Sorry kelamaan ga update😅dan plus author ga up si E.j dulu untuk sementara, ide auhtor nge stuck😅
Jadi untuk sementara enjoy dulu chapter ini ya😄
Enjoy..
.
.
.
.
." jadi kau masih menelusuri kasus gadis remaja yang hilang ini?" tanya Carl sembari menyeruput kopinya pelan.
Mea hanya mengangguk dan sibuk membuka berkas-berkas tentang para gadis yang hilang. Carl masih menatap wajah Mea sembari meminum kopinya, salahkan wajah Mea yang terlihat sangat cantik saat tengah serius. Carl hanya bisa menahan diri, terlalu dini baginya untuk jatuh cinta dan menyatakan perasaan pada gadis yang baru ia temui.
" jadi apa kau menemui bukti atau jejak?" tanya Carl lagi.
" tidak banyak, atau mungkin belum..." ujar Mea pelan, ia benar benar fokus pada berkas-berkas itu.
" apa kau tau kalau para polisi senior sedang bertaruh seberapa lama kau tahan mengurus masalah ini?" ujar Carl seraya melirik beberapa polisi senior yang tengah sibuk mengobrol.
Mea hanya mengangkat bahu, jujur saja ia tak peduli. Hal itu membuat Carl tertawa pelan.
"jujur saja kau harus hati-hati mengurus kasus ini, ini tentang penculikan gadis remaja dan... yah kau adalah seorang perempuan pula" ujar carl. Namun Mea malah terkekeh.
"hei apa yang lucu?" tanya Carl.
" pikiranmu..." ujar Mea, kali ini ia menatap Carl.
"pikiranku? " sebelah alis Carl naik.
" justru karena aku perempuan itu akan memudahkanku untuk menemukan penculiknya" jawaban Mea membuat Carl kaget dan nyaris menumpahkan kopinya.
"k-kau menjadikan dirimu umpan?? hei! Kau itu sendirian Mea!" pekik Carl yang masih terkaget-kaget.
Karena bagaimana bisa seorang gadis menjadikan dirinya sendiri umpan padahal ia tidak memiliki tim yang bisa membantunya saat nanti sang penculik memakan umpannya. Maka itu akan jadi rencana bodoh dan hanya menyerahkan nyawa namanya.
Mea paham kekhawatiran Carl, yang tidak Carl pahami hanyalah sebuah kenyataan bahwa Mea bisa mengatasi masalah itu sendiran karena ia sudah terlatih. Tapi membeberkan identitasnya sebagai mantan pasukan militer hanya akan membuatnya kesulitan. Maka mea hanya memasang senyum manis saja, sementara Carl sibuk menceramahinya dan memintanya merekrut seseorang untuk membantunya daripada sendirian.
Mea tak menerimanya awalnya, tapi karena Carl menawarkan diri. Maka Mea akhirnya hanya bisa menerima keinginan kuat dari pria itu untuk membantunya.
Rencana disusun, Mea masih memikirkan kecurigaannya pada sosok pria bertopi fedora yang sering ia lihat namun tak pernah ia dekati. Belum lagi seorang pria yang ia temui hari itu, sebuah toko bunga dan pemiliknya mungkin bisa menjadi saksi. Namun kecurigaan juga mengenai pria itu, karena Mea tak bisa seenaknya percaya.
"aku akan berangkat ke Red road lagi nanti, mungkin aku perlu kau mengawasi dari jauh" ujar Mea seraya merapikan semua berkas yang ia baca tadi.
"aku akan siapkan beberapa alat, gunakan Headset bluetooth nanti, agar aku bisa tau keadaannya" Ujar Carl kemudian melangkah pergi. Nampaknya Carl sedikit bersemangat.
.
.
.
.
Mea menurunkan scraf yang menutupi separuh wajahnya, udara sudah cukup dingin padahal masih siang. Mea menatap sebuah toko kecil yang terjepit di antara dua gedung tinggi yang merupakan gedung apartemen dan sebuah studio seni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shotgun and Roses ( Offenderman X Oc)
FanfictionDia adalah seorang gadis yang dipecat dari tim tentara angkatan darat. Setelah keluar dari barak militer, ia pindah ke kota tempat asalnya, dan melamar pekerjaan menjadi seorang polisi. Siapa sangka, bahwa ia akan bertemu seorang mahluk yang akan me...