Chapter 3: Tired and Work

223 29 27
                                    

Mea tiba dirumah saat hari sudah gelap. udara sudah cukup dingin dan menusuk tulangnya, beruntung Mea mengenakan Jaket. Dari kejauhan Mea melihat didepan rumah orang tuanya dipenuhi oleh mobil dan motor. perasaan Mea tidak enak, membuatnya mempercepat langkahnya.

Tepat saat ia tiba didepan rumah, Mea melihat rumah itu sudah dipenuhi oleh banyak orang. suara musik keras terdengar sampai diluar rumah, membuat Mea bergegas masuk kerumah, ia tak peduli dengan orang-orang yang sedang berpesta itu. Mea lebih peduli dengan satu hal didalam rumah itu.

Benar saja tebakan Mea. saat ia masuk kedalam rumah itu, Mea melihat Eden tengah menari dengan seorang perempuan. namun yang membuat Mea kesal setengah mati adalah, bocah itu memakai seragam militernya.

Veronica juga datang dan memakai topi militernya, sementara Eric tengah memamerkan sepatu combat bootnya. berada diambang batas kesabarannya, Mea mengeluarkan sebuah pistol yang memang selalu berada di saku jaketnya.

DOR!!

Suara tembakan dan speaker musik yang mendadak meledak dan berhenti bersuara, mengalihkan perhatian para remaja yang sedang berpesta ria itu. mereka menatap kaget pada Mea yang masih mengacungkan pistolnya kearah speaker pengeras suara tadi, dengan segera mereka membuka ruang disekitar Mea dan mundur.

Eden yang paling terkejut karena tembakan itu, menatap ngeri pada Mea. Veronica sendiri langsung bersembunyi dibelakang seorang pria yang nampaknya adalah pacarnya. sementara Eric terduduk di tepi sofa dengan wajah pucat. tak ada suara, mereka dalam masalah besar.

"siapa yang menyuruh kalian masuk keruanganku, dan mengambil barang-barangku...?" tanya Mea dengan nada pelan dan dingin.

Tak ada yang menjawab, mereka semua yang ada didalam rumah itu menelan ludah dengan gugup. Mea mengalihkan pistolnya ke Eden, Membuat Eden seketika gemetar.

"k-kak... a-ampuni-" belum sempat Eden menyelesaikan ucapannya, Mea menembak lagi speaker dibelakang Eden. beberapa orang terpekik kaget dan menunduk. bahkan beberapa jatuh terduduk.

"sekarang kau baru memanggilku kakak?" ujar Mea seraya kembali mengarahkan pistolnya ke kepala Eden. ia tentunya tak akan menembak adiknya, namun Mea harus bermain tegas kali ini.

"buka bajumu dan letakan didepanku" titah Mea. sementara Eden terperajat, ia tak mungkin melakukan itu didepan semua teman-temannya.

Akhirnya dengan terpaksa Eden membuka pakaiannya dan meletakannya didepan Mea. ia tidak ingin mempertaruhkan nyawanya hanya karena pakaian, namun jelas ia akan lebih malu lagi setelah ini. Mea menoleh pada kedua adik kembarnya dan meminta mereka meletakan barang-barangnya diatas seragam.

kejadian memalukan itu berakhir dengan Mea yang membubarkan semua orang yang ada di rumah itu. mereka bisa memilih untuk pulang dan tidak kembali, atau Mea harus melaporkan mereka ke kepolisian. membuat semuanya bubar dengan tergesa-gesa, sementara Mea menghukum adik-adiknya untuk membereskan kekacauan akibat pesta yang mereka buat itu.

Mea tak tahan melihat tingkah laku adiknya yang diluar kendali, Maka setelah adik-adiknya selesai membesihkan rumah yang sebelumnya berantakan parah. Mea menyuruh mereka duduk diruang tamu, sementara Mea meletakan barang-barangnya kembali ke kamarnya.

"kalian tau kesalahan kalian?..." tanya Mea seraya melangkah ke ruang tamu seraya melipat tangan. ketiga adiknya menunduk dan mengangguk pelan.

"jangan berpikir kesalahan kalian hanya terletak pada, kalian dengan berani mengambil barang-barangku... kesalahan kalian lebih dari itu!" tegas Mea, membuat ketiganya tersentak kaget.

"tingkah laku kalian, kebiasaan, dan apa yang kalian lakukan kali ini adalah sebuah bentuk memalukannya generasi saat ini..." manik hitam Mea menatap tajam ketiganya.

Shotgun and Roses ( Offenderman X Oc)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang