiba yang terus mengembang sepertinya ini bukan waktunya untuk mencemaskan dirinya. Ia tidak mau merusak kebahagiaan Adiba dengan beban dirinya.

Perempuan berumur 21 tahun dengan hak 5 cm yang selalu menjadi andalannya berjalan meliuk-liukan badannya di tengah halaman pesantren Azhar. Sebagian santriwan menundukkan pandangannya seraya beristighfar menyadarkan dirinya bahwa yang sedang mereka lihat adalah sesuatu yang akan menjerumuskan mereka kedalam kemaksiatan.

Sampai didepan pintu rumah ndalem ustazah putri menoleh ke samping dimana mobil gus Aslan terparkir. "Oke putri sebentar lagi, sebentar lagi kamu yang akan duduk di bangku depan samping kemudi" ucapnya dalam hati.

Ustazah putri merapikan jilbab dan gamisnya berniat ingin mengetuk pintu namun pintunya lebih dulu terbuka.

"Eh assalamualaikum umi, gus Aslan" salam putri salah tingkah.

Arsalan Sa'ad Al-MalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang