Chapter 10: Offenderman and Survival instinct

103 15 20
                                    

Warning!!
Bagian ini banyak adegan Gore 21+ sadis. Well, you like it tho 😗

Enjoy readers!

.
.
.
.

Mea terkesiap begitu ia membuka mata. Kewaspadaannya meningkat seketika saat menyadari ia telah terbangun di tempat asing. Ruangan yang di sekelilingnya begitu gelap, sementara tepat diatas kepala Mea terdapat sebuah lampu yang menjadi satu-satunya penerangan.

Ruangan itu sedikit berdebu, membuat Mea terbatuk karena tersedak. Perlahan ia mencoba bangkit, namun kepalanya mendapat hantaman rasa sakit yang teramat sangat hingga ia harus menutup mata. Untuk beberapa saat sakit kepala yang menerjangnya itu membuatnya hanya terduduk di tempat.

Setelah rasa sakitnya mereda, Mea kembali bangkit dan berjalan kearah kegelapan. Ia pikir akan meraba dinding untuk menemukan pintu. Namun ia malah menabrak sesuatu, padahal nampaknya jalan didepannya masih panjang. karena cahaya dari lampu dibelakangnya masih memperlihatkan lantai panjang didepannya.

"Kaca..." Gumam Mea.

Jemarinya meraba kaca itu, Kakinya melangkah mengikuti arah kaca yang mengurungnya dengan sempurna. Kakinya terangkat, menendang dan menendang namun kaca itu tak kunjung pecah. Mea mulai berpikir bahwa kaca itu adalah kaca anti peluru, Namun jika benar, kaca ini sangat bening hingga ia bisa melihat sisi lain dari kaca itu seolah kacanya tidak pernah ada.

"Sial aku berurusan dengan semacam mafia kah?" Pikir Mea.

Tangan Mea tergerak meraba kantong celananya, mencari apapun yang bisa ia gunakan. Disaat seperti ini sangat wajar bila ia tak menemukan ponselnya, membuatnya tidak panik sama sekali.

Seseorang yang melihat dari seberang ruangan itu sedikit terkagum dengan cara sang gadis menanggapi situasi. Ia kira setelah berhasil menculik gadis itu, maka  gadis itu sepenuhnya telah tenggelam dalam pengaruhnya. Nyatanya tidak, Hal pertama yang ia dapat saat berusaha menyentuh gadis itu ialah pukulan di dada yang begitu keras. Siapa sangka  pertahanan diri wanita ini begitu kuat, sampai-sampai dalam keadaan pingsan ia masih bisa melawan sesuatu yang sedang mencoba melecehkannya.

Ketertarikan dan kekagumannya semakin bertambah saat melihat bagaimana Mea mulai meneliti area sekitarnya. Seolah mencari celah lemah di dalam kurungan kaca yang mengelilinginya.

Offenderman ingin melihat sejauh apa Mea akan menghiburnya.

.

.

.

.

Mea tak tahu sudah berapa lama ia terjebak diruangan kaca itu. ia duduk di tengah-tengah ruangan itu menghemat energinya, setelah menendang kaca itu sekuat tenaga ia akhirnya menyerah. Titik terlemah kaca tidak ia temukan.

Offenderman mengira ia sudah menyerah, namun ia salah. Diamnya Mea disana ialah mempersiapkan senjatanya. Sebuah besi pengapit celana jeans yang sudah ia ganti dengan busi.

Mea berdiri, tangannya ia genggam erat. Offenderman baru menyadarinya sungguh ia baru sadar, saat sekilas melihat pancaran kepastian dari mata Mea.

Ia mengangkat tangannya, kemudian mengayunkannya kedepan. Sebuah benda sekecil kerikil menerpa kaca, begitu mengenai kaca terkesan tidak kuat. Namun efeknya mengejutkan.

Krang!!

Kaca lapisan dalam pertama tidak hanya retak, melainkan remuk.

Mea mengambil busi yang jatuh dan tersenyum miring, benar dugaannya kaca yang mengelilinginya hanya tebal atau kaca padat berlapis. Kaca adalah kaca, dan busi adalah senjata penghancurnya.

Shotgun and Roses ( Offenderman X Oc)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang