Chapter 4: Kidnaping and The Dark Side City

282 33 23
                                    

Udara sangat dingin, pertanda musim dingin akan segera tiba. bahkan sore yang gelap seperti saat ini telah membuat Mea harus menepi ke sebuah caffe untuk sedikit menghangatkan tubuhnya.

Mea baru saja selesai mewawancarai keluarga dari teman gadis yang hilang itu, dan seperti dugaan yang sudah Mea tebak. mereka tak tau kemana gadis itu setelah meninggalkan rumah mereka. bahkan beberapa tetangga yang kemungkinan melihat juga hanya menunjukan bahwa gadis itu memang terlihat berjalan pulang.

Namun setelah di ujung jalan Red road yaitu di taman, yang mana seharusnya dilewati oleh Angelica. para orang-orang yang tinggal disekitar area taman tak lagi melihat gadis itu. beberapa teori melintas di pikiran Mea, bisa jadi gadis itu naik taksi atau diculik sebelum ia tiba di taman. namun dari semua saksi, menyatakan bahwa gadis itu masih terlihat berjalan dan saat itu jalanan masih sepi tanpa mobil yang lewat. maka jika ada mobil yang lewat, maka itu akan menarik perhatian orang-orang. karena pastinya Angelica akan menjerit.

Mea menyesap teh hangat di cangkirnya, matanya beralih menatap jalanan diluar jendela kaca. saat itulah Mea melihat seseorang diseberang jalan, begitu tinggi, mengenakan trench coat hitam dan topi fedora lebar yang menutupi wajah pria itu. Mea bisa melihat pria itu sangat tinggi, dan bersandar di tiang lampu jalan sembari melipat tangan menghadap Mea.

Entah kenapa bulu kuduk Mea berdiri, ia sepertinya melihat sebuah senyum lebar dari pria itu...

"ada yang bisa kami bantu?"

Mea tersentak saat mendengar ucapan dari pelayan yang tiba-tiba ada disampingnya. membuat sang pelayan ikut terkejut dan meminta maaf, Mea hanya melempar senyum maklum. setelah pelayan itu pergi, Mea kembali beralih menatap ke seberang jalan. namun Pria tinggi tadi tak lagi disana, manik Mea beralih ke sekitar mencari keberadaan pria misterius itu. tapi pria itu benar-benar sudah hilang entah kemana.

Rasa penasaran dan curiga Mea meningkat...
.
.
.
.
.
.
.
.

Untuk beberapa hal, Mea mengambil beberapa kertas kosong di meja dan mulai menggambar sesuatu. Seorang pria di seberang jalan tadi, tinggi dan misterius. Mea mulai curiga, karena ia merasa pernah melihat pria itu juga saat sedang di halte bus dulu.

Mea menatap gambar hitam putih yang sudah selesai ia gambar itu. Tidak terlalu rapi, karena hanya seketsa. Perlahan Mea bangkit dari kursinya dan melangkah mendekati papan tulis yang terpajang di dinding loteng, Mea menempel gambar itu di tepi papan tulis itu. Hanya kecurigaan kecil, namun perlu di jadikan bahan untuk pencariannya.

" Aku akan coba menemukannya... Mungkin... Yang lainnya juga ... " Ujar Mea pelan.

Mea membuka laptopnya, dan mulai mencari tentang kasus gadis-gadis yang hilang di kotanya, dan memang benar ucapan rekannya tadi pagi di kantor. jika ditotal semua lebih dari 20 kasus. namun ada yang ditemukan mati mengenaskan ditepi kota, dan sisanya tidak ditemukan lagi.

Gadis pertama yang hilang dilaporkan pada 27 Agustus, artinya kurang lebih 3 bulan yang lalu. namun ia ditemukan mati mengenaskan 2 minggu kemudian, dan setelah itu 3 gadis lagi menghilang dalam waktu seminggu. bulan yang lalu, ada belasan gadis hilang dalam sebulan. bulan ini saja sudah ada lebih dari 12 gadis yang hilang. hal ini membuat kening Mea berkerut.

Memang benar tak ada bukti atau jejak kemana gadis-gadis ini hilang. namun tidakkah ini bisa dibilang sudah taraf penculikan yang berbahaya?, kenapa kantor polisi hanya memberikan peringatan untuk para remaja tidak keluar rumah? sedangkan mereka tidak melakukan patroli untuk meminimalisir penculikan ini?...

Mea hanya bisa bertanya-tanya, perlahan ia meletakan laptopnya keatas meja dan menutupnya. besok ia akan mencari tau, yang menjadi petunjuknya yang pasti hanya ada di taman diujung jalan Red Road.

Namun Mea tak tau, sesosok yang sangat tinggi tengah menatapnya dari jendela....

Mea tertidur.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

05:07 pm

Bisa dibilang waktu terlalu cepat berlalu, Mea menatap orang-orang yang berlalu lalang didepannya. ia mengenakan hoodie biru gelap, ia berbaur di taman itu seperti pengunjung lainnya. keadaan taman meemang masih terlalu ramai, tapi tidak lama lagi akan sepi.

Mea ingin tau siapa saja yang kemungkinan akan ada di taman pada saat taman sudah sepi. jika dia beruntung, mungkin akan bertemu pelakunya langsung.  namun nampaknya tidak semudah itu...

Sudah 3 kali Mea melirik jam tangannya. Bahkan taman sudah sepi sejak tadi, memang benar kata orang-orang yang ia wawancarai kemarin. Taman ini maupun jalan akan sangat sepi pada saat sore pukul 6. Bahkan mobil pun tak berlalu lalang, jika ada hanya satu atau dua.

Perlahan Mea bangkit dari duduknya, sudah terlalu dingin baginya untuk tetap duduk di bangku taman. Mungkin ia akan mengawasi tempat ini sembari berjalan. Namun tepat saat itulah Mea mencium aroma mawar. Begitu wangi dan manis...

Mea menoleh, ia cepat-cepat menyapu area taman itu dengan pandangannya. Perasaanya sangat tidak enak saat ini, dan mata mea akhirnya menangkap sekelebat bayangan seorang pria yang berjalan masuk kesebuah gang gedung apartemen yang padat.

Untuk sesaat Mea ragu apa ia harus mengejarnya, namun rasa penasaran akhirnya mendorongnya untuk berjalan. Maka langkah kaki Mea pun terpacu, ia langsung menerobos jalan dan masuk ke gang gelap itu. Sebuah jalan berbelok yang sangat sempit menghalangi jalan Mea. Mustahil bagi seorang pria untuk melewati jalan sesempit itu.

"Hh... " Helaan nafas Mea bergema di lorong sempit itu. perlahan ia mundur.

puk...

Mea berjengit kaget, ia langsung menoleh dan memasang posisi siaga. lebih tepatnya, tangan Mea bersiaga menggenggam pistol didalam kantong hoodienya. seorang pria berdiri tegap dibelakangnya, pria itu mengenakan trench coat hitam.

"wow, santai nona... apa yang sedang kau lakukan di gang yang gelap ini?" tanya pria sembari menatap Mea.

Mea tetap memasang posisi siaga untuk beberapa saat, ia menerka-nerka usia pria didepannya itu. kurang lebih terlihat seumuran dengannya. namun melihat pakaian pria itu, hampir mirip dengan orang yang ia kejar, hanya saja tidak mengenakan topi fedora. namun, Mea mencium aroma manis dari pria itu. bukan bau minyak wangi pria, melainkan aroma mawar.

"hanya... berkeliling " jawab Mea, ia bergegas menjauh dan berjalan keluar dari gang. pria itu mengikutinya, hingga kemudian saat sudah ditempat umum Mea berbalik dan menatap pria itu.

"apa kau tinggal disekitar area ini? " tanya Mea.

pria itu nampak terkejut dengan pertanyaan Mea yang tiba-tiba, namun kemudian ia mengembangkan senyum lebar. entah kenapa Mea merasa tak enak melihat senyuman itu.

"tidak... tapi aku bekerja tak jauh dari sini..." ujar pria itu dengan senyum yang mungkin bisa memikat ribuan wanita. namun tidak dengan Mea yang justru menatap lurus saja.

"oke..." Mea sedikit ragu, namun artinya ia bisa mencari tau tentang apa yang terjadi di taman mungkin. ia perlu petunjuk, tapi pria ini nampaknya cukup mencurigakan juga. setidaknya itu yang di rasakan oleh insting Mea.

" Namaku Offy..." ujar pria itu memperkenalkan diri. atau sekedar hanya memberitahukan nama saja.

"..." Mea tidak menyebutkan namanya. ia hanya berkedip pelan, persis gadis lugu. padahal tangannya tengah memegang erat pistol didalam hoodienya.

"you can come to my flower shop if you want..." sambungnya sembari tersenyum dan berbalik.

Saat pria itu sudah melangkah pergi, Mea hanya menghela nafas yang entah sejak kapan ia tahan. Mea masih bisa mencium aroma bunga mawar setelah pria itu pergi...

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
hello again😁

yep dua chapter dalam satu malam, karena chapter ini lumayan lama ngerjainnya.😅

hope you enjoy😆

don't forget to vote  and comment.😁

sampai jumpa di next chapter. 😉

Shotgun and Roses ( Offenderman X Oc)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang