16. | Menemukan Asya

839 48 20
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Aslan mengikuti arah tangan anak tersebut dan dapat Aslan lihat bayangan hitam yang menghilang dengan cepat di luar lapangan berkuda.

Aslan menyerngitkan alisnya. Detik berikutnya Aslan sadar dengan semuanya, menoleh ke anak kecil tersebut yang juga menatap Aslan sambil menganggukkan kepalanya.

Reflek Aslan langsung berlari kencang seperti orang kesetanan, masuk ke lapangan berkuda dengan ter engah-engah.

Aslan mengatur nafasnya sambil melihat ke sekeliling lapangan.

"Dug... dug..."

Aslan terdiam, menoleh ke arah suara, bunyinya seperti ketokan kayu. Mendengar dengan seksama suara tersebut yang ternyata berasal dari kandang kuda.

Dengan perasaan yang tak karuan Aslan mendekati suara tersebut. Melangkahkan kakinya ke salah satu kandang kuda yang kosong. Menepis pikiran-pikiran buruk yang berkecamuk di dalam kepalanya.

"Dug... dug..."

Untuk kedua kalinya suara ketukan tersebut terdengar. Namun, semakin Aslan mendekati suara tersebut semakin pelan ketokan tersebut hingga nyaris tak terdengar.

Dengan perlahan Aslan terus melangkahkan kakinya, dan kini dirinya sudah berada di depan pintu salah satu kandang kuda yang kosong. Sungguh situasi ini membuat jantungnya berdetak dua kali lebih kencang.

Dengan rasa penasaran Aslan mendorong pintunya. "Bismillahirrahmanirrahim" Pintu terbuka namun Aslan langsung membuang muka ke samping kiri.

Dan.. seketika suasana hening, suara ketokan tersebut hilang. Aslan ingin menoleh tapi tak bisa, rasanya kepalanya berat untuk sekedar menoleh saja.

Detik berikutnya dengan penuh keberanian Aslan memejamkan matanya dan mengatur nafasnya.

Aslan menoleh dan...

Deg...

Seakan dunia Aslan berhenti berputar, bahkan rasanya jantungpun berhenti berdetak. Seketika pertahanannya sirna, kaki yang semula menopang tubuhnya kini terkulai lemas di tanah beriringan dengan buliran bening yang begitu saja lolos dari mata sendunya.

Pemandangan didepannya sukses menyayat hatinya. Tangannya mengepal erat seiring dengan dadanya yang naik turun menahan sesak.

Aslan memalingkan wajahnya, tak kuat rasanya melihat objek didepannya. Asya yang malang terduduk bersandar pada pagar pembatas dengan kedua tangan dan kaki yang diikat, mata indah tersebut tertutup rapat dengan sisa-sisa buliran bening yang membasahi pipinya. Mulutnya di bekap menggunakan jilbab serta gamis yang terdapat robekan besar dibagian bahunya.

Arsalan Sa'ad Al-MalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang